Senin, 29 Juni 2009

Neng Ngopo Kowe Mlebu Neroko ?


Pada hakikatnya Allah telah menetapkan ajal bagi seluruh manusia yang hidup di dunia ini, sehingga mereka pasti akan mengalami kematian ketika sudah sampai ajal yang telah Allah tentukan tadi, dalam firmanNya

"Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)."(Qs. Yunus : 49)
Dan perlu diketahui bahwa kematian datang tanpa diundang, kematian bisa mendatangi siapapun yang Allahlkehendaki (laki-laki, perempuan, tua, muda, ulama', pejabat, bahkan bayi yang baru lahirpun bisa mengalami kematian) serta kematian akan mendatangi seseorang dalam keadaan bagaimanapun (melaksanakan kewajiban ataupun dalam keadaan melakukan kemasiatan).
Dan setelah kematian tersebut Allah tidaklah meninggalkan mereka begitu saja, akan tetapi Allahlmeminta pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan semasa hidupnya. Allahlberfirman :
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,"(Qs. Al muddatsir : 38-41)
Abdur Rahman bin Nashir as Sa'dy berkata :"Tiap-tiap diri akan dimintai pertanggung jawabannya atas amalan buruk dan kejahatan yang mereka lakukan di dunia, serta yang sudah menjadi kebiasaan mereka dan mendarah daging dengan diri mereka, yakni dengan disediakannya adzab bagi mereka". [hal 897]
Imam al Qurthuby menyebutkan bahwa golongan kanan ada beberapa makna diantaranya :
1) Ibnu Abbas berkata : "Mereka adalah mukminun"
2) Kalby berkata : "Mereka adalah yang Allah firmankan; mereka berada di syurga dan aku tidak lagi mengurusinya"
3) Muqatil berkata : "Golongan yang kitabnya di berikan dari arah kanan mereka, yang tidak kekal di neraka karenanya"
4) Ali bin Abi Thalib berkata : "Mereka adalah anak-anak orang mukmin"
5) Ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah para malaikat. [Jami' al Ahkam Quran Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 78]
Lebih jelasnya kita lihat tafsir ayat selanjutnya. Yang mana ketika ashhabul yamin berada di jannah, yang penuh dengan kenikmatan serta tersedianya segala kebutuhan dan tinggal di dalamnya dengan tenang nan tentram, saat itu terjadilah percakapan diantara mereka; yang kemudian sampailah percakapan mereka kepada keadaan orang-orang mujrim, yakni apakah mereka telah mendapatkan apa yang Allah janjikan ??
Salah seorang diantara ahlu jannah berkata :"Maukah kalian melihat mereka ?? setelah itu merekapun melihat orang-orang mujrim dalam neraka yang sedang di adzab. Oleh karenanya mereka (ahlu jannah) bertanya kepada Ahlu Naar :"Wahai fulan, Apa yang memasukkan kalian kedalam neraka??" Dosa apa yang memasukkan kalian kedalamnya ??. al-Farra' berkata :"Maka dengan percakapan ini tambah kuatlah pendapat bahwa ashhabul yamin adalah anak-anak, sebab mereka belum bahkan tidak mengetahui dosa". [Jami' al Ahkam Quran Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 78]
Sebab-sebab Masuk Neraka
Dari pertanyaan yang dilontarkan oleh ahlu jannah kepada ahlu naar diatas, kita akan bisa mengetahui, apa yang menyebabkan seseorang itu masuk neraka serta apa yang menyebabkan seseorang itu masuk lubang yang penuh dengan siksa dan derita itu.
Dalam ayat selanjutnya diterangkan bahwa yang menjebloskan mereka kedalam sumur kehinaan itu adalah perbuatan mereka sendiri yaitu :
 (لَمْ نَكٌ مِنَ المُصَلِّيْنَ), : "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat", Imam al-Qurthuby menafsirkan :"Bahwa mereka tidak termasuk kedalam golongan orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat" [Jami' al Ahkam Quran Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 79]. Ibnu Katsir menambahkan :"Bahwa mereka tidak pula menyembah Allah"[Tafsirul Quranul Adzim, Ibnu Katsir, juz 4, hal 574], Nashir as-Sa'dy menuturkan : "Kalaupun mereka menyembahNya mereka tidak ikhlas dalam perealisasiannya itu".[Tafsir Kalamil Mannaan, hal 897]
Rasulullah bersabda :
"Barangsiapa meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja, maka ia telah terlepas dari tanggung jawab Allah" [Diriwayatkan oleh Ahmad dari Mu'adz bin Jabal]
Intinya mereka masuk naar karena tidak mau menyembah Allahlyakni enggan menjalankan dan merealisasikan perintah Rabb mereka.
 (وَلمَ ْنَكٌ نُطْعِمُ المِسْكِيْنَ),"Dan kami tidak pula memberi makan orang miskin". Ibnu Katsir menafsirkan :"Bahwa kami dulu tidak pernah berbuat baik terhadap sesama"[Tafsirul Quranul Adzim, Ibnu Katsir, juz 4, hal 574], Nashir as Sa'dy menambahkan :"Tidak ada kebaikan yang dilakukan serta ia tidaklah memberi manfaat kepada yang sedang membutuhkannya"[Tafsir Kalamil Mannaan, hal 898], al-Qurthuby berkata :"Bahwa mereka tidak suka bersedekah"[Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 79]. Dalam ayat lain Allah berfirman :
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." [Qs. Al baqarah : 185]
Ayat ini turun dalam hal infak, Hasan al Bashri berkata:"Menjatuhkan diri kedalam kebinasaan adalah bakhil" yakni memegang erat hartanya dan tidak mau menginfakkan, menyedakahkan dan tidak pula menggunakannya untuk mentaati Allah.
Dari sini kita ketahui bahwa orang yang tidak mau berinfak dan menyedekahkan hartanya untuk orang yang membutuhkan padahal ia mampu, serta ia enggan pula untuk berinfak di jalan Allah, maka sama halnya ia telah membawa dirinya kedalam kebinasaan dan keganasan neraka. Maka dari itu coba kita laksanakan apa yang Rasulullah wasiatkan dalam sabdanya :
"Jagalah diri kalian dari dasyatnya api neraka walaupun dengan secuil kurma, dan dengan satu kalimat tayyibah" [Diriwayatkan oleh Bukhari dari Adi bin Hatim]
 (وَكُنَّا نَخُوْضُ مَعَ الخَائِضِيْنَ),"Dan kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang yang membicarakannya". Imam al-Qurthuby menafsirkan :"Kami ikut campur bersama ahlu bathil dalam melakukan kebathilannya, kami berdusta bersama orang-orang yang suka berdusta"[Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 79], Qatadah mengatakan "Ketika orang berjalan diatas kekeliruan dan kesesatan maka kami mengikutinya"[Tafsirul Quranul Adzim, Ibnu Katsir, juz 4, hal 574], Ibnu katsir menambahkan "Mereka berkata tentang apa yang tidak mereka ketahui"[Tafsirul Quranul Adzim, Ibnu Katsir, juz 4, hal 574]. Abdurahman as-Sa'dy menafsirkan "Kami bersepakat dengan kebathilan untuk membantah kebenaran" [Tafsir Kalamil Mannaan, hal 898]. Allah berfirman :
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."(Qs. Al Isra' : 36)
Syaikh Syanqithi mengatakan "Ayat ini adalah larangan untuk bertaqlid tanpa disertai ilmu, sehingga hanya mengikuti apa yang dikatakan orang lain". Seorang salaf mengatakan "Celaka bagi orang yang mengatakan 'aku mengetahuinya' padahal dia tidaklah mengetahui"
Oleh karena itu jangan sampai kita hidup hanya dengan cara bertaqlid tanpa ada usaha untuk mencari kebenaran dan keshahihan tentang sesuatu yang belum kita ketahui. Sehingga dengan taqlid buta tersebut mereka seenaknya membantah kebenaran yang datang kepada mereka.
 (وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْم ِالدِّيْنَ),"Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan". Abdurahman as-Sa'dy mengatakan "Inilah atsar atau pengaruh dari bergaul dan berkumpul dengan ahlu bathil, yaitu mendustakan kebenaran, kebenaran yang sudah dan sangat jelas kebenarannya, seperti hari akhir yang merupakan tempat adanya jaza' atas segala amalan, serta mendustakan kerajaan Allah dan kebijaksaan serta keadilanNya terhadap para makhlukNya"[Tafsir Kalamil Mannaan, hal 898]. Imam al-Qurthuby menguatkannya dengan mengatakan "Mereka tidaklah membenarkan hari kiamat yakni hari pembalasan dan pengadilan. "[Tafsir al Qurthuby, juz 19, hal 79].
Inilah puncak penyebab masuknya mereka ke dalam neraka, setelah mereka tunggangi dan rasakan 3 perkara yang sangat-sangat membahayakan bagi dirinya tersebut. Dan bahkan dengan perbuatan ini (mendustakan hari akhir) pula mereka menjadi kekal di dalam neraka dalam keadaan hina dina.
Kebiasaan yang sangat buruk dan terlaknat tersebut terus dan tetap saja mereka lakukan, sehingga ajal yang tidak bisa ditolerir (dan memang tidak mau diajak kompromi) itu, lebih dahulu datang sebelum mereka sempat bertaubat kepada Allah.
Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya Allah akan menerima taubat para hambanya selama sakaratul maut belum mendatanginya"(HR.Tirmidzi, dari Abdullah bin Umar)
Dikarenakan belum taubat dan belum kembalinya mereka kejalan yang benar (dien yang haq), maka bagi merekalah jahannam yang menyala-nyala. Naudzubillah min dzalik.
Referensi :
 Shofwatut Tafasiir, Muhammad Ali Ash Shabuni, Daar el Fikr, cet ke I 1416 H/ 1996 M
 Tafsir Quranul Adzim, al Hafidz Imaduddin Abu Fida' Ismail Ibnu Katsir, Daar es Salam, cet ke II 1418 H / 1998 M
 Adzwaaul Bayaan Fi Idhaahi Quran bil Quran, Syaikh Muhammad al Amin bin Muhammad al Muhtar al Jakanni Asy Syanqithi, Daar el Kutub el Ilmiyah, cet ke I 1421 H/ 2000 M
 Taisiril Karimir Rahman Fi Tafsir Kalamil Mannan, Abdurrahman bin Nashir as Sa'di, Muassasah er Risalah, cet ke I 1423 H/ 2002 M
 Riyadhus Shalihin, Imam an Nawawi, Daar el Fikr, cet ke I 1424 H/ 2004 M
 Fiqhun Nisa'/ Fiqih Wanita, Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah, Pustaka al Kautsar, cet ke I November 1998 M, cet ke XII september 2003
 Jami' al Ahkam al Quran, al Qurthuby, Daar el Kotob el Araby, 1424 H/2004 M

0 komentar:

Posting Komentar