Menuntut Ilmu

Seandainya tanpa ilmu, maka manusia itu ibarat binatang

Lebih Dekat Dengan Qur'an

Tidaklah sekelompok orang berkumpul untuk mempelajari al-Quran, melainkan akan turun kepada mereka berkah dari Allah.

Jangan Lupa Qiyamul Lail

Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.

Sholat berjamaah

mari semangat sholat lima waktu di masjid.

Halaqoh Quran

Hidup Makmur, Mulia dan Bahagia bersama Al Quran.

Senin, 29 Juni 2009

Ahlu Kuburiyah


Bermula ketika berlalu masa diutusnya Nabi Adam yang penuh dengan ketauhidan, yang mana banyak dari orang-orang sholeh yang hidup dimasa beliau meninggal dunia sehingga tak tersisa melainkan

orang-orang yang masih jahil tentang ilmu agama (tauhid). Wal hasil banyak diantara mereka yang melakukan amalan atas dasar taqlid (ikut ikutan), oleh sebab itu mereka merasa sangat sedih tatkala orang yang mereka ikuti dan banggakan tersebut wafat. Dan akhirnya setanpun melancarkan misinya untuk membawa mereka, yang berakhir kepada kesyirikan.
Begitulah syirik menancap dalam jiwa manusia beberapa waktu lamanya (10 abad) setelah Wafatnya Adam. setelah itu Allah mengutus Nabi Nuh untuk mengajak manusia agar mau meninggalkan perbuatan istighatsah dan isti'anah dengan ahli kubur. Tetapi manusia tak mau menerima dakwah beliau, bahkan mereka tetap bersikeras melakukan hal tersebut.
Kemudian Nabi demi Nabi berdatangan, tetapi setan tetap berjuang keras untuk menyeret manusia ke jalan syirik kepada Allah. Pada masa Nabi Ibrahim, setan merayu manusia untuk menyembah bintang-bintang dan menyakini bahwa benda–benda tersebut merupakan wasithah antara sang khalik dan makhluknya. Kemudian datanglah putranya isma'il untuk melanjutkan penebaran millah Ibrahim, sehingga beliau banyak merekrut manusia untuk melakukan haji dan umrah waktu itu.
Akan tetapi setelah berlalunya masa beliau, sinar kenabian kian pudar, tauhid semakin tenggelam sehingga terbuka lebarlah pintu kegelapan dan kesesatan. Di sinilah muncul Amr Ibnu Luhay al Khuzai dengan membawa patung-patung, yang mana dia mengajarkan manusia bagaimana cara mengagungkan patung, wal akhir diapun merubah peradaban Makkah yang agamis (tauhidik) menjadi peradaban yang paganis.
Sampai ketika datangnya Rasulullah, manusiapun masih berada dalam kondisi kejahiliyahan. Maka dengan segera Rasulullah mendakwahkan apa yang turun (wahyu tentang bertauhid) kepada beliau yakni untuk memberantas kesyirikan yang telah merasuk dan menyebar dikalangan umatnya. Selama di Makkah (13 tahun) beliau mengajak umat manusia kepada Allah, setelah itu beliau hijrah dalam rangka mendakwahkan tauhid dan pada akhirnya tersebarlah tauhid ini di penjuru dunia sehingga semakin luaslah wilayah negeri islam.
Akan tetapi setan musuh yang nyata bagi manusia pun tak kenal lelah dalam mengejar dan menjerumuskan mereka. Sehingga ia menawarkan barang dagangannya yang sudah lama tidak laku (kesyirikan) kepada orang awwam yang telah melemah dan mengendor imannya serta telah kacau aqidahnya, karena banyaknya budaya-budaya yang masuk ketika meluasnya wilayah islam ini.
Yang Dengan melalui para musuh islam setan merasuk dan merusak umat, dan musuh islam melihat bahwa tak mungkin mencoreng islam dan menghabisi islam melainkan dengan menghidupkan sunnah orang Yahudi dan Nasrani (mengagungkan kuburan orang-orang sholeh). Wal hasil setanpun ikut sepakat dan akhirnya musuh (setan dan musuh islam) pun mampu merengkuh manusia untuk melaksanakan apa yang mereka ajarkan tersebut. Dan sampai saat inipun hal tersebut masih ada di sebagian tempat, bahkan berkembang pesat sesuai perkembangan zaman ini.

B. Fase Yang Dilewati Dalam Penyimpangan Ini
Misteri ini melalui banyak jenjang untuk merasuk dan melangsungkan hubungan gelapnya dengan manusia, bahkan di setiap periode dan masa sudah dipersiapkan (oleh setan)suntikan kesyirikan dan kesesatan,yang menyerupai narkotik sehingga bisa membuat orang kecanduan.
Mamduh Farhan al Buhairi menyebutkan fase yang dilalui manusia dalam melakukan hubungan gelapnya dengan kuburan antara lain :
1. Taqdis (mengkultuskan) orang yang dikubur dan menjadikannya suatu simbol yang diyakini memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Mereka juga menyakini bahwa mengagungkan pemilik kuburan merupakan jalan keselamatan, kebahagiaan, kesembuhan dan keberkahan, Na'udzubillah min dzalik. Sebagaimana yang diajarkan oleh setan.
2. Menyakini keberkahan kuburan.Sehingga banyak kita dapati dibeberapa tempat, orang berziarah dengan mengusap-usap kuburan dan menciumnya bahkan membawa pulang tanahnya untuk dijadikan azimat.
3. Menjadikan orang yang dikubur sebagai wasithah (perantara) antara dirinya dan Allah. Banyak diantara mereka yang menyakini bahwa para wali tersebut memiliki kedudukan disisi Allah sehingga banyak pula diantara mereka yang bertawassul kepada para wali dalam berdo'a.
4. Istighatsah dan memohon hajat. mereka menyakini bahwa para wali dalam kubur bisa memenuhi hajat dan mengeluarkan mereka dari kesulitan.na'udzubillah
5. Menjadikan kuburan sebagai berhala. Dengan mendirikan bangunan diatasnya dan menghiasinya. Sampai-sampai mereka thawaf, berziarah dan menyembelih untuknya.
6. Menjadikan kuburan sebagai mansak (tempat perayaan dan ritual). Mereka berkumpul pada waktu tertentu dengan membawa sesaji dalam rangka melaksanakan ritual mereka.
Inilah tahapan–tahapan yang dilalui oleh setan untuk menjerumuskan dan menyesatkan manusia. Dan mayoritas para kuburiyun saat sekarang telah melewati semua jenjang dan tahapan tersebut. Sehingga setan telah berhasil menipu mereka dan ia juga yakin bahwa mengagungkan kuburan adalah cara paling sukses untuk merenggut dan menyesatkan manusia.
C. Sebab-sebab tersebarnya fenomena ini
Pada hakekatnya setiap sesuatu yang muncul pastilah ada beberapa sebab akan kemunculannya, dan setiap penyakit yang ada pasti memiliki gejala-gejala serta sebab-sebab yang mungkin bagi kita untuk mengetahuinya. Sehingga kita bisa bersegera mencari obat untuk penyakit yang sedang kita derita.
Adapun penyebab munculnya penyakit yang sekarang banyak di derita oleh manusia, penyakit yang sangat berbahaya dan mengancam kehidupan mereka saat ini;Bahkan merupakan pangkal kerusakan bagi umat, yang berupa kuburiyah (pengagungan terhadap kuburan).
Mamduh Farhan al Buhairi memaparkan sebab dan gejala yang terpenting dalam fenomena ini yakni antara lain :
1. Bodoh dan jahilnya manusia terhadap ilmu dan hukum-hukum agama. sehingga mereka bertindak sekehendak hatinya tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi serta madharat yang akan menimpanya.
2. Berbaur dan banyaknya budaya-budaya yang ada. sehingga Banyak yang mengerjakan amalan atas dasar taqlid serta mengikuti kemayoritasan.
3. Fanatisme terhadap pendapat tokoh. Sehingga dia tidak mau menerima pendapat dari selain tokohnya tersebut serta menganggap diri mereka sendirilah yang benar.
4. Mengutamakan akal diatas wahyu. Sehingga mereka berbicara, berfatwa menurut akal dan pemahaman sendiri tanpa merujuk kepada khoirulqurun dalam memahami ayat ataupun hadits Nabi, wal hasil mereka sesat lagi menyesatkan.
5. Tasyabbuh (menyerupai)pada orang kafir. Dalam hal yang berkenaan dengan kehidupan mereka.
6. Adanya terjemahan buku-buku filsafat yang banyak mengandung pemikiran-pemikiran yang sesat dan menyesatkan. Antara lain ketika Ibnu Arabi berkata :
"Maka ia memujiku dan aku memujiNya
Ia menyembahku dan aku menyembahNya
Pada satu saat aku mengakuiNya
Dan pada sering kali aku mengingkariNya"
Al-Hallaj berkata "Saya kafir dengan agama Allah, dan kafir wajib bagi saya sedang bagi kaum muslimin adalah buruk"
Diantara mereka ada juga yang mengatakan "Barangsiapa berkata bahwa yang ada di alam semesta ini adalah selain Allah maka ia telah kafir". Na'udzubillah min dzalik
Mungkin inilah diantara sebab-sebab muncul dan tersebarnya fenomena kuburiyah ini, semoga Allah melindungi kita dari kesesatan dan bahayanya penyakit ini.

D. Bentuk-bentuk Penyimpangan Kaum Ini
Setiap masa, penyimpangan ini memiliki bentuk yang berbeda, menurut waktu dan versi serta tempat kejadian dan adapun diantara bentuk pelanggaran yang sampai saat ini masih mereka lakukan antara lain :
1. Membangun masjid diatas kuburan
Rasulullah telah berwasiat dalam sabdanya "Laknat Allah untuk orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi sebagai masjid-masjid"
Dari jundub bin Abdullah al Bajali,mendengar Nabi bersabda :"Ingatlah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan Nabi-Nabi dan orang-orang sholeh sebagai masjid-masjid, ingatlah jangan menjadikan kuburan sebagai masjid, karena sesungguhnya aku melarang kalian dari hal itu"
Jumhur Hanabilah berfatwa dengan hadits Rasul yang diriwayatkan Abu Sa'id al Khudri dari rasulullah : "Bumi seluruhnya adalah masjid selain kuburan dan kamar mandi"
Ulama thaif pada umumnya melarang perbuatan ini, adapun Maliki dan Syafi'I mengharamkan hal ini.
2. Bersafar untuk berziarah kubur dan tabarruk dengannya
Diriwayatkan dari Abu Said al Khudri dia berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda : "tidak boleh diikat : janganlah kamu mengikat pelana-pelana unta kecuali untuk mendatangi tiga masjid : masjidku ini, masjidil haram,dan masjidil aqsha'."
3. Menerangi kuburan dengan lampu
Karena hal ini merupakan bid'ah dan menyia-nyiakan harta. Rasul bersabda :"sesungguhnya Allah membenci untuk kalian tiga perkara :'katanya dan katanya, menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya'." Ibnu Hajar al haitami dalam kitabnya al Zawajir beliau mengisyaratkan bahwa hal ini termasuk dosa besar.
4. Membangun kuburan dan menulisnya
Dari jabir a dia berkata : "Rasulullah melarang menyemen kuburan dan duduk diatasnya, serta mendirikan bangunan di atasnya" Imam Nawawi dalam kitab majmu' menyatakan "Imam syafi'i dan para sahabat mengatakan bahwa merupakan hal yang dibenci adalah menembok kuburan, menulisi nama yang mati dan membangunnya.
5. Menjadikan kuburan sebagai tempat perayaan dan ritual ibadah
Rasulullah melarang dalam sabdanya : "Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai ied (tempat perayaan) dan jangan jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan."
Sampai-sampai beliau berdoa dan memohon kepada Allah "yaa Allah, janganlah engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah" . ibnu taimiyah berkata "shalat dikuburan hukumnya makruh dan haramkan oleh madzhab imam Ahmad"
6. Nadzar dan menyembelih untuk kuburan
Sesungguhnya kedua hal ini termasuk dalam ibadah, jadi seseorang tidak boleh mengarahkannya melainkan hanya kepada Allah
Semata. Dari Ali berkata, Nabi bersabda : "Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah" wallahu a'lam bishowab



Maraji' :
 Imathat al-Litsam wa kabh al-Auham, Mamduh Farhan al-Buhairi/ kuburan agung. Pustaka Darul Haq.
 Fatawa Lajnah Daimah lil buhuts wa Ifta', syaikh Ahmad bin Abdur Razzaq ad Duwaisy.
 Fiqh al Ad'iyyah wa Adzkaar, Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al Badad.
 Jaami'ul Masail, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah.
 Majmu' Fatawa wa Rasail, Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin.
 Syifaaus Shudur fi Ziyarati wa Masyahidi wal Qubur, Mar'a bin Yusuf al Karmi al Hanbali

Misteri Alam Jin


Apa Itu Jin
Jin adalah makhluk yang berakal yang mempunyai kemampuan untuk memilih jalan kebaikan dan keburukan. Jin memiliki alam tersendiri dan bukan alam malaikat atau alam manusia. Alam yang tersembunyi dari pandangan manusia

sehingga mereka disebut Jin karena tertutup (ijtina'). Jin adalah makhluk yang diciptakan dari api sebagaimana yang terdapat dalam surat Ar-Rahman ayat 15. Dan Jin lebih dahulu diciptakan daripada penciptaan manusia (Al-Hijr: 26-27).
Nama-Nama Jin Dan Kelompoknya
Ibnu Abd Al-Barr mengatakan bahwa menurut para ahli ilmu kalam dan bahasa, Jin memiliki tiga jenis sebutan:
1. Bila yang mereka maksudkan adalah Jin secara murni, maka mereka dipanggil Jinni.
2. Bila yang mereka maksudkan Jin yang tinggal bersama manusia, maka mereka dipanggil Amir, jamaknya Imar.
3. Jika yang dimaksud Jin yang nampak pada anak-anak kecil, maka mereka dipanggil Arwah.
4. Jika ia jahat dan mengganggu, maka ia dipanggil Syaitan.
5. Jika kejahatannya lebih daripada syaitan dan pengaruhnya lebih kuat, maka disebut Afrit.
Kemudian mengenai kelompok Jin Rasulullah bersabda:
"Jin ada tiga kelompok : satu kelompok terbang melayang diudara. Satu kelompok lagi berupa ular dan anjing. Dan satu kelompok lagi diam dilumpur dan berjalan." (HR. Thabrani, Al-Hakim dan Al-Baihaqi dengan isnad shahih, Shahih Al-Jami' 3/85)
Syaitan Dan Jin
Kata syaitan dalam bahasa Arab dijadikan istilah bagi segala sifat yang angkuh dan durhaka. Dinamakan syaitan karena keangkuhan dan kedurhakaannya kepada Allah. Dan syaitan memiliki nama lain diantaranya yaitu Thaghut yang artinya melampuau batas (An-Nisa`:76). Allah juga menamai mereka Iblis karena keterputusasaannya dari rahmat-Nya. Iblis adalah bentuk kata benda bahasa Arab diambil dari kata Ilbalasa yang berarti orang yang tidak mempunyai kebaikan. Ublisa berarti putus asa dan bingung.
Syaihkhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa syaitan adalah asli Jin sebagaimana Adam yang asli manusia. (lihat Majmu' Fatawa: 4/235,346).
Makanan Dan Minuman Jin
Banyak hadits yang menjelaskan akan hal ini diantaranya adalah riwayat Tirmidzi dengan isnad yang shahih Rasulullah bersabda, "Jangan kalian beristinja` dengan kotoran binatang dan jangan pula dengan tulang. Karena ia merupakan bekal bagi saudara-saudara kalian dari bangsa Jin."
Dan tentang bagaimana syaitan makan Rasulullah menjelaskan, "Jika seseorang diantara kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannya. Dan bila ia minum hendaklah ia minum dengan tangan kanannya juga. Karena syaitan itu makan degan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya juga." (Shahih Muslim).
Ibnu Qayyim membuat suatu kesimpulan dengan firman Allah:
"Sesungguhnya minuman arak, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan." (Al-Maidah: 90). Karenanya segala minuman yang memabukkan adalah minuman syaitan.
Perkawinan Manusia Dengan Jin
Dalil yang menunjukkan bahwa perkawinan antara manusia dengan Jin bisa terjadi adalah firman Allah :
"Mereka belum pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni surga) dan tidak pula oleh Jin" (Ar-Rahman: 56).
Ibnu Taimiyah berkata, "Kadang-kadang manusia kawin dengan Jin dan lahirlah seorang anak dari keduanya. Peristiwa ini banyak terjadi dan sudah masyhur." (Majmu' Fatawa 19/39). Sekalipun demikian banyak ulama` yang membenci perkawinan ini. Sebab tidak ada hikmah dari perkawinan tersebut (Ar-Rum: 21).
Kediaman Jin Dan Waktu-Waktu Munculnya
Jin bertempat tinggal di bumi diamana kita tinggal diatasnya, mereka banyak berada di tempat-tempat kotor dan najis seperti permandian, tempat buang kotoran, sampah-sampah dan kuburan. Mereka juga banyak terdapat di tempat-tempat maksiat seperti pasar dan juga menginap di rumah-rumah manusia namun mereka dapat diusir dengan bacaan-bacaan dzikir kepada Allah apalagi ketika mendengar adzan dikumandangkan. Dan rasulullalh menjelaskan bahwa mereka banyak bertebaran ketika datangnya kegelapan malam.
Hewan-Hewan Yang Ditemani Jin
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa jin pernah meminta bekal kepada Rasulullah lalu beliau bersabda' "Bagi semua tulang yang disebutkan nama Allah padanya. Ia akan tiba di tangan-tangan kalian sebagai makanan. Dan, bagi kalian seluruh kotoran sapi yang juga merupakan makanan bagi binatang-binatang kalian." (HR. Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa Jin memiliki binatang-binatang dan diantara hewan yang selalu mereka temani adalah unta sebagaimana sabda Nabi, "Sesungguhnya untua itu diciptakan dari syaitan-syaitan, dan di belakang setiap unta ada syaitan." (Shahih Al-Jami': 2/52). Karenanya Rasulullah melarang kita shalat dikandang unta.
Kemampuan Jin Menyerupai Beberapa Rupa Dan Bentuk
Jin mempunyai kemampuan untuk menyerupai bentuk manusia dan binatang. Dan terkadang menyerupai binatang unta, keledai, sapi, anjing terutama anjing dan kucing hitam serta ular.
Dalam shahih Muslim Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya di Madinah ada sekelompok jin sudah masuk Islam. Maka yang melihat para penghuni ini, hendaklah ia mengizinkannya (menampakkan diri) tiga hari. Jika tetap nampak sesudah itu, hendaklah ia membunuhnya, karena sesungguhnya dia itu syaitan."
Dan syaitan dapat berjalan cepat pada aliran darah manusia. Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya syaitan berjalan cepat pada diri manusia di tempat mengalirnya darah." (Shahih Al-Bukhari dan Muslim).
Kelemahan Jin
Jin dan syaitan selain memiliki kekuatan diantaranya adalah ketangkasan berpindah namun mereka juga memiliki kelemahan. Allah berfirman : "Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah." (An-Nisa: 76).
Diantara kelemahan mereka adalah tiada kekuatan bagi syaitan atas hamba-hamba Allah yang shalih sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga." (Al-Isra`: 65).
Diantara kelemahannya pula bahwa jin-jin tidak dapat melewati batas-batas tertentu sebab jika mereka melanggar maka mereka akan mati dengan nyala api dan cairan tembaga. Hal ini dijelaskan dalam surat Ar-Rahman : 33-35.
Kemudian jin juga tidak dapat membuka pintu yang ditutup dengan menyebut nama Allah padanya. Rasulullah bersabda, "Tutuplah pintu-piintu dan sebutlah nama Allah padanya. Karena syaitan itu tidak dapat membukan pintu yang ditutup dengan mnyebut nama-Nya." (HR. Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim dengan sanad shahih).
Bila seorang hamba komitmen di atas kebenaran maka syaitan akan memisahkan diri darinya sebagaimana sabda Rasulullah, "Sesungguhnya syaitan benar-benar memisahkan diri darimu wahai Umar." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dengan isnad shahih).
Syaitan hanya berkuasa pada hamba-hamba yang lantaran mereka menyukai fikirannya dan mengikutinya suka dan patuh kepadanya (Al-Hjr: 42).
Syaitan Terkadang Menguasai Orang-Orang Beriman Disebabkan Dosa-Dosa Mereka
Dalam hadits disebutkan, "Sesungguhnya Allah Ta'ala bersama hakim selama hakim itu tidak zalim. Bila zalim, maka Allah berlepas darinya dan ia akan ditempati syaitan." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi dengan isnad hasan).
Allahberfirman : "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir." (Al-A'raf: 175-176).
Menundukkan Jin Untuk Sulaiman
Allah telah menundukkan untuk Nabi-Nya, Sulaiman sekelompok jin dan syaitan sehingga mereka mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada mereka dan akan dihukum jika melanggar. Firman Allah:
"Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu." (Shad: 36-38).
Dan Allah berfirman dalam surat Saba`: 12-13 : "Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tung-ku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih."
Hal ini sebagai bukti dikabulkannya do`a Sulaiman dimana beliau pernah berdo`a : "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". (Shaad:35).
Do`a inilah yang kemudian mencegah Nabi untuk mengikat seorang jin yang datang kepada beliau dengan membawa panah api yang akan dilemparkannya ke muka beliau.
Ketidakmampuan Jin Mendartangkan Mukjizat
Jin tidak dapat mendatangkan mukjizat sebagaimana yang dibawa oleh para Rasul, sehingga ketia orang-orang kafir mengatakan bahwa Al-Qur`an itu adalah buatan syaitan maka Allah menentang manusia dan jin untuk mendatangkan yang serupa dengan Al-Qur`an sebagaimana diterangkan dalam surat Al-Isra`: 88.
Jin Tidak Dapat Menyerupai Rasulullah Dalam Mimpi
Rasululllah bersabda, "Barangsiapa yang bermimpi melihat aku, maka sesungguhnya dialah aku. Karena syaitan itu tidak dapat menyerupai aku." (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih).
Namun dalil ini tidak mencegah syaitan untuk menyeruupai selain rupa Rasulullah lalu mengaku bahwa dia dengan rupa tersebut adalah Rasulullah padahal bukan. Jadi tidak setiap yang bermimpi melihat Rasulullah itu adalah benar kecuali jika sifat-sifat yang dilihatnya sesuai dengan sifat-sifat yang diriwayatkan dalam hadits tentang beliau .
TUJUAN PENCIPTAAN JIN
Tujuan penciptaan jin sama dengan diciptakannya manusia yaitu untu beribadah kepada Allah semata. Sebagaimana firman-Nya, "Tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah." (Adz-Dzariat: 56).
Sehingga yang taat diantara mereka akan masuk kedalam Jannah sedangkan yang ingkar akan dimasukkan kedalam neraka jahannam sebagaimana banyak dinyatakan di dalam Al-Qur`an diantara surat Al-An'am: 130 dan Al-A'raaf: 38.
Hal ini sebagai bukti sampainya risalah syariat kepada mereka.
Beban Dan Tanggungjawab Yang Sesuai Dengan Kemampuan Mereka
Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa 4/233 berkata, "Bangsa jin diperintahkan untuk mengerjakan suatu perkara usul dan furu' yang sesuai dengan ukuran mereka. Mereka tidak sama dengan manusia dalam batasan dan hakikat perkara, karena itu perintah dan larangan yang ditujukan kepada mereka tidak sama dengan yang diberikan kepada manusia. Mereka sama dengan manusia dalam hal dibebani perintah dan larangan, dibebani halal dan haram. Mengenai hal ini saya tidak tahu adanya perselisihan diantara kaum muslimin."
Bagaimana Wahyu Sampai Kepada Mereka
Karena mereka mukallaf, tentu saja harus ada wahyu yang sampai kepada mereka. Lalu bagaimanakah sampainya wahyu kepada mereka? Dalam hal ini pendapat yang paling kuat adalah bahwa Rasul yang diutus kepada manusia adalah Rasul yang diutus kepada bangsa jin, sebagaimana ucapan jin ketika mendengar Al-Qur`an, "Kami mendengar kitab yang turunkan setelah zaman Nabi Musa." (Al-Ahqaf: 30).
Risalah Muhammad ` Yang Bersifat Umum
Sudah menjadi ijma' Ahlussunnah bahwa Nabi Muhammad diutus kepada bangsa jin dan manusia. Sehingga ini menunjukkan bahwa Al-Qur`an adalah petunjuk bagi jin manusia. Firman Allah : "Katakanlah (hai Muhammad): 'Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang mena'jubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami." (Jin: 1-2).
Utusan Jin
Bangsa Jin yang mendengarkan syariat kemudian beriman dan menyebarkan seruan tersebut kepada kaumnya. Sehingga datang utusan mereka kepada Nabi ketika di Makkah untuk mempelajari syariat-syariat Allah dan Rasul-Nya.
Dalam riwayat Thabari dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah bersabda, "Aku menginap pada malam itu. Aku membacakan Al-Qur`an kepada Jin dan berhenti pada kata hujuun."
Mereka Memerintahkan Kepada Kebaikan Dan Menjadi Saksi Bagi Orang Islam
Abu Sa'id berkata, "Saya mendengar dari Rasulullah bahwa beliau telah memberitahukan bahwa jin-jin akan menjadi saksi pada hari kiamat terhadap orang-orang yang mendengarkan adzannya." (HR. Bukhari).
Urutan Mereka Dalam Kebaikan Dan Kejahatan
Tingkatan mereka dalam hal ketakwaan dan kekufuran sama hal manusia. Firman Allah, "Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda." (Jin: 11).
Tabiat Syaitan
Setelah pembangkangannya kepada Allah ia berubah menjadi kafir dan begitu bersemangat untuk menjerumuskan manusia kedalam kesesatan. Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu diantara mereka kesemuanya." (Shaad: 85).
SYAITAN MENYERUPAI PELBAGAI MACAM RUPA
Syaiatan terkadang datang menggoda dalam bentuk manusia. Terkadang pula hanya dengan suara tanpa terlihat siapa yang berbicara atau ia datang dengan bentuk yang aneh untuk menipu manusia. Namun ini semua hanya dilakukan terhadap orang yang kufur kepada Allah atau terhadap orang-orang yang berbuat kemungkaran dan dosa-dosa besar.
Orang-Orang Yang Dilayani Syaitan Mendekatkan Diri Kepadanya Dengan Perbuatan Maksiat
Orang yang mengaku memiliki ilmu hitam pada hakekatnya syaitan itulah yang melayani mereka dan sebagai timbal baliknya mereka harus mendekatkan diri kepada syaitan-syatan itu dengan kekufuran dan kemusyrikan. Misalnya menulis kalamullah dengan benda-benda najis atau membolak-balikkan hurufnya.
Orang-Orang Ghaib
Sebagaimana yang dikatakan oleh Thahawiyah, bahwa di antara syaitan-syaitan itu ada yang dinamakan "Orang-orang ghaib" dimana sebagian manusia dapat berbicara kepada mereka. Mereka mampu memperlihatkan hal yang luar biasa dan karenanya mereka mengaku sebagai wali-wali Allah dan mereka ini pada hakekatnya adalah saudara-saudaranya orang musyrik sungguh amat jauh perbedaan antara wali Allah dengan wali-wali syaitan.
Hukum Mempekerjakan Dan Mempergunakan Jin
Di muka telah dijelaskan tentang do`a Nabi Sulaiman. Maka jelas jika diantara manusia memperoleh ketaatan jin, ini bukanlah suatu penyihiran akan tetapi dengan kemauan jin itu sendiri. Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa 11/306 menjelaskan tentang hukum mempekerjakan jin sebagai berikut :
Beberapa hal mengenai hubungan jin dan manusia
Siapa yang dapat memerintahkan jin untuk menjalankan kebaikan dan kewajiban yang diperintahkan Allah berupa ibadah, maka ia termasuk wali-wali Allah. namu barangsiapa yang melakukannya dalam hal kemaksiatan kepada Allah berupa kekufuran dan kemusyrikan berarti dia telah meminta bantuan kepada jin dalam urusan kekafiran dan kemusyrikan maka ia telah keluar dari millah.
MENDATANGKAN ARWAH
Pengakuan seorang akan kemampuan mendatangkan arwah bukanlah masalah yang baru bahkan pengakuan seperti itu sudah terjadi sejak tempo duloe. Ustadz Muhammad Hussain di dalam bukunya Ar-Ruhiyah Al-Haditsah (Spritualisme Modern) talah banyak mengungkapkan tentang tipu daya dan pemalsuan hakikat oleh mereka yang mengaku dapat mendatang arwah. Beliau juga mengungkapkan cara yang kedua, dengan mempergunakan jin dan cara kedua inilah yang banyak mereka gunakan.
Pengkajian Masa Kini
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni dalam buku Al-Imam bil Malaikah didapatkan suatu kesimpulan bahwa masalah ini adalah suatu pembohongan dan merupakan pengakuan yang menjerumuskan kepada kekufuran. Karena tidak ada seorang pun yang dapat mendatangkan roh, syaitanlah yang menyesatkan mereka.
Mendatangkan arwah adalah suatu hal yang mustahil karena hal itu termasuk hal yang ghaib. Allah berfirman, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (All-Isra`: 85).
Dan Allah juga menjelaskan bahwa Dialah yang memegang ruh manusia ketika mati dan menahannya ketika mati (Az-Zumar: 42).
JIN DAN ILMU GHAIB
Sesungguhnya bangsa jin tidak mengetahui hal yang ghaib. Terbukti ketika Nabi Sulaiman telah Wafat, Allah membiarkan jasadnya berdiri tegak, sementara itu jin-jin yang telah ditundukkan untuk Sulaiman terus bekerja tanpa menyadari kematian tuannya. Allah berfirman, "Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan." (Saba`:14).
Tukang Ramal Dan Dukun
Dengand keterangan diatas jelas bahwa pengakuan tukang ramal dan dukun akan pengetahuan mereka tentang hal-hal yang ghaib adalah pengakuan yang menyesatkan yang bertentangan dengan akidah Islam. Bahkan Ibnu Qayyim dalam bukunya Al-Ighatsah mengatakan bahwa dukun-dukun itu adalah utusan syaitan. Bagi yang mempercayainya adalah kafir. Karenya Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari." (HR. Muslim dan Ahmad). Jika demikian bagaimanakah hukum dukun dan tukang ramal itu sendiri?
Ahli Nujum
Membuat ramalan yang isinya tentang hukum dan pengaruh adalah haram hukumnya. Adapun pernyataan bahwa ahli nujum terkadang benar maka pada hakikatnya itu menipu manusia. Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah tentang dukun-dukun maka beliau bersabda, "Mereka tidak ada apa-apanya" sahabat bertanya lagi, "Ya Rasulullah mereka membicarakan sesuatu kemudian terjadi." Kemudian beliau menjawaab, "Kata-kata itu ada benarnya, jin mendengarkannya secara sembunyi lalu membisikkannya di telinga walinya, lantas mereka mencampurkannya dengan seratus lebih kebohongan." (HR. Bukhari dan Muslim).
JIN DAN PIRING TERBANG
Untuk menyesatkan manusia, syaitan berusaha menggunakan cara yang berbeda-beda dalam setiap masa. Masa sekarang ini diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu mereka meyesatkan manusia dengan cara yang dapat menarik perhatian manusia dan sekaligus mempengaruhi jiwanya. Manusia sekarang banyak yang memfokuskan perhatiannya tentang kemungkinan adanya kehidupan makhluk-makhluk selain mereka di sana.

Mau Nggak jadi Pewaris Surga ?


Tiap kali kita berbicara mengenai surga terlintas di pikiran kita kenikmatannya, kesenangannya, sungai madu yang sangat manis, sungai susu, sungai khamr dan lain-lain. Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, tidak ada kesedihan didalamnya, penghuninya hidup dengan penuh kebahagaian

karena mereka dapat memandang wajah Allah yang mulia. Terlebih ketika mereka memasuki surga dengan tingkatan yang paling tinggi Firdaus namanya. Karena dari surga ini mereka dapat melihat penghuni surga-surga yang ada dibawahnya. Allah mensifati orang-orang yang akan mewarisi surga ini dengan ayat-ayat-Nya yang terdapat dalam kitab-Nya Al-Qur'an yang mulia.
Firman Allah dalam surat Al-Mukminun ayat 1- 11
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya".
Ketika para sahabat menanyakan akhlaq Rasulullah kepada Aisyah :
"Kami bertanya kepada Aisyah : Bagaimana akhlaq Rasulullah? Beliau menjawab: Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur'an. Beliau membaca (qod afalahal mukminun sampai ayat wal ladzina hum ala solawatihim yuhafidzun) beginilah akhlaq Rasulullah. [HR. An-Nasa'i]
Dalam ayat pertama dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang beruntung. Hal ini berarti selain orang yang beriman tidak akan mendapatkan keberuntungan. Kenapa mereka dikatakan sebagai orang yang beruntung? Karena mereka adalah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka mendapat keberuntungan berupa kebaikan dunia dan akhirat. Dan ini berarti tidak semua orang yang beriman akan mendapatkan surga itu, karena memang surga Firdaus tidak diperuntukan bagi setiap orang yang beriman, lalu siapakah orang yang akan mendapatkannya? Berikut ini adalah pemaparan mengenai hal itu.

SIFAT-SIFAT PENGHUNI SURGA FIRDAUS
Allah menjelaskan sifat-sifat orang yang akan menghuni surga Firdaus-Nya dengan beberapa ayat dalam surat ini.

1. Orang yang khusyu' dalam sholatnya
Imam Al Qurtubi menyebutkan dalam kitabnya bahwa sebab turunya ayat ini adalah ketika Rosulullah dan para sahabatnya tidak memandang ketempat sujud ketika sholat. Maka Allah menegur mereka semua agar sholat yang mereka lakukan menjadi khusyu’. [Tafsir al jami li ahkamil Qur’an]
Sholat adalah tiangnya agama, sholat juga merupakan ibadah yang dapat mendekatkan seorang hamba dengan Rabb-nya. Sholat yang kita laksanakan setiap harinya ini memiliki syarat dan rukunnya, hal mana ini merupakan sebab diterimanya sholat yang kita lakukan. Diantara rukun-rukun sholat itu adalah khusyu'.
Khusyu' berarti menghadirkan hati, dan pikiran hanya kepada Allah semata. Karena pentingnya menghadirkan kekhusyu’an dalam sholat sampai-sampai Nabi memerintahkan seorang sahabat untuk mengulangi sholatnya. Maka, tanda tanya yang besar bagi kita, apakah sholat yang kita lakukan selama sudah khusyu'???
Ketahuilah! bahwa ciri pertama hamba Allah yang akan mewarisi surga Firdaus-Nya adalah orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya.
Meskipun para ulama telah memberikan trik-trik agar kita meraih kekhusyu'an dalam sholat, tapi jika kita tidak berusaha keras maka hal itu akan sia-sia. Marilah kita tiru bagaimana kekhusyu'an Rasulullah dan sahabat-sahabatnya dalam sholat mereka.

2. Orang-orang yang menjauhkan dirinya dari hal-hal yang tidak berguna
Seorang muslim yang baik adalah yang dapat menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat baginya. Hal ini adalah sebagaimana yang telah disinyalir oleh Rasulullah dalam haditsnya:
"Bukti dari baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat". [HR.Tirmidzi]
Imam Ibnu Katsir menafsirkan "laghwu" adalah kebathilan, dan ini mencakup kesyirikan, kemaksiatan dan perkataan juga perbuatan yang tidak mendatangkan manfaat [Tafsir Al-Qur'anul Adzim, 3/ 32]. Allah juga mensifati hamba-Nya (‘ibadur rohman) dengan sifat ini dalam firman-Nya:
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya".

3. Orang-orang yang menunaikan zakat
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat ini, dan yang paling masyhur adalah dua pendapat:
• Maksud zakat di sini adalah zakat maal (harta) ini adalah pendapat Ibnu Katsir dan kebanyakan ulama.
• Maksud zakat di sini adalah zakat jiwa yaitu menyucikannya dari kesyirikan, kemaksiatan dan dosa. [Tafsir Al-Qur'anul Adzim, 3/ 321, Adhwaul Bayan, 5/ 517]
Adapun hari ini kita dapati betapa banyak manusia yang enggan menunaikan zakat, meskipun pada hakikatnya dia adalah orang yang mampu. Maka dalam hal ini para ulama menghukumi orang-orang yang enggan menunaikan zakat dengan beberapa hukum, dan ini adalah hukuman di dunia:
a) Orang yang enggan menunaikan zakat karena bakhil dan dia meyakini kewajibannya maka hukuman bagi orang yang seperti ini adalah suatu kemaksiatan yang besar, fasiq dan tidak dikafirkan. Apabila dia meninggal dia dimandikan, disholatkan dan pada hari kiamat perkaranya diserahkan kepada Allah.
b) Orang yang enggan menuniakan zakat dikarenakan menolak akan kewajibannya setelah datang penjelasan kepadanya, maka hukuman bagi orang seperti ini adalah kufur, tidak disholatkan dan tidak dikuburkan dikuburan kaum muslimin. [Fatawa Lajnah Daimah, 9/ 184]
Adapun hukuman bagi mereka di akhirat adalah sebagaimana firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". [QS at-Taubah: 34-35]

4. Orang-orang yang senantiasa menjaga kemaluannya.
Sifat seorang mukmin yang akan beruntung, mendapat surga Firdaus dan kekal di dalamnya adalah mereka yang senantiasa menjaga kemaluannya dari hal-hal yang diharamkan Allah. Yaitu menjaga dirinya dari perbuatan zina, liwat dan semua yang dilarang Allah. Kecuali kepada istri-istri dan budak-budak mereka. Imam As-Syafi'i, Imam Malik dan orang-orang yang sepakat dengan beliau mengharamkan onani dengan ayat ini. Syaikh Syanqithi juga berpendapat demikian. [Tafsir Al-Qur’anul Adzim, 3/322 dan Adhwaul Bayan, 5/ 519]
Adapun orang-orang yang mencari selain dari yang demikian (yang telah ditentukan Allah) dari istri dan budak, mereka adalah orang-orang yang melampui batas.

5. Orang-orang yang menjaga amanat dan janjinya
Di antara sifat yang membedakan orang mukmin dengan orang munafik adalah pada hal amanah yang debankan kepada mereka. Orang mukmin adalah orang yang senantiasa menjaga amanahnya.
Rasulullah mensifati orang munafik dalam haditsnya:
"Tanda-tanda orang munafik ada tiga : apabila berkata dusta, apabila berjanji mengingkari, apabila diberi amanat khianat". [HR. Bukhari dan Muslim]
Amanah ini mencakup segala hal yang telah Allah titipkan kepada kita dan Dia perintahkan untuk menjaganya. Termasuk di dalamnya menjaga anggota badan kita dari hal-hal yang tidak diridhai Allah.
Adapun janji yang dimaksud dalam ayat ini adalah semua hal yang engkau telah berjanji umtuk menjaganya, berupa hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Amat banyak ayat yanga menjelaskan perihal ini dalam Al-Qur'an diantaranya (an-Nisaa’: 58) (al-Anfal : 27) (al-Ma'arij : 32) (al-Israa’: 34) (al-Maaidah : 1) (al-Fath: 10) (an-Nahl : 91) dan (al-Anbiya’: 78).
Oleh karena itu, hendaklah setiap muslim untuk senantiasa menjaga amanah yang dibebankan kepadanya dan janjinya. Karena sungguh amanah itu akan ditanyakan pada hari kiamat, Rasulullah bersabda:
"Tiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya….". [HR. Bukhari dan Muslim]

6. Orang-orang yang menjaga sholatnya
Allah  memulai memberikan ciri-ciri hamba-Nya yang akan mewarisi surga-Nya dengan sholat kemudian ditutup juga dengan sholat. Hal ini mengindikasikan bahwa sholat adalah ibadah yang sangat urgen. Karena sholat merupakan pembeda antara keislaman dan kekufuran, sebagaimana sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya pembeda antara keislaman, kesyirikan dan kekufuran adalah sholat”. [HR. Muslim]
Ciri yang terakhir ini adalah kelanjutan dari ciri yang pertama. Yang itu berarti bahwa orang yang telah khusyu' dalam sholatnya dia dituntut untuk menepati waktunya.
Sholat adalah ibadah yang telah ditetapkan waktunya, maka janganlah sekali-kali kita mengundur-undur waktu yang telah ditetapkan itu. Allah berfirman:
"Sesungguhnya sholat telah ditentukan waktu-waktunya atas orang-orang yang beriman ".
Allah mengancam hamba-hamba-Nya yang mengerjakan sholat dengan firman-Nya :
"Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat. (yaitu) orang yang lalai dari sholatnya. Dan ingin dilihat oleh orang lain”.
Makna saahun dalam ayat ini adalah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash :
"Mengakhirkan sholat dari waktunya". [Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, 52]
Atha' bin Dinar berkata : Segala puji bagi Allah yang telah mengatakan "'an (dari)" tidak "fii (di dalam)", karena kata 'an telah mencakup segala hal baik itu lalai dari waktunya dengan mengakhirkannya atau lalai dari kekhusyu'an dalam sholat.
Coba kita perhatikan! Orang yang sholat saja akan disiksa oleh Allah manakala dia tidak menjaga sholatnya. Lantas bagaimanakah nasib orang-orang yang meninggalkan sholat sedangkan ia tahu akan kewajibannya?
Allah berfirman :
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan ". [QS Maryam: 59]
Ibnu Abbas menafsirkan yang dimaksud dengan ghoyyan adalah kerugian, adapun Imam Qotadah menafsirkannya dengan keburukan, sedangkan Ibnu Mas'ud menafsirkannya dengan sebuah lembah yang terletak di neraka jahannam yang dalam lagi berbau busuk dan penuh dengan hal yang menjijikan, Abi Ayyad mengatakan ghoyyan adalah lembah di neraka yang berasal dari nanah dan darah. [Tafsir Qur'anul Adzim, 3/174 dan Al-Kabair, 52]
Dalam riwayat Imam Ahmad dikatakan bahwa orang-orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja, mereka nanti pada hari kiamat akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir'aun, Haaman dan Ubay bin Kholaf. Wal 'iyadzu billah.
Maka, surga Allah bagi kita manakala kita melaksanakan semua perintah Allah yang telah Dia perintahkan.
Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan :
“Aku (Allah) telah siapkan bagi hamba-hambaKu sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan tidak terdetik dalam hati seseorang”.

Demikianlah sifat atau ciri hamba-hamba Allah yang akan mewarisi surga Firdaus surga yang paling tinggi. Mereka kekal di dalamnya dan menikmati hasil dari segala apa yang telah mereka usahakan semasa di dunia. Ini adalah janji Allah dan Allah tidak akan pernah menyelisihi janji-Nya. Semoga kita termasuk dari mereka dan berusaha untuk menjadi mereka. Amiin ya Robbal alamiin.

Wallahu A'lam bish Showab

Sebenarnya Siapa Sich Dukun Itu ?


Ada beberapa istilah dalam bahasa Arab yang agak dekat kata dukun. Masing-masing istilah menunjukkan spesialisasi dukun tersebut

1. 'Arraf
Imam Al-Khiththabi menyebutkan bahwa ‘Arraf adalah orang yang mengaku mengetahui barang yang dicuri, tempat orang hilang atau yang semisalnya. Yakni mengetahi secara ghaib hal-hal yang sedang dan tengah terjadi.
2. Kahin
Kata Kahin disebut dalam firman Allah, "Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Rabbmu bukanlah seorang Kahin dan bukan pula seorang gila." (Qs. Ath_thur “ 29) Ibnu Katsir menafsirkan Kaahin, yakni orang yang memiliki pandangan yang didapatkan dari jin yang mencuri dengar dari langit.
Syeikh Abdur Rahman bin Ali berkata, “Kahin adalah orang yang mengambil informasi dari syetan yang mencuri pendengaran dari langit dan memberikan perkara ghaib.” Berita ghaib tersebut diterima si dukun dan kemudian disampaikan kepada pasien. Sedangkan orang awam yang umumnya beranggapan bahwa berita tersebut merupakan suatu yang luar biasa, sedangkan dukun dianggap sebagai orang yang suci dan bahkan tidak jarang dari mereka yang mengkultuskannya sebagai wali Allah. Padahal, mereka sebenarnya telah tertipu, sebab dukun digambarkan oleh Al-Qur`an tidak lebih sebagai syetan yang menyesatkan manusia.
Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman) ‘Hai golongan Jin (syetan) sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia…” (al-An’am : 128)
3. Munajjin (Ahli Nujum)
Ahli nujum adalah orang yang menghubung-hubungkan peristiwa-peristiwa kosmologi dengan kejadian-kejadian di bumi. Artinya seorang ahli nujum itu mengkaitkan fenomena yang telah atau akan terjadi di bumi dengan letak dan posisi bintang-bintang, waktu terbit dan tenggelamnya serta yang semisalnya. Termasuk ramalan bintang atau zodiak.
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwa, "Al-Kahin, Al-'Arraf, dan Al-Munajjim adalah tiga istilah yang sama artinya, yaitu orang-orang yang memberitakan hal-hal ghaib untuk memberikan sesuatu yang akan terjadi atau menunjukkan barang yang dicari." [ Al-Jami'ul Farid, hal. 124]
Rahasia Kehebatan Dukun
Untuk mendapatkan kesaktian dan kekuatan linuwih, dukun tidak mendapatkan secara gratis dari jin, makhluk yang membantunya. Jin mau membantu mereka setelah dukun memenuhi persyaratan-persyaratan berupa persembahan dan segala bentu ritual kesyirikan. Sehingga terjadilah sibiosis antara kedua makhluk yang berbeda jenis ini. Fenomena inilah yang dimaksud dalam firman Allah,
"Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): 'Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia', lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami'. Allah berfirman: 'Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)'. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." [al-An’am : 128]
Ibnu Katsir menafsirkan, "Maksud 'Menghimpun mereka semuanya' adalah jin dan teman-temannya dari golongan manusia yang beribadah kepada jin dan meminta perlindungan serta mentaati mereka."
Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini. "Yakni tidaklah bersenang-senang sebagian mereka dengan sebagian yang lain, melainkan jin yang memerintahkan dan manusia yang mengerjakannya. Jin merasa senang karena manusia mengagungkannya setelah memberikan pertolongan kepada manusia."
Diantara ritual kemusyrikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Thariqatul Iqsam (Besumpah atas nama jin atau syetan).
2. Thariqatudz Dzabhi (Memotong sembelihan).
3. Thariqah Sufliyah (Melakukan penistaan).
4. Thariqatun Najasah (Menulis ayat-ayat Al-Qur`an dengan najis).
5. Thariqatut Tankis (Menulis ayat-ayat Al-Qur`an dengan terbalik).
6. Thariqatut Tanjin (Menyembah bintang).
7. Thariqatul Kaffi (Melihat melalui telapak tangan).
8. Thariqatul Atsar (Memanfaatkan benda-benda bekas pakai).
Intinya kekafiran dan kesyirikan menjadi syarat terjalinnya hubungan harmonis antara dua sejoli, dukun dan syetan.
Hukum Seputar Perdukunan
Banyak sekali hadits-hadits shahih yang menerangkan tentang hukum peraktik perdukunan. Dianataranya adalalah sebagai berikut:
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari sebagian istri Rasulullah bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan menanyakan kepadanya tentang sesuatu, lalu ia membenarkan apa yang dikatakannya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.”
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi dukun lau membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia benar-benar telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW.” [HR. Abu Daud]
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, bahwa zhahir hadits ini menunjukkan bahwa bertanya kepada dukun akan menyebabkan shalat seseorang tidak diterima selama empat puluh hari. Namun hal ini tidaklah bersifat mutlak. Sebab bertanya kepada 'Arraf (tukan ramal) ada beberapa bentuk.
Pertama, Hanya sekedar mengajukan pertanyaan mengenai suatu hal, maka hal ini hukumnya adalah haram.
Kedua, Bertanya kepadanya kemudian membenarkan dan mengambil ibrah darinya, maka hal ini adalah suatu kekufuran yang sanqat besar serta pendustaan terhadap Al-Qur`an. Yaitu firman Allah, "Katakanlah: 'Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah', dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." [an-Naml : 65]
Ketiga, Bertanya kepadanya dengan maksud untuk menguji, apakah dia benar ataukah dusta. Tanpa bermaksud untuk mengambil perkataannya, maka hal ini tidaklah mengapa dan ia tidak termasuk kedalam hadits diatas.
Keempat, Mengajukan beberapa pertanyaan dengan tujuan dan harapan bahwa pertanyaan tersebut dapat membongkar tipu daya dan kebohongannya. Maka untuk hal ini adalah termasuk perkara yang dibutuhkan dan terkadang menjadi wajib.
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi dukun lau membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia benar-benar telah terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW.”
Hadits-hadits Rasulullah tersebut di atas membuktikan tentang kekufuran para dukun dan peramal. Karena mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib, dan mereka tidak akan sampai pada maksud yang diinginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat, dan menyembah jin-jin. Padahal ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang yang membenarkan mereka atas pengakuannya mengetahui hal-hal yang ghaib dan mereka meyakininya, maka hukumnya sama seperti mereka. Dan setiap orang yang menerima perkara ini dari orang yang melakukannya, sesungguhnya Rasulullah berlepas diri dari mereka.
Dukun Adalah 'rasul' Syetan
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Ighatsatul Lahfaan telah menyingkap hubungan antara dukun dan syetan. Beliau berkata, "Dukun adalah utusan syetan. Karena orang-orang musyrik menjadikan mereka sebagai nara sumber. Mereka mempercayakan kepada para normal itu dalam urusan yang besar, membenarkannya, berhukum kepadanya dan ridha dengan hukumnya sebagaimana pengikut rasul mengikuti Rasul.
Melihat Jenis Perdukunan
Yang Diperaktikkan
Sebagian masyarakat masih memilah dukun menjadi dua kategori, dukun baik dan dukun jahat. Atau dengan bahasa lain, dukun putih dan dukun hitam. Jika pratiknya untuk menolong orang seperti, menyembuhkan penyakit, menolong orang, mencarikan barang hilang dan sebagainya, mereka sebut sebagai dukun putih. Adapun dukun hitam adalah dukun yang dalam praktiknya mencelakai orang.
Dalam pandangan syariat, tidak ada bedanya antara kedua jenis dukun tersebut. Haram untuk mendatangi keduanya. Karena keduanya mendapatkan sumber asumsi yang sama, yakni syetan.
Melihat Penampakan Dan Tampilannya
Lain lagi dengan kelompok masyarakat yang kedua ini. Bagi mereka, kalau dukun berpenampilan sebagaimana layaknya seorang kyai, nah inilah dukun yang baik, dukun putih. Sedangkan dukun jahat, menurut mereka adalah yang berpenampilam seram, menakutkan dengan pakaikan yang serba hitam.
Nah fenomena dukun putih dan dukun hitam tersebut, merupakan bentuk dari tipu daya syetan untuk menyesatkan manusia. Sehingga dengan syetan bisa merusak tashawwur mereka. Dimana, ketika yang dihadapi adalah orang yang hobi klenik dan mistik, maka syetan mengutus walinya dengan pakaian yang sertam hitam dan segala tempelan yang menyeramkan. Sehingga orang-orang menangkap kesan kehebatannya sebgai dukun hitam. Tapi ketika yang dihadapi adalah orang-orang yang rajin pengajian, lengket dengan identitas Islalmnya, syetan mengutus dukun dengan penampilan ustadz atau kyai, sehingga umat islam tidak alergi untuk mendatanginya.
Oleh karena itu ulama tabi'in, Laits bin Sa'ad mengatakan, "Jika kalian melihat seorang bisa berjalan di atas air, janganlah terpedaya dengannya sehingga kalian cocokkan keadaannya dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah." Ketika ucapan ini sampai kepada Imam Syafi'i beliau memberikan komentar, "Bukan hanya itu, semoga Allah merahmati beliau, bahkan seandainya kalian melihat seorang yang bisa berjalan di atas bara api atau melayang di udara, maka janganlah terkecoh olehnya, hingga kalian cocokkan keadaannya dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah."
Tipologi Perdukunan Di Indonesia
Menurut penelitian Dr. Clifford Gertz, di Indonesia ini terdapat 14 macam dukun . Jika penelitian Gertz ini dikaitkan dengan hukum Islam, maka terdapat dua tipologi dukun dalam Islam, yakni dukun yang dibolehkan dan dukun yang diharamkan.
Yang tergolong dukun yang dibolehkan adalah diantaranya:
1. Dukun bayi (bersalin), yaitu orang yang profesinya menolong wanita dalam persalinan.
2. Dukun Colak (sunda: bengkong), ialah orang yang profesinya menyunat (mengkhitan) anak laki-laki.
3. Dukun rajah, ialah tabib yang mengobati pasiennya dengan menggunakan obat-obat tradisional seperti daun-daunan, tanam-tanaman, dan sebagainya.
Adapun dukun yang diharamkan Islam, diantaranya:
1. Dukun prawangan, yaitu dukun yang bertindak sebagai perantara (mediator) yang menggunakan mistik melalui ruh halus.
2. Dukun wiwit, yaitu dukun dalam upacara panenan.
3. Dukun temanten, yaitu dukun yang menjadi spesialis upacara dalam perkawinan atau disebut juga tukang sarang (penjaga) hujan agar tidak turun hujan saat resepsi perkawinan.
4. Dukun ramal.
5. Dukun sihir
6. Dukun susuk, yakni dukun yang selain biasa menangani peristiwa-peristiwa alam (seperti pengusir hujan), juga membantu orang yang punya hajat (dalam sebuah pesta) agar-barang tidak hilang atau rusak, dan makanan menjadi lebih irit.
7. Dukun tiban, yaitu tabib yang dalam praktik pengobatannya disamping menggunakan obat-obat tradisional, juga dengan kekuatan-kekuatan ghaib.
8. Dukun kebatinan, yaitu dukun yang dalam praktiknya menggunakan mistik untuk mencari kekebalan.
9. Dukun palsu, yaitu dukun gadungan yang membuat tipu-daya dan kejahatan untuk mencari keuntungan materi semata.
10. Dukun pijat, yaitu dukun yang membuka praktik pijat dengan cara-cara asusila.
11. Dukun kejuruan, yaitu ahli hikmah dari kalangan santri. Mereka memilih menjadi dukun karena gagal menjadi kyai, meskipun mereka sebenarnya tidak suka disebut dukun karena berkonotasi negatif.
Selain julukan-julukan diatas, juga masih terdapat sebutan dukun yang masuk kategori diharamkan dalam Islam. Seperti Dukun Spesialis Megis, Dukun Priyayi, Dan Dukun Abangan. Dukun spesialis magis adalah dukun yang terdapat dalam lingkungan masyarakat tradisional yang praktiknya menggunakan sihir untuk menyembuhkan orang sakit., meramal nasib, mencari barang hilang. Dukun priyayi adalah dukun yang dalam praktiknya cenderung menekankan pada kegiatan bertapa, puasa (yang tidak sesuai dengan aturan islam) atau meditasi dalam jangka waktu yang panjang. Kegiatan ini dalam rangka mendapatkan kekuatan-kekuatan psikis. Adapun dukun abangan ialah dukun yang dalam praktiknya sering menggunakan jimat, jampi-jampi, mantra dan mistik yang bersumber dari animisme dan dinamisme.
Perhatian Masyarakat Terhadap Ilmu Dukun
Kehidupan modern tidak membuat orang berpaling dari dukun. Makhluk yang satu ini tetap menjadi serbuan masa, kecuali orang yang memiliki keimanan yang benar. Lantas mengapa dukun begitu menarik bagi sebagian orang?
Salah satu yang menjadi daya pikat dukun adalah ilmu yang dia miliki. Orang menyebutnya ilmu mistik dan magic. Nah ini memang menarik karena dibumbui syetan yang telah memanipulasi kebenaran. Syetan selalu berusaha agar para dukun sebagai temannya selalu hidup dan berkembang dari zaman kezaman. Seperti janjinya kepada Allah untuk selalu berusaha menyesatkan manusia.
Banyak hal yang menyebabkan orang lari ke dukun. Salah satunya adalah kesulitan ekonomi. Kemiskinan yang berlarut-larut bisa menyebabkan orang frustasi sehingga tidak sedikit mereka terutama yang tidak memahami Al-Qur`an dan As-Sunnah menjual imannya. Mereka ingin cepat kaya tapi tidak mau memeras keringat. Sehingga mereka terbuai dengan tawaran muluk para dukun yang sesat dan menyesatkan. Cara kerja dukun kini juga lebih profesional dan komersial lagi. Mereka menerjemahkan buku-buku mujarabat yang sarat dengan kesesatan dan penyesatan.
Karenanya menjadi tugas para da'i untuk meningkatkan kuwalitas dakwaknya, sehingga dengan manajemen dakwah yang baik, dakwah Islamiyah dapat menyentuh masyarakat kita khususnya di Indonesia secara menyeluruh.
Wallahu A'lam bish-Ashawab.

Maraji':
1. Tafsir Al-Qur`anul Azhim, Imamuddin Abul Fida` Isma'il bin Katsir.
2. Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid, Abdur Rahman bin Hasan bin Ali Syaikh.
3. Al-Qaulul Mufid fie Syarh Kitabut Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
4. 'Alamul Jinni wasy-Syayathiin, Prof. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar.
5. Dukun Hitam Dukun Putih, Abu Umar Abdillah.
6. Bid'ah-bid'ah di Indonesia, Drs. Badruddin Hsubky.

Neng Ngopo Kowe Mlebu Neroko ?


Pada hakikatnya Allah telah menetapkan ajal bagi seluruh manusia yang hidup di dunia ini, sehingga mereka pasti akan mengalami kematian ketika sudah sampai ajal yang telah Allah tentukan tadi, dalam firmanNya

"Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)."(Qs. Yunus : 49)
Dan perlu diketahui bahwa kematian datang tanpa diundang, kematian bisa mendatangi siapapun yang Allahlkehendaki (laki-laki, perempuan, tua, muda, ulama', pejabat, bahkan bayi yang baru lahirpun bisa mengalami kematian) serta kematian akan mendatangi seseorang dalam keadaan bagaimanapun (melaksanakan kewajiban ataupun dalam keadaan melakukan kemasiatan).
Dan setelah kematian tersebut Allah tidaklah meninggalkan mereka begitu saja, akan tetapi Allahlmeminta pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan semasa hidupnya. Allahlberfirman :
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,"(Qs. Al muddatsir : 38-41)
Abdur Rahman bin Nashir as Sa'dy berkata :"Tiap-tiap diri akan dimintai pertanggung jawabannya atas amalan buruk dan kejahatan yang mereka lakukan di dunia, serta yang sudah menjadi kebiasaan mereka dan mendarah daging dengan diri mereka, yakni dengan disediakannya adzab bagi mereka". [hal 897]
Imam al Qurthuby menyebutkan bahwa golongan kanan ada beberapa makna diantaranya :
1) Ibnu Abbas berkata : "Mereka adalah mukminun"
2) Kalby berkata : "Mereka adalah yang Allah firmankan; mereka berada di syurga dan aku tidak lagi mengurusinya"
3) Muqatil berkata : "Golongan yang kitabnya di berikan dari arah kanan mereka, yang tidak kekal di neraka karenanya"
4) Ali bin Abi Thalib berkata : "Mereka adalah anak-anak orang mukmin"
5) Ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah para malaikat. [Jami' al Ahkam Quran Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 78]
Lebih jelasnya kita lihat tafsir ayat selanjutnya. Yang mana ketika ashhabul yamin berada di jannah, yang penuh dengan kenikmatan serta tersedianya segala kebutuhan dan tinggal di dalamnya dengan tenang nan tentram, saat itu terjadilah percakapan diantara mereka; yang kemudian sampailah percakapan mereka kepada keadaan orang-orang mujrim, yakni apakah mereka telah mendapatkan apa yang Allah janjikan ??
Salah seorang diantara ahlu jannah berkata :"Maukah kalian melihat mereka ?? setelah itu merekapun melihat orang-orang mujrim dalam neraka yang sedang di adzab. Oleh karenanya mereka (ahlu jannah) bertanya kepada Ahlu Naar :"Wahai fulan, Apa yang memasukkan kalian kedalam neraka??" Dosa apa yang memasukkan kalian kedalamnya ??. al-Farra' berkata :"Maka dengan percakapan ini tambah kuatlah pendapat bahwa ashhabul yamin adalah anak-anak, sebab mereka belum bahkan tidak mengetahui dosa". [Jami' al Ahkam Quran Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 78]
Sebab-sebab Masuk Neraka
Dari pertanyaan yang dilontarkan oleh ahlu jannah kepada ahlu naar diatas, kita akan bisa mengetahui, apa yang menyebabkan seseorang itu masuk neraka serta apa yang menyebabkan seseorang itu masuk lubang yang penuh dengan siksa dan derita itu.
Dalam ayat selanjutnya diterangkan bahwa yang menjebloskan mereka kedalam sumur kehinaan itu adalah perbuatan mereka sendiri yaitu :
 (Ù„َÙ…ْ Ù†َÙƒٌ Ù…ِÙ†َ المُصَÙ„ِّÙŠْÙ†َ), : "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat", Imam al-Qurthuby menafsirkan :"Bahwa mereka tidak termasuk kedalam golongan orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat" [Jami' al Ahkam Quran Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 79]. Ibnu Katsir menambahkan :"Bahwa mereka tidak pula menyembah Allah"[Tafsirul Quranul Adzim, Ibnu Katsir, juz 4, hal 574], Nashir as-Sa'dy menuturkan : "Kalaupun mereka menyembahNya mereka tidak ikhlas dalam perealisasiannya itu".[Tafsir Kalamil Mannaan, hal 897]
Rasulullah bersabda :
"Barangsiapa meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja, maka ia telah terlepas dari tanggung jawab Allah" [Diriwayatkan oleh Ahmad dari Mu'adz bin Jabal]
Intinya mereka masuk naar karena tidak mau menyembah Allahlyakni enggan menjalankan dan merealisasikan perintah Rabb mereka.
 (Ùˆَلمَ ْÙ†َÙƒٌ Ù†ُØ·ْعِÙ…ُ المِسْÙƒِÙŠْÙ†َ),"Dan kami tidak pula memberi makan orang miskin". Ibnu Katsir menafsirkan :"Bahwa kami dulu tidak pernah berbuat baik terhadap sesama"[Tafsirul Quranul Adzim, Ibnu Katsir, juz 4, hal 574], Nashir as Sa'dy menambahkan :"Tidak ada kebaikan yang dilakukan serta ia tidaklah memberi manfaat kepada yang sedang membutuhkannya"[Tafsir Kalamil Mannaan, hal 898], al-Qurthuby berkata :"Bahwa mereka tidak suka bersedekah"[Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 79]. Dalam ayat lain Allah berfirman :
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." [Qs. Al baqarah : 185]
Ayat ini turun dalam hal infak, Hasan al Bashri berkata:"Menjatuhkan diri kedalam kebinasaan adalah bakhil" yakni memegang erat hartanya dan tidak mau menginfakkan, menyedakahkan dan tidak pula menggunakannya untuk mentaati Allah.
Dari sini kita ketahui bahwa orang yang tidak mau berinfak dan menyedekahkan hartanya untuk orang yang membutuhkan padahal ia mampu, serta ia enggan pula untuk berinfak di jalan Allah, maka sama halnya ia telah membawa dirinya kedalam kebinasaan dan keganasan neraka. Maka dari itu coba kita laksanakan apa yang Rasulullah wasiatkan dalam sabdanya :
"Jagalah diri kalian dari dasyatnya api neraka walaupun dengan secuil kurma, dan dengan satu kalimat tayyibah" [Diriwayatkan oleh Bukhari dari Adi bin Hatim]
 (ÙˆَÙƒُÙ†َّا Ù†َØ®ُÙˆْضُ Ù…َعَ الخَائِضِÙŠْÙ†َ),"Dan kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang yang membicarakannya". Imam al-Qurthuby menafsirkan :"Kami ikut campur bersama ahlu bathil dalam melakukan kebathilannya, kami berdusta bersama orang-orang yang suka berdusta"[Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 79], Qatadah mengatakan "Ketika orang berjalan diatas kekeliruan dan kesesatan maka kami mengikutinya"[Tafsirul Quranul Adzim, Ibnu Katsir, juz 4, hal 574], Ibnu katsir menambahkan "Mereka berkata tentang apa yang tidak mereka ketahui"[Tafsirul Quranul Adzim, Ibnu Katsir, juz 4, hal 574]. Abdurahman as-Sa'dy menafsirkan "Kami bersepakat dengan kebathilan untuk membantah kebenaran" [Tafsir Kalamil Mannaan, hal 898]. Allah berfirman :
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."(Qs. Al Isra' : 36)
Syaikh Syanqithi mengatakan "Ayat ini adalah larangan untuk bertaqlid tanpa disertai ilmu, sehingga hanya mengikuti apa yang dikatakan orang lain". Seorang salaf mengatakan "Celaka bagi orang yang mengatakan 'aku mengetahuinya' padahal dia tidaklah mengetahui"
Oleh karena itu jangan sampai kita hidup hanya dengan cara bertaqlid tanpa ada usaha untuk mencari kebenaran dan keshahihan tentang sesuatu yang belum kita ketahui. Sehingga dengan taqlid buta tersebut mereka seenaknya membantah kebenaran yang datang kepada mereka.
 (ÙˆَÙƒُÙ†َّا Ù†ُÙƒَØ°ِّبُ بِÙŠَÙˆْÙ… ِالدِّÙŠْÙ†َ),"Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan". Abdurahman as-Sa'dy mengatakan "Inilah atsar atau pengaruh dari bergaul dan berkumpul dengan ahlu bathil, yaitu mendustakan kebenaran, kebenaran yang sudah dan sangat jelas kebenarannya, seperti hari akhir yang merupakan tempat adanya jaza' atas segala amalan, serta mendustakan kerajaan Allah dan kebijaksaan serta keadilanNya terhadap para makhlukNya"[Tafsir Kalamil Mannaan, hal 898]. Imam al-Qurthuby menguatkannya dengan mengatakan "Mereka tidaklah membenarkan hari kiamat yakni hari pembalasan dan pengadilan. "[Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 79].
Inilah puncak penyebab masuknya mereka ke dalam neraka, setelah mereka tunggangi dan rasakan 3 perkara yang sangat-sangat membahayakan bagi dirinya tersebut. Dan bahkan dengan perbuatan ini (mendustakan hari akhir) pula mereka menjadi kekal di dalam neraka dalam keadaan hina dina.
Kebiasaan yang sangat buruk dan terlaknat tersebut terus dan tetap saja mereka lakukan, sehingga ajal yang tidak bisa ditolerir (dan memang tidak mau diajak kompromi) itu, lebih dahulu datang sebelum mereka sempat bertaubat kepada Allah.
Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya Allah akan menerima taubat para hambanya selama sakaratul maut belum mendatanginya"(HR.Tirmidzi, dari Abdullah bin Umar)
Dikarenakan belum taubat dan belum kembalinya mereka kejalan yang benar (dien yang haq), maka bagi merekalah jahannam yang menyala-nyala. Naudzubillah min dzalik.
Referensi :
 Shofwatut Tafasiir, Muhammad Ali Ash Shabuni, Daar el Fikr, cet ke I 1416 H/ 1996 M
 Tafsir Quranul Adzim, al Hafidz Imaduddin Abu Fida' Ismail Ibnu Katsir, Daar es Salam, cet ke II 1418 H / 1998 M
 Adzwaaul Bayaan Fi Idhaahi Quran bil Quran, Syaikh Muhammad al Amin bin Muhammad al Muhtar al Jakanni Asy Syanqithi, Daar el Kutub el Ilmiyah, cet ke I 1421 H/ 2000 M
 Taisiril Karimir Rahman Fi Tafsir Kalamil Mannan, Abdurrahman bin Nashir as Sa'di, Muassasah er Risalah, cet ke I 1423 H/ 2002 M
 Riyadhus Shalihin, Imam an Nawawi, Daar el Fikr, cet ke I 1424 H/ 2004 M
 Fiqhun Nisa'/ Fiqih Wanita, Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah, Pustaka al Kautsar, cet ke I November 1998 M, cet ke XII september 2003
 Jami' al Ahkam al Quran, al Qurthuby, Daar el Kotob el Araby, 1424 H/2004 M

Mengungkap Kebohongan Para Dukun


A. Definisi Kaahin (dukun)
• Secara bahasa
Kaahin berasal dari kata kahana wa takahhana yang berarti meramalkan sesuatu yang belum terjadi. Bisa juga

dari kata kahuna artinya menjadi dukun atau peramal. Adapun kahiin bermakna orang tua yang buruk rupa. Dan kaahin artinya peramal /seorang dukun.
• Secara istilah
Definisi secara istilah memiliki makna yang bermacam-macam. Adapun diantara pendapat para ulama tentang makna kahin sebagai berikut :
1. Dr. Sulaiman al Asyqor menyebutkan dalam kitabnya, bahwa Ibnu Hajar al Haitsami mendefinisikan "kahin adalah orang yang mengabarkan beberapa perkara yang tersembunyi, namun mayoritas salah dan iapun mengklaim bahwa jin telah mengabarkannya."
2. Ibnu Abidin berkata : "kahin adalah orang yang mengaku-ngaku mengetahui tentang hal ghoib dengan beberapa sebab, yang atas dasar inilah dukun dibagi menjadi bermacam-macam; 'arroof, tukang ramal dan ahli nujum. Yaitu orang yang mengabarkan perkara-perkara yang akan terjadi dimasa mendatang dengan datang dan tenggelamnya bintang. Dan orang yang menyusun batu-batu (untuk ramalan), dan orang mengaku-aku punya kawan jin yang mengabarkanya tentang peristiwa yang akan terjadi.
3. Adapun Syaikh Abdul Wahhab mengatakan; berkata al Baghawi ; definisi 'Arroof dan Kahin adalah mengaku tahu hal ghoib dengan dua hal yakni :
• Dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukkan barang yang hilang dsb.
• Dengan memberitahukan hal yang tersembunyi dan tersimpan dalam hati manusia.
4. Syaikh Sholih al Utsaimin : " kuhhaan adalah sekelompok kaum yang kepada merekalah para umat manusia mengembalikan suatu keputusan, yang mana syetan hadir dengan membawa kabar dari langit dan menyampaikannya kepada mereka (para kahin). Kemudian para dukun tersebut mengabarkannya kepada manusia, sehingga mereka percaya ketika hal yang dikabarkan tersebut benar-benar terjadi. Yang akhirnya manusia mempercayai dan menganggapnya sebagai orang yang mengetahui hal ghoib, mengetahui hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang tanpa adanya perhitungan (hisab)."
5. Dr. Sholih bin Fauzan al Fauzan mengatakan "Dukun dan peramal adalah orang yang mengaku mengetahui ilmu ghoib dan perkara-perkara yang ghoib, seperti mengabarkan hal yang akan terjadi di muka bumi serta akibat dan dampak dari kejadian tersebut."
6. Dari beberapa definisi diatas bisa kita simpulkan bahwasannya siapapun orang yang mengaku mengetahui hal yang ghoib dan perkara yang tersembunyi maka ia bisa dikategorikan sebagai seorang kahin atau dukun".
B. Kedzaliman para dukun
Diantara kedzaliman yang dilakukan oleh para dukun, baik dukun versi lama ataupun dukun versi baru adalah sebagai berikut :
 Kedzaliman yang pertama adalah mereka melakukan kesyirikan. Allah berfirman :
Ketika turunnya ayat ini, para sahabatg merasa keberatan sehingga mereka bertanya kepada Rasulullah : ''siapakah diantara kami yang tidak mendzalimi dirinya ?'' Rasulullah menjawab : "maknanya bukan seperti yang kalian maksud, tidakkah kalian mendengar perkataan hamba yang sholih kepada anaknya.
''wahai anakku janganlah kamu menyekutukan (syirik) kepada Allah, sebab berbuat syirik adalah kedzaliman yang amat besar''.(Qs. Lukman :13) Inilah yang dimaksud dengan kedzaliman".
Para dukun dikategorikan kedalam kedzaliman ini, karena perbuatan mereka memang sangat menyimpang dari petunjuk dan kebenaran, bahkan sudah masuk dalam perkara menyekutukan Allah. hal itu disebabkan pula karena para dukun meminta pertolongan kepada selain Allah yakni kepada para jin bahkan kepada syaiton untuk membantu mereka dalam melancarkan misinya (mengabarkan kepada manusia tentang hal ghoib). Padahal Allah telah melarang hal itu serta Rasulullah pun juga telah memerintahkan agar meminta tolong hanya kepada Allah saja. Beliau bersabda :"………..jika kamu meminta pertolongan mintalah kepada Allah …." .
Oleh karena hal inilah para dukun dikategorikan sebagai orang musyrik. Sehingga tidak perlu diragukan lagi kalau segala amalan yang telah mereka lakukan akan sia-sia selama mereka belum bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha. Sebab Allah berfirman :"Apabila kamu melakukan kesyirikan niscaya amalan-amalanmu akan sia-sia, dan kamu pun termasuk orang-orang yang merugi". Sehingga apabila ia mati maka tidak perlu disholatkan dan kita pun tidak perlu mengikuti / mengiring jenazahnya serta jenazahnya tidak dikubur di pemakaman kaum muslimin .
 Kedzaliman yang kedua adalah mereka mengaku mengetahui ilmu ghoib dan sesuatu yang berkenaan tentang keghoiban, padahal sudah jelas bahwasannya Allah berfirman :
"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.(Qs. An Naml : 65).
Jadi sama saja ia ingin mencari sesuatu yang tidak Allah fitrohkan padanya dan seolah-olah tidak terima dengan apa yang telah Allah berikan bahkan mereka juga ingin menyaingi dan menyamai Sang Kholiq. Na'udzubillah.
C. Rahasia Kebenaran dan Kelicikan para dukun
Kenapa kadang-kadang perkataan para kahin ada yang benar-benar terjadi ??? dan kenapa pula kita tidak diperbolehkan untuk mempercayai mereka ??? Rahasia ini perlu dan wajib dibongkar sebab bisa membahayakan aqidah serta mengancam kehidupan umat manusia, ketahuilah bahwasannya dukun tidaklah bisa menentukan segala sesuatu yang akan datang melainkan dengan bantuan khodimnya yakni syetan !!!! Para Dukun tidaklah memiliki kebenaran (dalam perkataannya) tentang hal ghoib melainkan melalui apa-apa yang telah dikabarkan oleh syaiton kepadanya. Yang kemudian syetan tersebut menambahinya satu kebenaran itu dengan seratus kebohongan, kedustaan dan yang serupa dengan hal itu.
Rasulullah mengkabarkan dalam sabdanya yang diriwayatkan Aisyah beliau mengatakan :
"Rasulullah pernah ditanya tentang dukun, beliau menjawab : "mereka itu tidaklah memiliki sesuatu", para sahabatpun bertanya :'wahai Rasulullah mereka kadang memberitahu kami dan ternyata berita itu benar'. Rasulullah menjawab "itulah kalimat yang haq yang telah dicuri oleh khadimnya (syetan dan jin) dari langit, lantas disampaikan kepada tuannya serta mencampurinya dengan seratus kebohongan."
Dan diriwayatkan dalam Shohih al Bukhori dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,"Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka bertanya, "Apakah yang di firmankan oleh Rabbmu ?", mereka menjawab,"(perkataan) yang benar. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Ketika itulah syetan-syetan penyadap (wahyu) berita itu mendengarnya. Maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang dibawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang ada dibawahnya dan demikian seterusnya hingga disampaikanlah ke mulut tukang sihir atau tukang ramal (dukun). Akan tetapi kadang kala syetan penyadap berita itu terkena syihab (percikan bintang/meteor) sebelum sempat menyampaikan kalimat tersebut, dan kadangkala mereka sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; lalu dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan,"Bukankah dia telah memberi tahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar),"sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari langit
Jadi begitulah cara dukun mendapatkan berita sehingga kadang-kadang perkataan yang mereka ucapkan benar-benar terjadi, dan iapun juga tidak lupa menggunakan kelicikannya dengan menambahkan kebohongan dan kedustaan bersama dengan satu kalimat yang benar tadi. Akan tetapi ingat !!!! jangan sekali-kali kita percaya kepadanya walaupun yang mereka sangkakan dan prekdisikan benar-benar terjadi

D. Fatawa yang berkenaan tentang perdukunan
Adapun fatawa yang bersangkutan dengan hal ini telah muncul banyak, antara lain :
• Bagaimana hukum mendatangi para dukun? Syaikh Utsaimin menerangkan dengan mengemukakan hadits Nabi yang berbunyi :
"Barangsiapa yang mendatangi arraaf kemudian bertanya tentang sesuatu, maka sholatnya tidak akan diterima selama 40 hari atau 40 malam " . Beliau menjelaskan bahwa hadits ini mencakup 4 hal :
1. Mendatanginya lalu bertanya tanpa membenarkan maka ini di haramkan, adapun hukuman bagi pelakunya adalah shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.
2. Bertanya tentang sesuatu kemudian membenarkannya, dan mempraktekkannya. Maka ia kafir, sebab ia telah membenarkan dukun itu dalam mengkalimnya dengan mengetahui hal ghoib. Sedangkan hal ini merupakan pendustaan terhadap firman Allah : "katakanlah :'Tidak seorangpun dilangit dan dibumi yang mengetahui perkara yang ghoib, kecuali Allah".(Qs. An-Naml :65)
Dalam hadits shohih juga telah disebutkan :"Barangsiapa datang kepada dukun lalu membenarkan apa yang dia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad n."
3. Bertanya sekedar untuk menguji, apakah ia benar atau bohong serta tanpa ada keinginan untuk mengambil perkataannya. Hukumnya tidak mengapa. Sebagaimana Rasulullah bertanya kepada ibnu shoyyad :
"Tahukah kamu apa yang aku sembunyikan untukmu?".ia berkata :'Dukh (dukhan) atau asap. Lalu beliau bersabda :"buanglah, sekali-kali kamu tidak akan bisa meninggalkan qadarmu"
4. Bertanya kepadanya yang bertujuan untuk menunjukkan dan menampakkan kelemahan serta kebohongannya, hal ini diperbolehkan bahkan bisa menjadi wajib.
• Apa hukum bagi orang yang mengaku mengetahui tentang hal yang ghoib ???? Syaikh bin Baz dkk menfatwakan bahwa orang yang mengaku mengetahui tentang hal ghoib maka ia dikategorikan orang yang kafir dan ia telah keluar dari millah. Sebab telah jelas ayat Allah yang menerangkan tentang hal ini :
"katakanlah :'Tidak seorangpun dilangit dan dibumi yang mengetahui perkara yang ghoib, kecuali Allah".(Qs. An-Naml :65)


Maraji' :
 'AaLamu Sihr wa Syu'uudzah, DR. Umar Sulaiman Al 'asqqor / versi indonesia : Dunia Perdukunan, Pustaka Nabawi Yogyakarta, cet ke I Desember 2001.
 Majmu' Fatawa, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, Pustaka Arafah, cet ke I Rabi'ul awwal 1423 / Agustus 2002.
 Fatawa Lajnah Daimah lil Buhuts 'Ilmiyyah wa Ifta', Syaikh Ahmad bin Abdur Razzaq ad Duwaisy, Daar Balnasiyyah, cet ke III 1421 H / 2000 M
 Fathul Majid penjelasan kitab tauhid, syaikh Abdul Aziz Abdullah Bin Baz, Pustaka Azzam, cet ke IV september 2003.
 Al Quran Tarjamah, Pustaka Toha Putra, Semarang.

Dimana sich Lailatul Qadar....


Lailatul qadar adalah malam segala kemuliaan, malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Jika pada malam itu kita melakukan kebajikan, maka

nilainya sama dengan mengerjakan kebajikan semisal dalam rentang waktu 83 tahun 4 bulan. Maka sangat tegas dalam hadits disebutkan orang yang terhalang dari kebaikan lailatul qadar atau kebaikan bulan Ramadhan ini sungguh-sungguh telah terhalang dari seluruh kebajikan. Maka amat merugilah orang yang keluar dari bulan Ramadhan dalam keadaan tidak terampuni dosanya.
Imam Bukhari dalam shahih-nya kitabul iman hadits ke 35 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menegakkan (sholat tarawih dan witir) pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Berbeda dengan hadits yang menerangkan puasa dan sholat tarawih dan witir yang menggunakan kata kerja lampau (fi’il madhi) man Shaama dan man qaama, dalam hadits tentang lailatul qadar ini menggunakan lafal kata kerja sekarang (fi’il mudhari) man yaqum. Ada rahasia apakah dibalik hal ini? Imam Al Kirmani, sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 1/123 mencoba mengungkap rahasia ini. Menurut beliau, karena qiyam dan shiyam Ramadhan itu sudah pasti terlaksana, siapapun bisa melaksanakannya maka dipakailah kata kerja lampau. Berbeda dengan lailatul qadar, tak sembarang orang mampu meraihnya. Juga tidak bisa dipastikan kapan waktunya. Bahkan dalam hal ini, sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari dan Imam Ash Shan’ani dalam Subulus Salam 2/176, para ulama sampai berbeda pendapat sampai 40 pendapat dalam menentukan kapan waktunya, dan menurut catatan ulama inilah masalah yang paling banyak diperdebatkan oleh para fuqaha’. Tentunya kita tak perlu bersusah payah meneliti pendapat mereka, yang jelas menurut pendapat yang kuat berada pada sepuluh malam yang terakhir atau tujuh malam terakhir. Yang lebih jelas lagi, segera beramal sholih menggunakan setiap detik usia kita di bulan Ramadhan ini untuk kebaikan. Jangan lewatkan begitu saja tanpa membawa pahala.
Jadi, memang betul-betul susah mencari lailatul qadar itu. Maka kita semua harus berusaha keras beramal sholih dan berdoa supaya dikarunia lailatul qadar. Bukankah dalam setahun hanya satu malam saja, itupun belum tentu mendapatkannya. Maka, kenapa masih bermalas-malasan? Tentunya tidak akan diraih kecuali yang benar-benar ikhlas dan sejak awal Ramadhan memang beramal sebanyak mungkin, bukan oleh orang-orang yang mengejar pada malam-malam tertentu sementara pada sebagian malam lainnya tidak bersungguh-sungguh. Barangkali i’tikaf merupakan sarana terbaik untuk mengejar sang buruan ini.
Kita tidak mengetahui bagaimana perasaan orang yang mendapatkan lailatul qadar itu. Barangkali seakan dunia menjadi miliknya. Barangkali seakan sudah memiliki segala-galanya.
Namun wahai saudaraku, tanpa mengecilkan keagungan lailatul qadar yang telah dinashkan oleh Al Qur’an dan As sunah Ash Shahihah ini … maukah kami tunjukkan sesuatu yang lain dari ini semua? Sesuatu yang datangnya juga dari Rasulullah, dan diperhatikan betul oleh shahabat-shahabatnya? Lho. Memangnya ada yang lebih baik dari lailatul qadar…?
Ya … tentu saja ada. Dari Abdullah bin Umar Radhyallahu ‘anhuma dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda, ”Maukah kalian aku beritahu dengan suatu malam yang lebih baik dari lailatul qadar?” Itulah seorang yang hirasah (berjaga) di daerah yang ditakuti (musuh akan menyerang), karena barangkali ia tak akan kembali selama-lamanya kepada keluarganya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ar Rawiyani dalam musnadnya. Syaikh Muhammad Nashirudien Al Albani berkata, “Sanad ini shahih, para perawinya perawi yang tsiqat, mereka adalah para perawi Imam Bukhari kecuali Abdurahman bin ‘Aidz. Ia ini tsiqah sebagaimana disebutkan dalam At Taqrib. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Mustadraknya 2/80-81 dan Al Baihaqi adlam sunannya 9/149, serta Al Mundziri dalam At Targhib wat Tarhib 2/154.”
Wahai saudaraku…hadits ini shahih, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir dan Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah 6/739, no. 2811.
Coba bayangkan wahai saudaraku…anda berjaga-jaga di Poso, Ambon, Maluku Utara, Afghanistan, Kasymir, Chechnya atau Moro….anda akan melewati hari-hari dan malam-malam yang indah, hari dan malam yang lebih baik dari lailatul qadar.
Wahai saudaraku…dalam setahun lailatul qadar hanya sekali saja, dan belum tentu kita mendapatkannya…apalagi jika kita banyak dosa dan kurang rajin melaksanakan ketaatan. Rasulullah menjanjikan..jika anda di medan ribath dan anda melakukan hirasah selama sebulan…maka anda akan mendapati 30 malam yang lebih utama dari lailatul qadar…jika anda melakukan hirasah dan ribath satu tahun, anda akan mendapati seluruh hari dalam satu tahun, sekitar 354 hari (tahun hijriyah) yang lebih baik dari lailatul qadar. Jika anda hirasah satu hari, lima jam atau satu jam…anda akan tetap mendapati yang lebih baik dari lailatul qadar !!!!
Satu jam saja???? Ya, kenapa tidak…bukankah Rasulullah bersabda, “Tempat kedudukan seorang di jalan Allah lebih utama di sisi Allah dari ibadahnya seseorang selama 60 tahun.” [Al Hakim, shahih menurut syarat Imam Bukhari]
Belum lagi wahai saudaraku….kalau anda di medan ribath dan hirasah mendapati lailatul qadar---insya Allah---maka anda telah mengumpulkan dua kebaikan … Lantas apalagi yang membuat anda bimbang? Masihkan janji beliau Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam ini kita sia-siakan? Tidakkah anda tergerak untuk ke arah itu..? Tidakkah anda tergerak untuk memberangkatkan orang ke arah itu …? Sampai kapan anda bermimpi Islam akan menang lewat demo-demo dan diskusi-diskusi serta pernyataan sikap yang selama ini kita kerjakan..? Dengan sekedar doa sekali dua yang kta panjatkan…? Sampai kapan ukhuwah kita beranjak dari kertas-kertas buku dan teori-teori di kepala yang kita sampaikan di mimbar-mimbar ke alam kenyataan…? Sampai kapan jihad fi sabilillah jalan kami terterjemahkan dalam realita kehidupan…?
Saaudaraku … tak pernahkah kita mendengar dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata, Rasulullah bersabda, “Tidaklah ada seorang hamba yang berpuasa sehari saja di jalan Allah (jihad/perang melawan orang-orang kafir), kecuali pasti Allah akan menjauhkannya dengan puasa satu harinya itu wajahnya (dirinya) dari neraka sejauh 70 tahun.” [Muttafaq ‘Alaihi, lafal ini lafal Imam Muslim]
Saudaraku…tak pernahkah kita mengkaji bahwa seluruh ulama pensyarah hadits menyebutkan hadits puasa sehari fi sabili Allah ini dalam bab jihad, berperang di jalan Allah….Saudaraku, masihkah kita mengingkari kenyataan ini….masihkah kita berpura-pura yakin apa yang kita kerjakan hari nii adalah yang terbaik bagi Islam, bagi saudar-saudara kaum muslimin….???? Imam Ash Shan’ani berkata,” Rasulullah menggunakan kinayah (makna konotasi) selamatnya dirinya dari adzab neraka dengan sabda beliau,” kecuali pasti Allah akan menjauhkannya dengan puasa satu harinya itu wajahnya (dirinya) dari neraka sejauh 70 tahun” [Subulus Salam 2/167]
Saudaraku ... ini baru shaum sehari di medan ribath dan jihad. Maka bagaimana jika anda mampu berada di sana dua, tiga, empat atau lebih hari dari hari-hari sisa di bulan Ramadhan ini???? Saudaraku, jika anda mampu berangkat, kenapa masih lengket dengan bumi…??? Jika berhalangan dan hanya bisa memberangkatkan orang lain, kenapa tak anda berangkatkan orang lain…??? Saudaraku, tak pernahkan kita membaca surat dari sang kekasih;
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu….” [Al Anfaal : 24]
Saudaraku…tak pernahkah kita mengkaji ayat ini melalui kitab tafasir salafush sholih? Tak pernahkah kita membaca perkataan Imam Al Wahidi yang disebutkan Imam Ibnu Qayyim dalam Al Fawaid-nya, “Dan mayoritas ulama menyatakan bahwa makna firman Allah “suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” adalah jihad, dan ini merupakan pendapat Ibnu Ishaq dan mayoritas ahlul ma’ani.”
Lupakah atau tak tahukah kita wahai saudaraku … mengomentari perkataan Imam Al Wahidi dan juga Imam Al Fara’, Imam Ibnu Qayyim berkata, “Jihad adalah hal terbesar yang membawa mereka kepada kehidupan: kehidupan di dunia, kehidupan d ialam barzakh dan kehidupan di akhirat.”
Tak tahukah kita wahai saaudaraku … Rasulullah ingin terbunuh sepuluh kali dalam jihad fi sabilillah … Tak tahukah kita wahai saudaraku … Imam Ibnu Taimiyah menegaskan kesepakatan ulama, ribath di perbatasan seperti perbatasan Syam dan Mesir lebih utama dari mujawarah ketiga masjid suci Islam … lebih baik dari beribadah dan tinggal di Masjidil Haram, Nabawi dan Aqsha … Beliau ditanya mana yang lebih utama: beribadah di ketiga masjid suci ini atau ribath di daerah perbatasan dengan daerah musuh. Jika kita masih ingat hadits-hadits seputar haji, maka kita masih akan mengerti bahwa sholat di masjidil Haram nilainya 100.000 kali sholat di masjid selainnya. Tahukah kita apa jawaban beliau terhadap pertanyaan ini…?
Beliau menjawab, “Alhamdulillah, bahkan bertempat tinggal di daerah-daerah perbatasan umat Islam seperti daerah perbatasan Syam dan Mesir lebih utama dari mujawarah ketiga masjid (Al Haram, An Nabawi dan Al Aqsa) dan aku tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat ulama dalam maslaah ini. Lebih dari seorang ulama telah menegaskan hal ini, hal itu dikarenakan ribath termasuk jenis jihad sedang puncak dari mujawarah adalah menjadi jenis haji, (sedang jihad lebih utama dari haji ) seperti difirmankan Allah,
“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah. Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim.” [At Taubah : 19]
Beliau kemudian menyebutkan hadits-hadits tentang hal ini, al :
“Perang di jalan Allah lebih utama dari 70 kali haji.” [Majmauz Zawaid 5/281]
Dari Salman Al Farisi dari Nabi beliau bersabda, “Ribath satu hari di jalan Allah lebih baik dari shaum satu bulan dan qiyam satu bulan dan barang siapa mati dalam keadaan ribath maka ia mati dalam keadaan berjihad dan dialirkan terus baginya rizki dari surga dan ia akan aman dari malaikat pembawa fitnah kubur (malaikat Munkar dan Nakir).” [HR. Muslim, kitabul Imarah Bab Fadhlu Ribath fi Sabilillah dan Majmauz Zawaid 5/290.]
Dari Utsman dari Nabi beliau bersabda, “Ribath satu hari di jalan Allah lebih baik dari 1000 hari di tempat lain.” [An Nasai, kitabul Jihad bab 39. Ad Darimi kitabul Jihad bab 31.]
Wahai saudaraku … hadits-hadits shahih ini hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak hadits masalah tentang amalan ini. Mari kita menengok shahabat yang paling banyak menghafal sunah beliau, yang tentunya termasuk jajaran ulama shahabat dan tokoh hadits terkemuka di dunia ini. Itulah shahabat Abu Hurairah yang hidupnya habis untuk meniba sunah Rasulullah ... dan berjihad … Beliau berkata, “Aku melaksanakan ribath satu malam di jalan Allah lebih aku cintai dari aku melaksanakan qiyam Ramadhan pada malam Lailatul Qadar di sisi Hajarul Aswad.” [Lihat selengkapnya Majmu’ Fatawa 28/ dan Al Fatawa Al Kubra 3/531-532.]
Wahai saudaraku … kebaikan apalagi yang kita harapkan. Jika anda mampu berangkat atau memberangkatkan orang lain … kenapa tak anda lakukan??? Minimal anda berazam kuat dan berdoa, semoga kiranya suatu saat dikaruniai kesempatan indah dan agung ini.
Selanjutnya wahai saudaraku … ingatlah, para ulama dengan tegas menyatakan fi sabilillah dalam ayat At Taubah yang menjadi salah satu dari delapan kelompok penerima zakat adalah para mujahidin dan kepentingan jihad. Ya, bukan selain itu, bukan membangun masjid, ma’had, madrasah, jalan raya, jembatan, gaji ustadz, dakwah atau kepentingan lainnya … Takutlah kepada Allah. Inilah pernyataan para ulama salaf yang konsisten dengan manhaj shahabah … Inilah pendapat mayoritas ulama salaf dari kalangan mufasirin, muhaditsin dan fuqaha’ yang teguh di atas kebenaran, seperti Imam Thabari (Jamiul Bayan 14/320, tahqiq Ahmad Syakir), Al Qurthubi (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 9/185), Al Jashash (Ahkamul Qur’an 3/156), Ibnul ‘Arabi (Ahkamul Qur’an 1/396), As Suyuthi (Ad Durrul Mantsur 3/252), Al Khazin (Lubabu Ta’wil Fi Ma’ani Tanzil 3/92), Asy Syaukani (Fathul Qadir 2/373), Ibnu Hajar (Fathul Baari 3/259), Badrudien Al ‘Aini (Umdatul Qari 9/45), Abul Hasan Al Mubarakfuri dan Al Khothobi (Ma’alimu Sunah 2/234-235), Ibnu Atsir Al Jazari (An Nihayah fi Gharibil Hadits 2/245), Al Baruti (Al Hidayah Hamisyu Fathil Qadir 2/17-18), (Al Fatawa Al Hindiyah 1/188), Abul Barakat Ahmad Dardir (Asy Syarhul Kabir Hamisyu Hasyiyah Ad Dasuki 1/456), Asy Syafi’I (Al Umm 2/60), An Nawawi (Al Majmu’ Syarhul Muhaddzzab 6/211), Ibnu Qudamah (Al Mu’ni’ wa Hasyiyatuhu 1/249), dan Ibnu Hazm (Al Muhalla 6/151).
Karena itu, Majlis Haiah Kibaril Ulama Arab Saudi yang terdiri dari Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Syaikh Abdullah bin Shalih bin Mani’, Syaikh Abdullah bin Abdurahman bin Ghadyan dan Syaikh Abdurazaq Afifi dalam rapatnya tanggal 21 Sya’ban 1394 H di Thaif memutuskan keputusan no. 2 tertanggal 21/8/1394 H bahwa makna fi sabilillah dalam ayat penerima zakat ini adalah ghuzat f sabilillah (para mujahidin yang berperang di jalan Allah). [Majalatul Buhuts Al Ilmiyah edisi 2, Syawal-Rabiul Awal 1395/1396 H.]
Adapun mereka ---ustad, kyai, ulama, ajengan, syaikh dan doctor--- yang mencoba merubah dan membelokkannya untuk membangun masjid, ma’had, madrasah, jalan raya, jembatan, gaji ustadz, dakwah atau kepentingan lainnya … atau bahkan memutarnya untuk usaha, membangun ekonomi umat … maka takutlah kepada Allah …. takutlah kepada Allah … takutlah kepada Allah … anda telah menahan harta Allah yang seharusnya dipergunakan untuk meninggikan kalimat Allah, anda menggunakannya untuk menghancurkan Islam … Naudzu Billahi.
Bagaimana tidak, bagian zakat fi sabilillah anda tahan, anda pergunakan tidak pada tempatnya dengan berlandaskan pada pemahaman anda yang ”lebih benar dan lebih luas” dari pemahaman salafush sholih??? berlandaskan pada pendapat anda dan sebagian ulama zaman ini yang “tidak picik”, yang “lebih pandai” dari salafus sholih???” maka mujahidin Poso, Ambon, Maluku Utara, Moro, Kasymir, Chechnya, Palestina, Afghanistan dan ardhul jihad lainnya tak mendapatkan amunisi, logistik, senjata … padahal dunia berkumpul untuk menghancurkan mereka, untuk menenggelamkan Islam ke dasar samudra,… maka tidakkah anda takut kepada Allah???. Doktor macam apakah, ulama macam apakah … yang lebih pandai dari para mufasirin dan fuqaha’ salaf???? Apakah pemahaman mereka lebih baik … lebih benar dan lebih diridhoi Allah melebihi pemahaman salaf???
Kenapa bagian zakat fi sabilillah diberikan untuk membangun masjid, madrasah, jalan raya, yayasan Islam, dst… kenapa tidak sekalian saja diberikan kepada orang yang sholat, membaca Al Qur’an, berdzikir, shoum, dan seterusnya … bukankah semuanya sama-sama mencari ridha Allah. Inilah bukti kerusakan pemahaman mereka yang melenceng dari pemahaman salafush shalih … Wahai saudara muslimin … renungkanlah … telah lama kita berada dalam kesesatan … kehinaan … jauh dari tuntunan shahabat dan Rasulullah … jika anda belum mampu mengerjakan naasehat ini, minimal niat, minimal niat ikhlash dan kesungguhan anda akan dinilai Allah. Maka camkanlah baik-baik nasehat saudara muslim ini, semoga anda dan sebarkanlah kepada kaum muslimin, semoga kita semua berada di atas jalan petunjuk Allah.
Wallahu A’lam bish Shawab.

Yasinan tuch Gimana sich ? leh p G?


Kebanyakan kaum muslimin membiasakan diri melakukan Yasinan (membaca surat Yasin), baik pada malam Jum'at, ketika mengawali atau menutup majlis ta'lim, ketika acara setelah kematian

dan pada acara-acara lain yang mereka anggap penting. Saking seringnya surat Yasin dijadikan bacaan di berbagai pertemuan dan kesempatan, sehingga mengesankan, Al-Qur'an itu hanyalah berisi surat Yasin saja. Dan kebanyakan orang membacanya memang karena tergiur oleh fadhilah atau keutamaan surat Yasin dari hadits-hadits yang banyak mereka dengar, atau menurut keterangan dari guru mereka. Al-Qur'an yang diwahyukan Allah adalah terdiri dari 30 juz. Semua surat dari Al-Fatihah sampai An-Naas, jelas memiliki keutamaan yang setiap umat Islam wajib mengamalkannya. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar umat Islam senantiasa membaca Al-Qur'an. Dan kalau sanggup hendaknya menghatamkan Al-Qur'an setiap pekan sekali, atau sepuluh hari sekali, atau dua puluh hari sekali atau khatam setiap bulan sekali.[HR.Bukhari dan Muslim]

FADILAH / KEUTAMAAN MEMBACA AL QUR'AN
Sesungguhnya membaca al-Qur'an itu sangat banyak fadhilahnya, diantaranya ;
1. Al-Qur'an akan dapat memberikan syafa'at kepada pembacanya pada hari kiamat, sebagaimana hadits Rasul dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda :
"Bacalah al-Qur'an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemohon syafa'at bagi ashabul qur'an (orang yang membaca dan mengamalkannya)."[HR. Muslim 804]
2. Membaca al-Qur'an akan mendapatkan pahala yang besar
Dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Rasulullah bersabda, "Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur'an), maka dia akan mendapatkan satu kebaikan darinya. Dan satu kebaikan itu (dibalas) sepuluh lipatannya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf"[HR. Tirmidzi 2910]

ALASAN ORANG YANG MELAKUKAN YASINAN
Banyak alasan orang yang mendorong melakukan Yasinan baik pada saat ada kematian atau setiap malam Jum'at atau lainnya. Diantara alasan tersebut adalah
1. Menurut mereka, hal itu termasuk ibadah membaca al-Qur'an. Mengapa membaca al-Qur'an dilarang?
2. Hal itu termasuk berjama'ah membaca al-Qur'an yang sangat utama sebagaimana disebutkan dalam hadits.
3. Dari pada berkumpul di rumah orang kematian hanya sekedar bermain catur, kartu atau lainnya, apalagi berjudi, lebih baik membaca al-Qur'an.
4. Surat Yasin memiliki banyak keutamaan atau fadhilah.
5. Berkumpul membaca surat Yasin tidak ada jeleknya.

BANTAHAN TERHADAP ALASAN MEREKA
Sesungguhnya membaca Al Qur'an termasuk ibadah, padahal ibadah itu akan diterima oleh Allah dan berpahala jika memenuhi dua persyaratan, yaitu : ikhlas karena Allah dan mengikuti tata cara yang dicontohkan oleh Rasulullah. Dan sesungguhnya membaca surat Yasin dengan bersamaan pada setiap ada kematian atau hari jum'at adalah tidak dicontohkan Rasulullah. Maka walaupun mereka Yasinan (membaca surat Yasin) itu dengan ikhlas tapi tidak diajarkan oleh Rasulullah n maka amalan tersebut akan tertolak. Sebagaimana sabda Rasulullah
"Barang siapa yang beramal tapi tidak ada perintah dari kami, maka amalan tersebut tertolak"[HR.Muslim]
Atau dalam hadits lain disebutkan bahwa "Barang siapa yang mengada-adakan dalam urusan kami yang tidak ada perintah dari kami, maka akan tetolak"[HR. Bukhari dan Muslim]
Maka dari keterangan di atas, bantahan bagi golongan yang mengamalkan yasinan adalah sebagai berikut :
1. Membaca Yasinan bukannya dilarang, tapi yang dilarang adalah tata cara yang tidak sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah, sehingga amalan tersebut bisa sia-sia, sebagaimana hadits di atas.
2. Berkumpul membaca al-Qur'an memang sangat utama, sebagaimana tercantum dalam hadits,
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah bersabda, "Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah, mereka membaca kitabullah (al-Qur'an) kemudian mendiskusikannya antar mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, dan dipenuhi dengan rahmat, para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut mereka di kalangan (para Malaikat) dihadapanNya.[HR. Muslim no.2699, Abu Daud no.3643, Tirmidzi no. 2646, Ibnu Majah no. 225]
Hadits di atas menunjukkan bahwa berkumpul untuk membaca dan mempelajari al-Qur'an merupakan ibadah yang sangat mulia. Namun bagaimanakah bentuk atau cara yang sesuai dengan as-Sunnah nabi ? Karena kalau tidak sesuai amalan itu akan tertolak. Diantara bentuk–bentuk berjama'ah dalam membaca al-Qur'an yang sesuai sunnah adalah;
 Satu orang membaca, sementara lainnya mendengarkan.
Disebutkan dalam hadits dari Abdullah, dia berkata, Rasulullah bersabda kepadaku, "Bacakanlah (al-Qur'an) kepadaku!" Aku menjawab, "Apakah aku akan membacakan kepada anda, sedangkan Al-Qur'an diturunkan kepada anda?" Beliau menjawab, :"Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari selainku" maka akupun membacakan kepada beliau surat an-Nisa', sehingga aku sampai pada (ayat)
"Maka bagaimanakah (halnya orang–orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu) [QS. An Nisa : 41] (Kemudian) Beliau bersabda, "Berhentilah!" Ternyata kedua mata beliau meneteskan air mata."[HR. Bukhari no. 4582, Muslim, no. 800]
Imam Malik berkata, "Seandainya seseorang membaca, yang lain menyimak, atau seseorang membaca setelah yang lain, aku tidak menganggapnya berbahaya"[Al Hawadits wal Bida' : 162]
 Membaca bergantian
Imam Malik berkata, "Hendaklah orang itu membaca, dan (setelah selesai) yang lain (ganti) membaca. Allah berfirman :
"Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang. Agar kamu mendapat rahmat.". [QS. Al A'raf : 204]
Beliau juga berkata, "Seandainya seseorang dari mereka membaca beberapa ayat, kemudian yang lain membaca setelah temannnya, dan yang juga demikian itu tidak mengapa, mereka saling memperdengarkan satu sama lain" [AL Hawadits wal Bida' : 162]
 Dibuat beberapa kelompok, setiap kelompok dibimbing oleh qari'.
Imam Malik ditanya tentang para qari' Mesir, yang orang banyak berkumpul kepada mereka, lalu tiap-tiap qari' membacakan (al-Qur'an) kepada sekelompok orang dan membimbing mereka? Beliau menjawab, "Itu bagus tidak mengapa" [Al Muntaqo, 1/345 dinukil dari kitab Al Hawadits wal bida' : 161]
Sedangkan bentuk-bentuk membaca al-Qur'an berjama'ah yang tidak benar adalah sebagai berikut,
 Imam Malik berkata, Tidak boleh sekelompok orang berkumpul membaca satu surat (bersama-sama) seperti dilakukan penduduk Iskandariyah. (Demikian) dibenci tidak menyenangkan kami. [Al Hawadits Wal Bida' : 161] Beliau juga mengatakan "Itu bukan perbuatan orang-orang (salaf) [Al Hawadits Wal Bida' : 161]
 Adapun membaca al-Quran secara bersama-sama dengan satu suara secara keras, ini bertentangan dengan ayat 204 surat Al A'raf. Jika al-Qur'an dibacakan, maka sikap kita adalah diam, mendengarkan dan merenungkan apa isi dari bacaan tersebut.
3. Adapun perkataan mereka "Dari pada berkumpul di rumah kematian sekedar bermain catur, kartu atau lainnya, atau berjudi lebih baik untuk membaca Al Quran", maka pendapat ini tidak dapat diterima dari beberapa sisi :
 Berkumpul di rumah orang kematian setelah penguburan mayit, termasuk perbuatan niyahah (meratapi mayit) yang terlarang, memperbaharui kesedihan dan membebani keluarga mayit. Imam Syafi'I berkata, "Aku membenci berkumpul dalam kesusahan, yaitu berjama'ah, walaupun mereka tidak menangis, karena hal itu akan memperbaharui kesedihan, membebani biaya, bersamaan dengan riwayat yang telah lalu tentang hal ini" [Al Umm 1/248]
Kemungkinan riwayat yang dimaksud oleh Imam Syafi'i tersebut adalah riwayat dari Jarir bin Abdullah Al Bajali, dia berkata "Kami (para sahabat) memandang berkumpul di keluarga mayit dan pembuatan makanan setelah penguburannya termasuk niyahah. [HR. Ahmad, Ibnu Majah; dishohihkan An Nawawi, Al Bushiri dan Al Bani (Ahkamul Janaiz : 167)] dan itu termasuk bid'ah, sebagaimana dikatakan sebagian ulama. [Ahkamul Janaiz : 167]
 Sebagian ulama menyatakan, hukum bermain kartu dan catur, walaupun tanpa judi itu terlarang, sehingga termasuk terlarang. Adapun berkumpul di rumah kematian untuk membaca Al Qur'an adalah bid'ah.
Imam Sufyan Ats Tsauri berkata, "Bid'ah lebih dicintai oleh Iblis dari pada maksiat. Orang terkadang bertaubat dari maksiat, tapi seseorang sulit bertaubat dari bid'ah. [ Riwayat Al Lalikali, Al Baghawi]
4. Alasan mereka "Surat Yasin memiliki banyak keutamaan atau fadhilah", padahal kalau diteliti dari hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan surat Yasin adalah dho'if (lemah) bahkan ada yang maudhu' (palsu).
Adapun hadits-hadits yang semuanya dha'if (lemah) dan atau maudhu' (palsu) yang dijadikan dasar tentang fadhilah surat Yasin diantaranya adalah sebagai berikut :
"Siapa yang membaca surat Yasin dalam suatu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya dan siapa yang membaca surat Ad-Dukhan pada malam Jum'at maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya". [Ibnul Jauzi, Al-Maudhu'at, 1/247]
Keterangan : Hadits ini Palsu.
Ibnul Jauzi mengatakan, hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya. Imam Daruquthni berkata : Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits. [Al-Maudhu'at, Ibnul Jauzi, I/246-247, Mizanul I'tidal III/549, Lisanul Mizan V/168, Al-Fawaidul Majmua'ah hal. 268 No. 944]

"Siapa yang membaca surat Yasin pada malam hari karena mencari keridhaan Allah, niscaya Allah mengampuni dosanya".
Keterangan : Hadits ini Lemah.
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitabnya Mu'jamul Ausath dan As-Shaghir dari Abu Hurairah, tetapi dalam sanadnya ada rawi Aghlab bin Tamim. Kata Imam Bukhari, ia munkarul hadits. Kata Ibnu Ma'in, ia tidak ada apa-apanya (tidak kuat). [Mizanul I'tidal I:273-274 dan Lisanul Mizan I : 464-465]

"Siapa yang terus menerus membaca surat Yasin pada setiap malam, kemudian ia mati maka ia mati syahid".
Keterangan : Hadits ini Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jam Shaghir dari Anas, tetapi dalam sanadnya ada Sa'id bin Musa Al-Azdy, ia seorang pendusta dan dituduh oleh Ibnu Hibban sering memalsukan hadits. [Tuhfatudz Dzakirin, hal. 340, Mizanul I'tidal II : 159-160, Lisanul Mizan III : 44-45]

"Siapa yang membaca surat Yasin pada permulaan siang (pagi hari) maka akan diluluskan semua hajatnya".
Keterangan : Hadits ini Lemah.
Ia diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari jalur Al-Walid bin Syuja'. Atha' bin Abi Rabah, pembawa hadits ini tidak pernah bertemu Nabi n. Sebab ia lahir sekitar tahun 24 H dan wafat tahun 114 H. [Sunan Ad-Darimi 2:457, Misykatul Mashabih, takhrij No. 2177, Mizanul I'tidal III:70 dan Taqribut Tahdzib II:22]

"Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur'an dua kali". [HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman]
Keterangan : Hadits ini Palsu.[Dha'if Jamiush Shaghir, No. 5801, Syaikh Al-Albani]

"Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur'an sepuluh kali". (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Keterangan : Hadits ini Palsu. [Lihat Dha'if Jami'ush Shagir, No. 5798 , Syaikh Al-Albani]

"Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati dan hati (inti) Al-Qur'an itu ialah surat Yasin. Siapa yang membacanya maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca Al-Qur'an sepuluh kali".
Keterangan : Hadits ini Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (No. 3048) dan Ad-Darimi 2:456. Di dalamnya terdapat Muqatil bin Sulaiman. Ayah Ibnu Abi Hatim berkata : Aku mendapati hadits ini di awal kitab yang disusun oleh Muqatil bin Sulaiman. Dan ini adalah hadits batil, tidak ada asalnya. (Periksa : Silsilah Hadits Dha'if No. 169, hal. 202-203) Imam Waqi' berkata : Ia adalah tukang dusta. Kata Imam Nasa'i : Muqatil bin Sulaiman sering dusta. [Mizanul I'tidal IV:173]

"Siapa yang membaca surat Yasin di pagi hari maka akan dimudahkan (untuknya) urusan hari itu sampai sore. Dan siapa yang membacanya di awal malam (sore hari) maka akan dimudahkan urusannya malam itu sampai pagi".
Keterangan : Hadits ini Lemah.
Hadits ini diriwayatkan Ad-Darimi 2:457 dari jalur Amr bin Zararah. Dalam sanad hadits ini terdapat Syahr bin Hausyab. Kata Ibnu Hajar : Ia banyak memursalkan hadits dan banyak keliru. [Taqrib I:355, Mizanul I'tidal II:283]

"Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang akan mati di antara kamu".
Keterangan : Hadits ini Lemah.
Diantara yang meriwayatkan hadits ini adalah Ibnu Abi Syaibah (4:74 cet. India), Abu Daud No. 3121. Hadits ini lemah karena Abu Utsman, di antara perawi hadits ini adalah seorang yang majhul (tidak diketahui), demikian pula dengan ayahnya. Hadits ini juga mudtharib (goncang sanadnya/tidak jelas).

"Tidak seorang pun akan mati, lalu dibacakan Yasin di sisinya (maksudnya sedang naza') melainkan Allah akan memudahkan (kematian itu) atasnya".
Keterangan : Hadits ini Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan I :188. Dalam sanad hadits ini terdapat Marwan bin Salim Al Jazari. Imam Ahmad dan Nasa'i berkata, ia tidak bisa dipercaya. Imam Bukhari, Muslim dan Abu Hatim berkata, ia munkarul hadits. Kata Abu 'Arubah Al Harrani, ia sering memalsukan hadits. [Mizanul I'tidal IV : 90-91]

Penjelasan
Abdullah bin Mubarak berkata : Aku berat sangka bahwa orang-orang zindiq (yang pura-pura Islam) itulah yang telah membuat riwayat-riwayat itu (hadits-hadits tentang fadhilah surat-surat tertentu). Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata : Semua hadits yang mengatakan, barangsiapa membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini dan begitu semua hadits tentang itu adalah palsu. Sesungguhnya orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah mengakuinya sendiri. Mereka berkata, tujuan kami membuat hadits-hadits palsu adalah agar manusia sibuk dengan (membaca surat-surat tertentu dari Al-Qur'an) dan menjauhkan mereka dari isi Al-Qur'an yang lain, juga kitab-kitab selain Al-Qur'an. [Al-Manarul Munffish Shahih Wadh-Dha'if, hal. 113-115]

5. Adapun perkataan mereka bahwa berkumpul membaca surat Yasin tidak ada jeleknya, maka sebenarnya berkumpul membaca surat Yasin berjama'ah dengan suara keras pada waktu-waktu tertentu banyak kejelekannya, diantaranya ;
- Membaca Al Qur'an dengan suara keras bertentangan dengan Qur'an surat Al A'raf : 204.
- Bertentangan dengan metode Nabi saw dan para sahabatnya ketika secara berjama'ah membaca Al Qur'an. Yaitu satu membaca dan yang lainnya diam, mendengarkan dan merenugi isinya.
- Mengkhususkan membaca surat Yasin, tanpa surat-surat yang lain juga merupakan bid'ah dholalah (yang sesat). Hal ini termasuk bid'ah idhofiyah, yaitu bid'ah yang pada pasalnya ada dalil, namun sifatnya tidak ada dalil. Membaca Al Qur'an ada dalilnya, tetapi mengkhususkan surat Yasin pada waktu tertentu tidak ada dalilnya. Dan semua bid'ah itu sesat (dholalah), tidak ada bid'ah hasanah (yang baik).
- Mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca surat Yasin, seperti setelah kematian atau setiap hari Jum'at, juga termasuk bid'ah.
- Membaca Al Qur'an bersama-sama dengan satu suara juga merupakan bid'ah dan banyak kejelekannya.

KHATIMAH
Dengan demikian jelaslah bahwa hadit-hadits tentang fadhilah dan keutamaan surat Yasin, semuanya lemah dan palsu dan alasan-alasan lainnya yang membolehkan mengkhususkan membaca surat Yasin yang dibaca dengan berjama'ah ketika ada kematian atau malam Jum'at telah terbantahkan, karena merupakan perbuatan bid'ah dan kemaksiatan yang harus kita jauhi. Oleh karena itu, bagi kita yang sudah mengetahui hal tersebut, agar mendakwahkannya dengan cara-cara yang telah diajarkan Rasulullah pula agar kita tidak terjerumus ke dalam lembah syaithon. Mudah mudahan risalah kecil ini bisa bermanfaat buat kita semua. Amin.

Wallahu A'lam bishowab.