Menuntut Ilmu

Seandainya tanpa ilmu, maka manusia itu ibarat binatang

Lebih Dekat Dengan Qur'an

Tidaklah sekelompok orang berkumpul untuk mempelajari al-Quran, melainkan akan turun kepada mereka berkah dari Allah.

Jangan Lupa Qiyamul Lail

Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.

Sholat berjamaah

mari semangat sholat lima waktu di masjid.

Halaqoh Quran

Hidup Makmur, Mulia dan Bahagia bersama Al Quran.

Selasa, 04 Agustus 2009

Abu Bakar Ash Shidiq r.a


Dia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fahr Al Kannani Al‘Adnani.

Beliau biasa dipanggil dengan nama Abu Bakar. Sedangkan bapaknya biasa dipanggil dengan nama Abu Quhafah dan ibunya biasa dipanggil dengan nama Salma binti Shakhr bin Amir. Beliau digelari dengan “Ashshiddiq dan “Al ‘Atiiq.” Gelar “Al’Atiiq” ini dilekatkan kepadanya karena ketampanan wajahnya dan tidak akan tersentuh api neraka. Sedangkan gelar “Ash-Shiddiq” disandangnya dikarenakan banyak melakukan kebenaran dan merupakan orang yang pertama kali yang meyakini kebenaran Rasulullah dan ajaran Allah yang dibawa oleh beliau.
Pada masa jahiliyah beliau membenci minuman khomr, beliau tergolong orang kaya yang dengan kekayaannya banyak membantu orang – orang miskin, dekat dengan kaum quraisy dicintai dikalangan mereka.

Perjalanan Hidupnya
Jika pengungkapan sejarah perjalanan hidup ini dimaksudkan untuk menceritakan sesuatu yang dianggap berlawanan dengan sesuatu yang tercela, dimana pelakunya tidak berhak menyombongkannya, maka sejarah perjalanan hidup yang dialami oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ini cukup panjang dan beragam, karena itulah maka kami hanya akan mengungkapkan sebagian kecil dari sejarah perjalanan hidupnya. Adapun sebagian perjalanan hidup yang dialami oleh beliau adalah sebagai berikut:
1. Mengislamkan seluruh anggota keluarganya, dimana tidak ada seorang sahabatpun dari sahabat-sahabat Rasulullah yang mampu melakukannya. Abu Bakar masuk Islam terlebih dahulu, lalu mengislamkan bapaknya dan ibunya, lalu mengislamkan semua anak-anak lakinya, yaitu, Abdullah, Abdurrahman, Muhammad dan anak-anak perempuannya, yaitu, Asma’dzatu An-Nithaqaini (pemilik dua kepang), Aisyah Ummul mukminin dan Ummi Habibah, lalu beliau mengislamkan seluruh isteri-isterinya, yaitu: Ummi Ruman ibu kandungnya Abdurrahman dan Aisyah, Asma’ binti Umais ibu kandung Muhammad, dan Habibah binti Khadijah ibu kandungnya Ummi Kultsum. Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah kepada mereka.
2. Al Bukhari telah meriwayatkan bahwa Nabi telah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku percayai dalam segi kesahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, dan seandainya aku diperintahkan untuk mengambil kekasih selain Tuhanku niscaya aku akan memilih Abu Bakar, bahkan persaudaraan dan kasih sayangnya dalam Islam, sehingga tidak ada pintu kasih sayang yang tersisa dalam masjid selain pintu Abu Bakar .”
3. Abu Bakar turut serta dalam seluruh peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah, sehingga tidak ada satu peperangan pun yang dilakukan oleh Rasulullah yang tidak diikutinya. Beliau turut serta dalam perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar, Futhu Makkah (pembebasan kota Makkah Hunain, Tabuk dan peperangan lainnya baik yang besar maupun yang kecil, dimana tidak ada seorang sahabat pun yang mengikuti seluruh peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah selengkap yang diikuti oleh Abu Bakar. Dalam peristiwa perang Uhud beliau tetap bertahan bersama Rasulullah di medan perang, dan pada waktu perang Tabuk Rasulullah menyerahkan bendera yang besar. Selain itu beliau menemani Rasulullah dalam melakukan hijrah dan memasuki gua Tsur. Sebagaimana hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya, “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Qs. At-Taubah: 40)

Keutamaannya
Jika yang dimaksud dengan keutamaan disini adalah kebalikan dari kehinaan, maka keutamaan yang dimiliki oleh Abu Bakar ini sangat banyak, tetapi kami hanya akan mengemukakan sebagiannya saja. Adapun keutamaan yang dimiliki oleh Abu Bakar itu antara lain adalah:
1. Beliau belum pernah minum-minuman yang memabukkan baik pada masa Jahiliyah maupun pada masa Islam.
2. Beliau khalifah yang pertama kali mengumpulkan tulisan Al Qur’an.
3. Beliau termasuk sahabat Rasulullah yang pertama beriman, mengerjakan shalat dan menjadi khalifah.
4. Beliau termasuk orang yang paling utama dari kalangan umat ini setelah Nabi Muhammad.
5. Beliau telah mengislamkan sebanyak 15 (lima belas) orang sahabat yang dijanjikan masuk surga, yaitu: Utsman bin Afan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqash dan Abdurrahman bin Auf.

Kesempurnaan jiwa dan akhlaknya
Di bawah ini akan kami kemukakan sebagian kesempurnaan yang dimiliki oleh Abu Bakar yang berkaitan dengan jiwa maupun perilakunya.

Tawadhu’ (Rendah hati)
Dalam mengungkap sifat tawadhu’ Abu Bakar cukup kiranya kami mengemukakan keterangan berikut yang kami anggap dapat mewakili dalam menjelaskan ketawadhuan beliau. Para ulama telah menceritakan bahwa Abu Bakar selalu memerah susu kambing penduduk desanya, sehingga ketika beliau dibaiat menjadi khalifah, maka salah seorang hamba sahaya berkata, “Sekarang, tidak akan ada lagi orang yang memerahkan kita susu kambing di daerah ini,” yang dimaksud adalah Abu Bakar. Beliau mendengar perkataan yang diucapkan oleh hamba sahaya itu, kemudian berkata kepadanya, “Tentu, aku akan tetap memerah susu kambing untuk kalian, dan aku berharap perilaku yang biasa aku lakukan sebelumnya tidak berubah karena menjadi khalifah.” Sehingga ketika beliau sudah menjadi khalifah beliau tetap memperhatikan dan menolong mereka seperti yang beliau lakukan sebelumnya.

Ketakwaannya
Tidak perlu diragukan lagi bahwa Abu Bakar ini merupakan salah seorang dari kalangan umat ini yang paling bertakwa, paling baik dan paling shaleh setelah Nabi Muhammad Sebagaimana firman Allah, “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling bertakwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah) untuk membersihkannya.” (Qs. Al-Lail: 17-18). Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq beliaulah yang dimaksud dengan pengertian ayat tersebut. Namun demikian lafazhnya dapat diberlakukan kepada orang yang memiliki sifat sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut. Di antara bukti lain yang menunjukkan keagungan ketakwaan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagaimana yang diriwayatkan darinya, dimana beliau berkata, “Inilah riwayat-riwayat yang bersumber dariku:
Beliau telah meriwayatkan, seraya berkata, “Ingin rasanya aku menjadi sehelai rambut yang menempel pada badan seorang hamba yang beriman.” Beliaupun pernah mengatakan, “Ingin rasanya aku menjadi sebuah pohon yang dipetik buahnya lalu dimakan.”
Selain itu bukti terbesar yang menunjukkan ketakwaan Abu Bakar sebagaimana yang terungkap dalam kitab “Shahihaini” bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki seorang budak, dimana pada suatu hari budaknya itu datang kepada beliau sambil membawa makanan. Karena beliau merasa lapar, maka beliau memakannya sebelum menanyakan dari mana makanan itu. Setelah selesai, maka beliau bertanya kepada budaknya, seraya berkata, “Dari mana kamu mendapatkan makanan ini?” lalu dia menjawab, “Pada masa jahiliyah aku bertemu dengan suatu kaum, lalu aku memakaikan azimat (mantera) kepada mereka, dan mereka menjanjikan sesuatu kepadaku. Ketika aku bertemu dengan mereka, maka aku menagihnya dan mereka memberiku sesuatu.” Kemudian Abu Bakar berkata, “Ach, hampir saja dirimu mencelakakanku.” Selanjutnya beliau memasukkan tangannya ke dalam mulutnya supaya beliau dapat memuntahkannya, tetapi karena makanan itu tidak keluar semuanya, maka beliau minum air dan memuntahkannya sehingga semua makanan dapat dikeluarkan semuanya. Demikianlah ketakwaan yang ditunjukkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Pembahasan seputar ketakwaan Abu Bakar ini akan kami tutup dengan kesaksian Ali bin Abu Thalib dimana Abu Sarihah yakni Hudzaifah bin Usaid berkata, “Aku mendengar Ali berkata, “Ingatlah, sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang bersih hatinya.”

Kredibilitas Keilmuannya
Tidak ada seorang ulama pun yang meragukan kredibilitas keilmuan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehingga dia digolongkan sebagai sahabat Rasulullah yang paling alim. Bagaimana tidak, sementara dia tidak pernah berpisah dari Rasulullah semenjak beliau diangkat oleh Allah sebagai rasul sampai Allah memanggil beliau ke haribaan-Nya (wafat). Di bawah ini akan kami kemukakan beberapa contoh yang menggambarkan sisi keilmuan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
1. Para perawi telah meriwayatkan bahwa Abu Bakar-Ash-Shiddiq adalah orang yang pertama hafal Al Qur’an. Sebagai buktinya bahwa Rasulullah telah menunjuknya sebagai pengganti beliau dalam mengimami shalat, dan hal itu terjadi bukan hanya sekali. Dimana Rasulullah bersabda, “Orang yang harus mengimami (shalat) suatu kaum hendaknya orang yang paling fasih dalam membaca kitab Allah (Al Qur’an).”
2. Menjelang akhir hayatnya Rasulullah berpidato, seraya bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Mendengar hal itu Abu Bakar Ash-Shiddiq menangis, sehingga kami merasa heran. Ketika ditanya, maka dia menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah telah mengabarkan tentang seorang hamba yang disuruh memilih, dimana hamba yang disuruh memilih itu tiada lain adalah Rasulullah. Bertitik tolak dari keterangan tersebut, maka jelaslah bahwa Abu Bakar merupakan orang yang paling pintar di antara kita.
3. Seseorang yang diminta fatwanya di hadapan Rasulullah menunjukkan bahwa orang tersebut dikatagorikan sebagai orang yang paling pintar dari kalangan umat ini setelah Rasulullah, dan Abu Bakar termasuk orang tersebut. Ibnu Umar ditanya tentang siapa saja orang yang diminta fatwanya di hadapan Rasulullah, maka dia menjawab, "Abu Bakar dan Umar, karena tidak ada orang yang lebih pintar selain keduanya.” Bukhari telah meriwayatkan sebuah hadits kepada kita yang di dalamnya menjelaskan fatwa Abu Bakar yang disampaikan di hadapan Rasulullah, dan beliau menetapkan dan membenarkannya. Bukhari berkata, “Telah diriwayatkan dari Abu Qatadah, dia berkata, “Pada waktu perang Hunain kami pergi bersama Rasulullah dan ketika kami sampai maka kami menyaksikan pasukan besar kaum muslimin, lalu aku melihat seseorang dari kalangan musyrikin yang mengalahkan seseorang dari kalangan kaum muslimin. Kemudian aku menghampirinya seraya aku berjalan berputar mengelilinginya sehingga aku berada tepat di belakangnya, lalu aku mengayunkan pedang ke arah urat lehernya. Kemudian dia merubah posisinya sehingga menghadap ke arahku, lalu dia menyerangku, tetapi aku mencium bau kematian dan akhirnya diapun mati tersungkur. Setelah itu aku pergi dan bertemu dengan Umar bin Khatab, seraya berkata, “Bagaimana keadaan orang-orang?” lalu dia menjawab, “Urusan Allah.” Kemudian orang-orang kembali berkumpul, sementara Nabi duduk, seraya bersabda, “Barang siapa yang berhasil membunuh dan dapat membuktikannya, maka baginya berhak mendapatkan harta rampasan.” Kemudian aku berdiri, seraya berkata, “Siapa yang akan bersaksi untukku?” lalu aku duduk kembali. Kemudian Nabi mengulangi sabdanya, “Barang siapa yang berhasil membunuh dan dapat membuktikannya, maka baginya berhak mendapatkan harta rampasan.” Kemudian aku berdiri, seraya berkata, “Siapa yang akan bersaksi untukku?” lalu aku duduk kembali. Kemudian Nabi mengulangi sabdanya yang sama untuk yang ketiga kalinya. Kemudian seseorang berkata, “Benar, Ya Rasulullah, dan harta rampasannya ada padaku.” Setelah itu dia menyerahkan harta rampasan itu kepadaku. Maka Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Demi Allah, tidak bisa begitu, karena tidak bisa seorang singa Allah mengukuhkan pengakuan seorang singa Allah lainnya, tetapi siapa saja yang berperang karena Allah dan Rasul-Nya, maka engkau berhak memberinya harta rampasan. Kemudian Rasulullah bersabda, “Kamu benar” Setelah itu beliau memberikan harta rampasan itu kepada Abu Qatadah.
Abu Qatadah berkata, “Kemudian Rasulullah menyerahkan sebuah perisai yang kemudian aku jual dan hasil penjualannya aku belikan sebuah kebun kurma yang terletak di perkampungan Bani Salmah sebagai harta yang pertama kali aku peroleh dari hasil peperangan dalam Islam.
4. Bukhari telah meriwayatkan dari Muhammad bin jabir bin Muth’im dari bapaknya, dia berkata, “Seorang wanita telah datang kepada Rasulullah, lalu beliau menyuruhnya untuk datang lagi kepada beliau pada kesempatan yang lain. Maka dia berkata, “Bagaimana menurut pendapatmu seandainya aku datang, dan aku tidak menemukanmu?” Ayah Jabir berkata, “Seakan-akan wanita itu akan mati.” Kemudian Rasulullah berkata, “Jika kamu tidak menemukan aku, maka datanglah kamu kepada Abu Bakar.” Hadits ini kalaupun menunjukkan sisi kekhilafahan, kemuliaan dan kejujuran Abu Bakar, tetapi tidak dipungkiri bahwa hadist tersebut juga menunjukkan sisi Keilmuan Abu Bakar. Rasulullah telah menyerahkan urusan yang berhubungan dengan dirinya kepada Abu Bakar dan menjadikannya sebagai wakil beliau dalam menjawab segala pertanyaan yang akan diajukan oleh wanita tadi, karena dia dianggap sangat dekat dari segi keilmuannya dengan beliau.
Pembahasan seputar keilmuan Abu Bakar Ash-Shiddiq ini akan kami tutup dengan kesaksian yang diberikan oleh Umar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam pembahasan kisah kekhilafahan Abu Bakar. Pada waktu itu aku (Umar) mengetahui sebagian tanda kemarahan yang ditunjukkan olehnya (Abu bakar), tetapi beliau lebih sabar dariku dalam menyikapinya.
Kemudian Abu Bakar berkata, “Bersabarlah, dan jangan tergesa-gesa, karena aku merasa benci untuk memarahinya.” Demi Allah, beliau tidak pernah meninggalkan ucapan yang mengagumkanku dalam meluruskanku kecuali beliau mengatakannya secara spontanitas dan panjang lebar sehingga aku terdiam. Kemudian beliau berkata, “jika kamu diingatkan suatu kebaikan, maka kamulah pemiliknya (harus menerimanya).”
Pada waktu itu tidak pada seorang Arab pun yang mengetahui urusan ini kecuali kalangan Quraisy yang menjadi kelas menengah masyarakat Arab dari segi keturunannya, dan aku menyetujui bagi kalian salah satu di antara dua orang ini yang mana saja kamu inginkan.” Yakni Umar dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Kesabarannya
Sabar termasuk perilaku dan akhlak yang sangat dicintai oleh Allah, dan sabar merupakan salah satu sifat yang menunjukkan kesempurnaan seseorang. Allah telah menyifati dan menyanjung Nabi-Nya Ibrahim karena kesabarannya. Sebagaimana hal ini terungkap dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (Qs. At-Taubah: 114) Demikian juga Allah telah menyifati Ismail dengan sifat tersebut, sebagaimana tertera dalam firman-Nya, “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (Qs. Ash-Shaffaat: 101). Abu Bakar termasuk orang yang memiliki watak penyabar, disamping dia juga sebagai orang yang kaya dengan ilmu pengetahuan. Kesabaran Abu Bakar nampak sekali pada hadits berikut: Bukari telah meriwayatkan hadits ini dalam bab “Beberapa keutamaan Abu Bakar dari Abu Darda, dia berkata, “Pada suatu hari aku duduk bersama Rasulullah, lalu Abu Bakar datang sambil mengangkat ujung baju (gamis)-nya sehingga terlihat kedua lututnya. Kemudian Rasulullah bersabda, “Temanmu itu sungguh sangat mulia (dermawan).” Setibanya di hadapan Rasulullah, seraya dia mengucapkan salam, lalu berkata, “Sesungguhnya antara aku dan Ibnu Khathab (Umar) telah terjadi sesuatu, dan aku cepat-cepat meminta maaf kepadanya dan menyesalinya, tetapi dia menolaknva dan tidak mau memaafkanku. Karena itulah maka aku datang menghadapmu, lalu Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, sungguh Allah telah memaafkanmu” dan beliau mengucapkan sebanyak tiga kali. Setelah itu Umar merasa menyesal, kemudian dia datang ke rumah Abu Bakar, seraya berkata, “Apakah ada Abu Bakar?” mereka (keluarga Abu Bakar) menjawab, “Tidak ada.” Kemudian dia datang ke rumah Rasulullah, dan ketika itu muka beliau berubah karena marah sehingga Abu Bakar tertunduk, seraya keduanya menatap kedua lutut Umar. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, Demi Allah aku telah berbuat zhalim (aniaya)” lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepadamu, tetapi kalian mengatakan bahwa aku telah berdusta.” Selanjutnya beliau bersabda, “Abu Bakarlah yang waktu itu membenarkanku dan menolongku dengah jiwa dan hartanya, maka apakah kalian akan meninggalkan seorang yang telah menemaniku ?” Beliau mengucapkannya sebanyak dua kali.
Dari hadits tersebut di atas nampak sekali kesabaran Abu Bakar, dimana ada tiga point yang perlu digaris bawahi, yaitu:
1. Penyesalannya atas perbuatan yang dilakukannya.
2. Permintaan maafnya kepada Umar atas perbuatan yang telah dilakukannya.
3. Sumpahnya yang mengakui kezhaliman yang telah diperbuatnya.
Penyesalan adalah pengakuan atas kezhaliman (kesalahan) dengan cara meredam kemarahan dan meminta maaf dari orang yang dizhaliminya. Inilah sikap sabar yang diperlihatkan oleh Abu Bakar.

Keberaniannya
Keberanian ada dua, yaitu keberanian (keteguhan) hati dan akal pikiran. Yang dimaksud dengan keberanian akal pikiran adalah keberanian untuk menyatakan dan menjelaskan kebenaran dan menghadapi para penentangnya dengan menjelaskan kekeliruan dan kesalahan pendapat dan pikiran yang dikemukakan oleh mereka serta menyadarkan kembali akal pikiran mereka. Di bawah ini akan kami kemukakan dua hadits yang menjelaskan puncak keberanian akal pikiran yang diperlihatkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Adapun kedua hadits tersebut adalah sebagai berikut.
Ibnu ‘Asakir telah meriwayatkan dari Ali bahwa ketika Abu Bakar masuk Islam, maka beliau menyatakan keislamannya dan berdoa kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian juga telah diriwayatkan dari Aisyah, seraya dia berkata,” Ketika para sahabat Nabi dikumpulkan, dimana jumlah mereka mencapai 88 (delapan puluh delapan) orang, maka Abu Bakar mendesak Rasulullah untuk menampakkan dakwahnya secara terang-terangan. Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, kelompok kita ini masih kecil.” Akan tetapi Abu Bakar terus-menerus mendesaknya sehingga akhirnya Rasulullah menampakkan dakwahnya secara terang-terangan dan menyebarkan kaum muslimin untuk membangun masjid dimana setiap sepuluh orang dipimpin oleh satu orang. kemudian Abu Bakar berdiri dihadapan orang – orang seraya menyampaikan pidatonya, sehingga dialah orang yang pertama berpidato yang menyeru manusia kepada jalam Alloh dan Rosulnya.

Wafatnya
Abu Bakar wafat sekitar waktu magrib dan Isya, dan istri beliu yang bernama Asma binti Umais memandikannya.kemudian Umar mensholatinya dimana jenazah beliau diletakan antara kuburan dan mimbar Rosululloh.kemudian kedalam kuburannya turun putra beliau abdurrohman, Utsman dan Tholhah bin Ubaidilah.Beliau dimakamkan disamping makam Rosululloh, sesuai wasiatnya.Abu bakar wafat pada malam selasa bulan jumadil akhir th 13 H. pada usia 63 tahun. Semuga Alloh meridoinya dan beliupun ridho kepadaNya.
Referensi::
Abu bakar Al jazairi , Ilmu dan Ulama , pustaka azzam, cet 1/ 2001 hal 163
Al khulafa Ar Rosyidun, Adul wahab An Najar, dar Al fikr, hal 34
Syamsudin Muhammad Bin Ahmad Bin Utsman Ad Dzahabi, Siyarul A' Lam. Annubala, Dar Al Fikr, juz 2, cet 1/ 1997.
Dr. Muhammad Said Ramdhan Al Buty, Fiqhus Siroh, .Robbani Pres, Jakarta /1999
Sofiyur Rohman Al mubarok fury, Ar Rokhikul maktum, Dar Al fikr, cet 1/2003