Menuntut Ilmu

Seandainya tanpa ilmu, maka manusia itu ibarat binatang

Lebih Dekat Dengan Qur'an

Tidaklah sekelompok orang berkumpul untuk mempelajari al-Quran, melainkan akan turun kepada mereka berkah dari Allah.

Jangan Lupa Qiyamul Lail

Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.

Sholat berjamaah

mari semangat sholat lima waktu di masjid.

Halaqoh Quran

Hidup Makmur, Mulia dan Bahagia bersama Al Quran.

Minggu, 24 Mei 2009

Antara Ahlu Fatroh Dan Kebodohan


Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga terus terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang selalu meniti jalannya. Dan penulis berharap, Allah masih memberikan taufiq-Nya sehingga penulis –dalam makalah ini- bisa membahas satu masalah yang hari ini masih menjadi pertanyaan bagi segenap kaum muslimin. Yaitu suatu kaum yang hidup sebelum Nabi SAW tepatnya setelah diutusnya nabi Isa as

Dan mudah-mudahan dalam pembahasan kali ini penulis bisa menghadirkan suatu kajian yang bisa –sementara- menjadi salah salah satu alat untuk memahami siapa dan bagaimana mereka itu ?

II. Pengertian Ahlul Fatroh.
Ahlu secara bahasa adalah siapa yang tinggal disuatu tempat atau negri.(1) Atau penghuni (rumah) tempat.(2)Sedang fatroh adalah masa atau periode.(3)
Adapun secara istilah Ibnu Abbas dan Muqottil memberikan pengertian : “Suatu kaum yang hidup antara masa setelah diutusnya Nabi Isa as sampai pada masa diutusnya Nabi Muhammad SAW”.(4)
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa : “Ahlu Al Fatroh” adalah suatu kaum yang hidup sesudah jaman dimana Nabi Isa as diutus sampai datangnya masa kenabian Muhammad SAW.

III. Pembahasan
Dari pengertian diatas tentunya kita telah dapat menyimpulkan dan mengenal siapa itu Ahlu Al Fatroh ?. Namun timbul pertanyaan baru bagi kita, lalu bagaimanakah hukum mereka itu ? Padahal mereka tidak lagi menjumpai masa kenabian Nabi Isa as dan juga tidak atau belum sempat ikut merasakan bagaimana tata dan cara syari’at yang dibawakan oleh nabi Muhammad SAW ?
Sebenarnya Ahlul Fatroh itu bisa dibagi menjadi dua :
1. Kaum yang hidup pada masa kekosongan nabi (antara dua nabi), akan tetapi mereka masih bisa mendapatkan dan merasakan pengajaran ilmu dari nabi sebelumnya. Maka secara syar’i meskipun mereka hidupnya diantara dua nabi yang diutus dan tidak bisa hidup semasa dengan nabi tersebut, akan tetapi ia masih mendapatkan risalah (ajaran) nabi tersebut. Maka kebodohan yang ada pada mereka tidak bisa ditolelir atau diampuni, hanya karena alasan tidak hidup semasa dengan nabi.
2. Kaum yang hidup pada masa kekosongan itu, namun mereka juga terhalang dari mendapatkan risalah dari nabi yang hidup sebelum mereka. Maka golongan ini –kebodohan mereka – akan diampuni oleh hukum syar’i, meskipun rentang waktu antara kedua nabi itu tidak terlalu lama.
Maka pelajaran yang bisa diambil bahwa kebodohan yang diampuni oleh syar’i dari kaum Ahlu Fatroh itu adalah tidak tersampainya ajaran (risalah) kepada mereka. Bukan lantaran panjang atau pendeknya rentang waktu diantara kedua nabi.(5)
Masalah : lalu bagaimana dengan orang-orang yang hidup sebelum kenabian atau diangkatnya nabi SAW ?
Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yang hidup sebelum diangkatnya Muhammad SAW menjadi rasul adalah termasuk Ahlu Al Fatroh. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya al quran itu adalah kebenaran yang datang dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.” (As Sajadah: 3).
Dalam ayat lain Allah menegaskan:
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul kami menjelaskan (syariat kami) kepada kamu ketika terputusnya (peringatan) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan : tidak datang kepada kamu baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah maha kuasa atas segala sesuatu.” (Al Maidah: 19).
Kemudian apakah mereka juga termasuk Ahlu Al Fatroh yang diampuni kebodohannya lantaran tidak tersampainya kepada mereka dakwah para nabi ?. atau kelompok Ahlu Al Fatroh yang memang tidak diampuni kebodohannya lantaran telah tersampainya dakwah para rosul kepadanya ?. Imam Al Qurtubi mengatakan bahwa yang rojih atau benar bahwa ayat-ayat dan sunnah nabi menunjukkan kalau mereka itu termasuk Ahlu Al Fatroh yang kebodohannya tidak diampuni oleh syar’I lantaran telah sampai kepadanya da’wah nabi (sebelum mereka ). Firman Allah :
“Dan ingatlah pada ni’mat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatinya, lalu jadilah kamu karena ni’mat Alloh orang-orang yang bersaudara, dan kami telah berada ditepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya.Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.(Ali Imron 103).
Firman Alloh :
“….dan kamu telah berada di tepi jurang neraka …..”. Ibnu Abbas berkata :”yaitu kamu telah ditepi lubang jahannam, dan batas kalian dengannya (jahannam) hanyalah kematian saja”. Firman Alloh : “….lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya …” yaitu dengan diutusnya Muhammad SAW.(1)
As Sudy berkata : “Dan kalian berada diujung neraka, siapa yang mati diantara kalian (pasti) kekal didalamnya, maka Alloh utus Muhammad, lalu engkau mencari keselamatan dengan pelantaran dia.(2)
Ibnu katsir menambahkan : “mereka ada diujung lubang neraka disebabkan kekafiran mereka, lalu Allah menyelamatkan mereka dengan hidayahnya agar mereka beriman. “(3)
Abdul mun’in Mustofa Halimah berkata : “mereka itu dalam keadaan kafir sebelum diutusnya nabi SAW, dan jarak antara mereka dengan neraka hanya terhalang oleh kematian saja, hal ini menunjukan bahwa mereka sebenarnya telah mendapatkan dakwah para rosul, sebab Allah tidak akan mengazab suatu kaum kecuali telah tegas atasnya hujjah (alasan) dakwah. Jadi (periode) mereka itu periode yang kebodohannya tidak di maafkan lagi.”
Dan dalam hadits shohih disebutkan dari ‘Aisyah ra berkata : “aku berkata : “wahai Rasulullah, sesungguhnya Ibnu Jad’an dimasa jahiliyah suka menyambung silaturahmi dan memberi makan fakir miskin, apakah itu bisa bermanfaat baginya? “Rasulullah menjawab : “tidak, (sebab) pada hari itu ia tidak mengucapkan : “wahai Rabb ampunilah kesalahanku dihari pembalasan (kiamat) .”(1)
Syaikh Abdul Mun”in Musthofa Halimah berkata : “Hal itu sama sekali tidak bermanfaat sama sekali bagi Ibnu Jad’an karena selama hidup ia tidak pernah mengucapkan, : “Wahai Robb ampunillah dosa-dosaku dihai pembalasan”. Hal ini menunjukkan dua hal :
1. Mereka (Ibnu Jad’an) tidak termasuk Ahlul Fatroh yang kebodohannya diamankan .
2. Karena da’wah para rosul telah sampai kepada mereka.Dan juga kalimat yang oleh Rosullulloh dijadikan sebab atas turunnya siksa bagi (Ibnu Jad’an) tidak akan mungkin ia ketahui tanpa peran tara seorang Rosul.
Dalam hadits Anas, Rosullulloh SAW melewati kebun korma Bani Najar, lalu beliau mendengar suara, lalu Beliau bertanya; “Apa ini ?” mereka menjawab : “Ini adalah kuburan seorang laki-laki dimasa jahiliyah”. Maka Rosullulloh SAW bersabda:
“Seandainya kalian ini akan dikubur bukan lantaran da’wah (agama) Alloh, -aku berharap- Alloh memperdengarkannya bagiku”. (2)
Syaikh Nasir berkata : “Dari hadits diatas bisa diambil kesimpulan bahwa orang-orang yang mati (jahiliyah) sebelum diutusnya Nabi SAW disiksa lantaran kesyirikan dan kekafiran mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka itu sebenarnya telah mendapatkan da’wah para nabi dan rosul sebelum Nabi Muhammad SAW”. (3)
Juga dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas ra bahwa seorang laki-laki berkata : “Wahai Rosullulloh, dimanakah ayah saya (surga/neraka) ?” jawab beliau:” Di neraka”. Maka tatkala ia memukul-mukul tengkuk (sedih) Rosullulloh memanggilnya, seraya bersabda : “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka”.(4)
Maka keadaan orang tua nabi dan juga orang tuanya –yang telah Nabi sabdakan masuk neraka- telah mati sebelum diutusnya Nabi SAW. Hal ini juga menjadi bukti bahwa mereka telah mendapatkan da’wah dan peringatan dari Nabi-nabi terdahulu. Dan mereka tidaklah menjadi Ahli Al Fatroh yang kebodohannya dimaafkan.
An Nawawi didalam syarhnya mengatakan : “Bahwa orang yang mati diatas kekafiran adalah di neraka, dan tidak akan bermanfaat bagi mereka syafa’at orang-orang yang dekat (kerabat), dan bahwa orang-orang yang mati pada masa orang-orang arab jahiliyah –yang menyembah patung- adalah di neraka. Tidaklah akibat yang demikian itu lantaran belum tersampainya da’wah, akan tetapi telah sampai kepada mereka itu seruan dan da’wah Nabi Ibrahim as serta nabi-nabi yang pernah Alloh utus”. (5)
Syaikh Abdul Mun’im berkata : “Pendapat itulah yang kita pilih, bahwa orang-orang kafir sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah termasuk Ahlul Fatroh dari segi terputusnya da’wah (peringatan) rosul. Dan bagi mereka berhak mendapat siksa neraka”. Demikian sebagaimana disebutkan oleh Nawawi.(1)

CATATAN

1. Dalam hal ini kita tidak boleh menghukumi secara ta’yin (orang perorang) tapi harus secara umum, sebab ada diantara manusia yang sudah berusaha mencari ilmu (da’wah) para rosul tapi ia tidak mendapatkannya –padahal telah diutus kepada manusia para rosul-. Sebagai contoh : Pada jaman sebelum diutusnya Nabi SAW adalah tergolong Ahlul Fatroh yang kebodohannya tidak diampuni sebab telah datang kepadanya da’wah para Nabi dan wajib atas mereka siksa neraka. Tapi hal ini tidak berlaku bagi tiap individu-individu. Sebagaimana halnya Waraqah Ibnu Nufail yang meninggal sebelum Rosullulloh SAW menjadi Nabi. Dalam hadits Nabi SAW bersabda:
“Jangan kalian cela Waraqah Ibnu Naufal, sungguh aku melihat bagi dia satu atau dua surga”. (2)
2. Timbul pertanyaan : Apakah setelah kenabian Muhammad SAW ada Ahlul Fatroh ? dan apakah kebodohan mereka diampuni ?
Telah dibahas pada pembahasan diatas bahwa sebab diampuninya jahl –kebodohan- Ahlul Fatroh adalah lantaran tidak tersampainya kepada mereka da’wah dan peringatan dari para rosul.jadi tidak menuutup kmungkinan setelah kenabian Nabi SAW ada ahlul fatroh dan kebodohan mereka terampuni, hal ini selama syarat-syarat diatas terpnuhi, yaitudakwah kenabian. Jika kedua ahlul fatroh (sebelum dan sesudah Nabi SAW) sama-sama terhalang untuk mendapatkan dakwah kenabian, dan bagi yang sebelum masa kenabian terampuni namun mengapa yang sesudah masa kenabian tidak ?? Dan bagi yang membedakan antara kedua golongan ini hendaknya mendatangkan suatu bukti (hujjah) yang benar. Demikian yang disebutkan oleh Syaikh Abdul Mun’im Mustofa Halimah.

IV. Penutup
Dengan izin Allah makalah ini bisa kami selesaikan. Semoga menjadi amal sholih bagi penulis dan tambahan ilmu bagi yang membaca. Hanya saran dan perbaikanlah yang kami harapkan dari kaum muslimin sekalian.
Writed by : Agus Triyono

V. Daftar Pustaka
1. Al Qur’an Al Karim
2. Al Munjid
3. Al Munawir
4. Shohih Muslim
5. Silsilah Al Hadits Ash Shohiha
6. Tafsir Al Qurtubi
7. Tafsir Ibnu Katsir
8. Jami’ul Bayan
9. Ruhul Ma’ani
10. Adhwa’ul Batan

Minggu, 10 Mei 2009

alQuran is the best guide for child




Syumul atau menyeluruh; itulah diantara keistimewaan yang dimiliki oleh alQuran kitab suci umat islam. Maka tak aneh apabila Allah menjadikannya sebagai pedoman bagi mereka dalam menjalani hidup ini,

bahkan Allah juga sudah menjelaskan bahwa barangsiapa yang ingin menjadi hambaNya yang senantiasa penuh dengan kebahagiaan baik dunia maupun akhirat hendaknya menjadikannya sebagai undang-undang / aturan hidup dalam diri mereka.
makanya dengan hadirnya TPQ ini semoga bisa menyalurkan keistimewaan yang dimiliki alQuran kepada anak-anak muslim khususnya, sehingga mereka mengetahui apa yang telah Allah jelaskan dan Allah terangkan didalamnya. Dan Sudah pasti ketika alQuran dikenalkan kepada anak sejak dini niscaya anak tersebut akan tumbuh sesuai dengan keinginan alQuran, tapi kalau anak itu sejak dini dikenalkan dengan selain alQuran niscaya anak tersebut memiliki akhlaq yang melenceng jauh dari alQuran.