Menuntut Ilmu

Seandainya tanpa ilmu, maka manusia itu ibarat binatang

Lebih Dekat Dengan Qur'an

Tidaklah sekelompok orang berkumpul untuk mempelajari al-Quran, melainkan akan turun kepada mereka berkah dari Allah.

Jangan Lupa Qiyamul Lail

Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.

Sholat berjamaah

mari semangat sholat lima waktu di masjid.

Halaqoh Quran

Hidup Makmur, Mulia dan Bahagia bersama Al Quran.

Minggu, 31 Oktober 2010

Sesama Muslim Bersaudara Lho...

Pernahkan kita mendengar hadist-hadist mengenai adab sesama muslim?

Bagaimana cara ‘hidup lebih baik’ dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya, itu adalah fokus bahasannya. Bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, mengasah kepekaan emosional, bertoleransi, selalu bersikap positif, tips-tips cara mendapat dan mempengaruhi teman , cara berkomunikasi yang baik, dengan think win-win, memahami lebih dahulu, maupun bersinergi.

Bagaimana cara ‘hidup lebih baik’ dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya

Menariknya, Islam sebagai agama yang sempurna, sudah mengajarkan semua itu, dengan Rasulullah saw sebagai model utamanya. Innama bu’itstu liutammima makaarimal akhlaq, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq, demikian sabda Rasulullah saw. Akhlaq dalam seluruh bidang kehidupan, bagaimana berinteraksi dengan orang tua, dengan sanak keluarga, dengan tetangga, dan seterusnya.

Nah, berikut ini adalah tips-tips dari Rasulullah saw bagaimana cara berinteraksi dengan sesama muslim :

Pertama, mencintai muslim lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
”Tidak beriman salah seorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim)

”Tidak beriman salah seorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim)

Kedua, menyukai apa yang disukai muslim lain sebagaimana dirinya menyukai apa yang dia sukai, dan membenci apa yang dibenci muslim lain sebagaimana dirinya membenci apa yang dia benci.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan baik (sakit) demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ketiga, tidak menyakiti muslim lain dengan perbuatan atau perkataan.
”Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Keempat, bersikap tawadhu kepada setiap muslim dan tidak sombong kepadanya.
”Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku hendaklah kamu tawadhu sehingga tidak ada orang yang membanggakan diri kepada yang lain.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Maajah)

Kelima, tidak menyampaikan berita atau gunjingan kepada sebagian yang lain tentang apa yang didengarnya dari sebagian yang lain.
”Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Bukhari-Muslim)

Keenam, kalau marah, maka tidak boleh mengindarinya lebih dari tiga hari.
”Tidak boleh seorang muslim menghindari saudaranya lebih dari tiga hari, keduanya saling bertemu lalu saling berpaling. Sebaik-baik orang di antara keduanya adalah orang yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ketujuh, melakukan kebaikan kepada setiap muslim semampunya dengan tidak membedakan antara keluarga dan yang bukan keluarga.
”Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw tidak pernah berbicara dengan seseorang melainkan beliau menghadapkan wajahnya ke wajah teman bicaranya lalu Rasulullah saw tidak akan berpaling dari wajah seseorang sebelum ia selesai berbicara.” (HR. ath-Thabrani)

Kedelapan, tidak masuk ke rumah muslim lain tanpa meminta izin, jika sampai tiga kali tidak diizinkan maka harus kembali.
”Meminta izin itu tiga kali. Yang pertama untuk menarik perhatian tuan rumah, kedua memperbaiki, dan ketiga agar memberi izin atau menolak.” (HR. Bukhari-Muslim)

Kesembilan, bersikap sopan kepada setiap muslim dengan akhlaq yang baik dan berinteraksi dengan mereka sesuai dengan keadaannya.
”Hindarilah api neraka sekalipun dengan separoh korma. Lalu siapa yang tidak memilikinya, maka dengan perkataan yang baik.” (HR. Bukhari-Muslim)

Kesepuluh, menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.
”Tidak termasuk dalam golongan kami orang yang tidak menghormati orang tua dan tidak menyayangi anak kecil.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud)

Kesebelas, selalu memberikan kegembiraan, bermuka manis, dan bersikap lembut kepada semua muslim.
”Tahukah kamu kepada siapa api neraka diharamkan?” Para sahabat menjawab, ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu Nabi saw bersabda, ”Kepada orang yang lemah lembut, yang selalu memudahkan, dan selalu dekat (akrab)” (HR. Tirmidzi)

Kedua belas, janganlah berjanji kecuali bermaksud menepatinya.
”Tiga hal ada pada diri orang munafik, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari-Muslim)

”Tiga hal ada pada diri orang munafik, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ketiga belas, bersikap adil dan tidak melakukan sesuatu kepada muslim lain kecuali apa yang ia sukai untuk diperlakukan kepada dirinya.
”Siapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan masuk surga maka hendaklah ia mati dalam keadaan bersaksi Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan hendaklah ia memperlakukan orang lain dengan sesuatu yang disukainya jika dilakukan pada dirinya.” (HR. Muslim)

Keempat belas, menghormati muslim lain yang penampilan dan pakaiannya menunjukkan kedudukannya sehingga dirinya bisa menempatkannya sesuai dengan kedudukannya.
”Apabila orang dimuliakan suatu kaum datang kepada kamu, maka muliakanlah ia.” (HR. al-Hakim)

Kelima belas, mendamaikan sesama muslim yang bersengketa jika menemukan jalan (penyelesaian) ke arah itu.
”Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara kamu karena sesungguhnya Allah akan memperbaiki hubungan di antara orang-orang beriman di hari kiamat.” (HR. al-Hakim)

Keenam belas, menutupi aib setiap muslim.
”Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)

”Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)

Ketujuh belas, menghindari tempat-tempat yang bisa mendatangkan tuduhan demi untuk menjaga hati orang lain agar tidak berburuk sangka dan juga untuk menjaga lidah mereka agar tidak menggunjing.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah saw berbicara dengan salah seorang istrinya kemudian ada laki-laki lewat lalu dipanggil oleh Nabi saw seraya berkata, ”Ya Fulan, ini adalah istriku Shafiyyah.”

Kedelapan belas, memintakan bantuan bagi setiap muslim yang membutuhkan pada orang yang memiliki kedudukan dan berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya itu sesuai kemampuannya.
”Sesungguhnya aku diberi dan diminta. Sering dimintakan kepadaku kebutuhan-kebutuhan sedangkan kamu ada di sisiku, maka ikutlah memberi bantuan agar kamu diberi pahala dan Allah swt memutuskan apa yang dicintai-Nya melalui kedua tangan Nabi-Nya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Kesembilan belas, mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum berkata kepada muslim lain dan menjabat tangan ketika memberi salam itu.
”Jika salah seorang di antara kamu bertemu dengan saudaranya maka ucapkanlah, ’Assalamu’alaikum warahmatullah.’” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan an-Nasa’i)
”Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabatan tangan melainkan keduanya akan diampunkan (dosanya) sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kedua puluh, menjaga kehormatan jiwa dan harta saudaranya sesama muslim dari kezhaliman orang lain apabila dirinya mampu membela dan menolong serta mampu memperjuangkannya sebab itu merupakan kewajiban baginya.
”Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya maka ia akan terlindung dari api neraka.” (HR. Tirmidzi)

Kedua puluh satu, menjawab ucapan muslim lain yang bersin.
”Seorang muslim yang bersin dijawab jika ia bersin tiga kali dan jika (lebih dari tiga kali) maka itu adalah penyakit flu.” (HR. Abu Dawud)

Kedua puluh dua, memberi nasihat kepada setiap muslim dan bersungguh-sungguh ingin selalu memberikan kegembiraan ke dalam hati setiap muslim itu.
”Sesungguhnya salah seorang di antara kamu adalah cermin bagi saudaranya, jika ia melihat sesuatu (pada saudaranya) maka hendaklah ia membersihkannya.” (Hr. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Kedua puluh tiga, menjenguk muslim yang sakit.
”Siapa yang menjenguk orang sakit berarti ia duduk di taman-taman surga, sampai-sampai jika ia hendak berdiri, maka ditugaskan tujuh puluh ribu malaikat yang mendoakannya sampai malam hari.” (HR. al-Hakim)

Kedua puluh empat, mengantar (mengiringi) jenazah muslim yang meninggal.
”Barangsiapa yang mengantar jenazah maka akan mendapatkan pahala satu qirath. Jika ia berdiri sampai jenazah itu dikubur maka ia mendapatkan pahala dua qirath.” (HR. Bukhari-Muslim)
”Satu qirath seperti (berat/besarnya) bukit Uhud.” (HR. Muslim)

”Satu qirath seperti (berat/besarnya) bukit Uhud.” (HR. Muslim)

Kedua puluh lima, menziarahi kuburan muslim.
”Aku belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakutkan dari kuburan.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Maajah, al-Hakim)

Maraji’/referensi: Tazkiyatun Nafs, Sa’id Hawwa

(Rojul/voa-islam.com)

Nasehat Al-Ghazali Untuk Pelajar

“Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiyat,” demikian petuah masyhur guru Imam Syafii, Waqi’. Ibnu Mas’ud r.a., salah satu Sahabat Nabi saw pernah berwasiat, bahwa hakekat ilmu itu bukanlah menumpuknya wawasan pengetahuan pada diri seseorang, tetapi ilmu itu adalah cahaya yang bersemayam dalam hati. Kedudukan ilmu dalam Islam sa ngatlah penting. Rasulullah saw., bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi hingga semut dalam tanah, serta ikan di lautan benar-benar mendoakan bagi pengajar kebaikan”. (HR. Tirmidzi).

Mengingat kedudukannya yang penting itu, maka menuntut ilmu adalah ibadah, memahaminya adalah wujud takut kepada Allah, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan mengingatnya adalah tasbih. Dengan ilmu, manusia akan mengenal Allah dan menyembah-Nya. Dengan ilmu, mereka akan bertauhid dan memuja-Nya. Dengan ilmu, Allah meninggikan derajat segolongan manusia atas lainnya dan menjadikan mereka pelopor peradaban.

Oleh karena itu, sebelum menuntut ilmu, Imam al-Ghazali mengarahkan agar para pelajar membersihkan jiwanya dari akhlak tercela. Sebab ilmu merupakan ibadah kalbu dan salah satu bentuk pendekatan batin kepada Allah. Sebagaimana shalat itu tidak sah kecuali dengan membersihkan diri dari hadas dan kotoran, demikian juga ibadah batin dan pembangunan kalbu dengan ilmu, akan selalu gagal jika berbagai perilaku buruk dan akhlak tercela tidak dibersih -kan. Sebab kalbu yang sehat akan menjamin keselamatan manusia, sedang kan kalbu yang sakit akan menjerumuskannya pada kehancuran yang abadi. Penyakit kalbu diawali dengan ketidaktahuan tentang Sang Khalik (al-jahlu billah), dan bertambah parah dengan mengikuti hawa nafsu. Sedangkan kalbu yang sehat diawali dengan mengenal Allah (ma’rifatullah), dan vitaminnya adalah mengendalikan nafsu. (lihat almunqidz min al-dhalal)

Sebagai amalan ibadah, maka mencari ilmu harus didasari niat yang benar dan ditujukan untuk memperoleh manfaat di akherat. Sebab niat yang salah akan menyeret ke dalam neraka, Rasulullah saw., bersabda: “Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk tujuan berkompetisi dan menyaingi ulama, mengolok-olok orang yang bodoh dan mendapatkan simpati manusia. Barang siapa berbuat demikian, sungguh mereka kelak berada di neraka. (HR. Ibnu Majah)

Diawali dengan niat yang benar, maka bertambahlah kualitas hidayah Allah pada diri para ilmuwan. “Barang siapa bertambah ilmunya, tapi tidak bertambah hidayahnya, niscaya ia hanya semakin jauh dari Allah”, demikian nasehat kaum bijak.

Maka saat ditanya tentang fenomena kaum intelektual dan fuqaha yang berakhlak buruk, Imam al-Ghazali berkata: “Jika Anda mengenal tingkatan ilmu dan mengetahui hakekat ilmu akherat, niscaya Anda akan paham bahwa yang sebenarnya menyebabkan ulama menyibukkan diri dengan ilmu itu bukan semata-mata karena mereka butuh ilmu itu, tapi karena mereka membutuhkannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah”.

Selanjutnya beliau menjelaskan makna nasehat kaum bijak pandai bahwa ‘kami mempelajari ilmu bukan karena Allah, maka ilmu itu pun enggan kecuali harus diniatkan untuk Allah’, berarti bahwa “Ilmu itu tidak mau membuka hakekat dirinya pada kami, namun yang sampai kepada kami hanyalah lafaz-lafaznya dan definisinya”. (Ihya’ ‘Ulumiddin)

Ringkasnya, Imam al-Ghazali menekankan bahwa ilmu saja tanpa amal adalah junun (gila) dan amal saja tanpa ilmu adalah takabbur (sombong). Junun berarti berjuang berdasarkan tujuan yang salah.

Sedangkan takabbur berarti tanpa memperdulikan aturan dan kaedahnya, meskipun tujuannya benar. Maka dalam pendidikan Islam, keimanan harus ditanamkan dengan ilmu; ilmu harus berdimensi iman; dan amal mesti berdasarkan ilmu. Inilah sejatinya konsep integritas pendidikan dalam Islam yang berbasis ta’dib. Ta’dib berarti proses pembentukan adab pada diri peserta didik.

Maka dengan konsep pendidikan seperti ini, akan menghasilkan pelajar yang beradab, baik pada dirinya sendiri, lingkungannya, gurunya maupun pada Penciptanya. Sehingga terjadi korelasi antara aktivitas pendidikan, orientasi dan tujuannya.

Ketika seseorang mempelajari ilmu-ilmu kedokteran, kelautan, tehnik, komputer dan ilmu-ilmu fardhu kifayah lainnya, maka mereka tidak memfokuskan niatnya pada nilai-nilai ekonomi, sosial, budaya, politik, atau tujuan pragmatis sesaat lainnya. Tapi kesemuanya ini dipelajarinya dalam rangka meningkatkan keimanan dan bermuara pada pengabdian pada Sang Pencipta. Disorientasi pendidikan diawali dengan hilangnya integritas nilai-nilai ta’dib dalam pendidikan (sekularisasi). Sekularisasi dalam dunia pendidikan berjalan dengan dua hal: (a) menempatkan ilmu-ilmu fardhu ‘ain yang dianggap tidak menghasilkan nilai ekonomi dalam skala prioritas terakhir, atau dihapus sama sekali. Sehingga mahasiswa kedokteran misalnya, tidak perlu dikenalkan pelajaran-pelajaran agama. (b) mengutamakan pencapaianpencapaian formalitas akademik. Sehingga keberhasilan seorang pelajar hanya ditentukan dari hasil nilai ujian yang menjadi ukuran pencapaian ilmu dan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan.

Rusaknya dunia pendidikan terjadi ketika ilmu diletakkan secara salah sebagai sarana untuk mengejar syahwat duniawi. Padahal Ali bin Abi Talib r.a., telah mengingatkan: “Barang siapa yang kecenderungannya hanya pada apa yang masuk kedalam perutnya, maka nilainya tidak lebih baik dari apa yang keluar dari perutnya”. Wallahu a’lam wa ahkam bis shawab.

Henri Shalahuddin, MA
Peneliti INSISTS

Sumber: HArian Republika, Kamis, 09 Juli 2009

Jilbab Biru Dinda

Dinda menyukai warna biru. Sangat suka. Terlalu suka sehingga lebih mendekati “freak”. Ungkapan yang tidak salah memang jika melihat segala yang lekat di tubuhnya hampir selalu berwarna biru. Rok sekolahnya biru. Tas ranselnya biru. Seluruh isi tempat pensilnya berwarna biru. Buku tulisnya disampul biru, kecuali jika ada guru yang meminta murid-muridnya menyampul buku-bukunya dengan sampul coklat. Tak perlu mengecat rambut menjadi biru pun, rambut Dinda selalu silau oleh kilau-kilau biru jepit rambutnya yang beraneka bentuk. Jika hanya itu, mungkin teman-temannya masih segan menyebutnya gila-biru. Tapi kalau melihat kamarnya yang serba biru – seprai biru, sarung bantal biru, tirai biru, meja biru, lampu biru, boneka beruang biru – tidak ada yang ragu lagi untuk memanggilnya “Nona Biru”.
Seolah sengaja ingin menggembirakan Dinda, langit siang itu memoles wajahnya dengan warna biru lembut dan sedikit sapuan putih awan yang membuatnya semakin berseri. Mentari menyemai hangat khas negeri khatulistiwa. Pepohonan yang tumbuh jarang-jarang di sisi jalan pun tampak begitu mengundang pengendara motor yang lalu lalang untuk sekadar menghirup oksigen “fresh from the oven”-nya.
Tapi cerahnya siang khas Jakarta kali itu tidak mengganggu Dinda, pun tak menggodanya untuk ikut pasangan muda-mudi yang bermesraan tanpa malu-malu di pinggir jalan padahal mereka KTP pun belum punya. Semilir angin dari pendingin di mobil sedan itulah yang telah membuai Dinda sedemikian rupa hingga ia tak kuasa menahan berat kepalanya. Kepala gadis belia itu kini terkulai lemas di atas jok kulit berwarna biru – hasil modifikasi yang disesuaikan dengan keinginan Dinda tentunya – dan kelopak matanya perlahan-lahan menutup. Sementara itu, mobil sedannya terus melaju menerobos jalan perumahan yang lenggang, seolah enggan menyapa rumah-rumah megah berhalaman luas di sisi-sisinya.
“Neng Dinda, sudah mau sampai...”
Dinda menguap lebar-lebar dan menggeser posisi duduknya. Ditatapnya Mang Shaleh, supir keluarganya yang konon katanya sudah menjadi supir papanya sejak masih SMA. Kerut-kerut di wajah Mang Shaleh tentulah buktinya. Rambutnya mulai menipis, memamerkan kulit kepala yang tak dapat lagi berkilau seperti biksu-biksu di film Cina. Tangannya yang memegang kemudi dengan lihai seolah menyatakan keseniorannya dalam mengemudi.
Dinda tersenyum tipis. Papanya tidak ingin mengganti supir, pun Mang Shaleh tidak ingin berhenti. Tapi menyupir sang ayah hingga ke Bogor, Surabaya, atau Bandung, tidak lagi sesuai dengan ringkih tubuh Mang Shaleh. Maka jadilah ia mengantar sang nona di Jalan Belitung No. 8 itu pergi ke sekolah. Terkadang ia mengantar sang nyonya yang hobi berbelanja. Tapi itu hanya jika sang nyonya ingin menjelajahi butik-butik Jakarta yang sudah dihafalnya. Sekarang sang nyonya lebih senang menyantroni factory outlet di kota Bandung atau mengudara ke Singapura.
Setelah dipersilakan seorang satpam yang berjaga, mobil sedan itu akhirnya berlabuh di garasi sebuah rumah bertipe M, alias mewah, megah, dan mentereng. Tinggi pagarnya pun seolah hendak menyaingi pohon palem di halamannya. Di depan terasnya yang berlantaikan marmer, jajaran talas beraneka ukuran memenuhi pot-pot. Hobi nyonya rumah ini selain shopping adalah mengoleksi talas. Baginya, talas lebih besar, lebih indah, lebih mudah dirawat, dan tentu saja lebih murah karena bisa diambil di pinggir jalan dibandingkan dengan anggrek. Pot-pot yang menjadi rumah baru tetalas itu pun tak kalah cantik. Laksana gadis-gadis yang berlomba-lomba dalam ajang kecantikan, warna-warni pot yang akan memakan waktu bertahun-tahun jika diurai itu berkilauan ditimpa terik cahaya sang surya.
Jengah menatap talas-talas yang tidak akan pernah berubah warna menjadi biru itu, Dinda memandang sosok canggung yang kini menghampirinya sambil tersenyum malu-malu. Dinda mengerutkan dahi. Gadis itu baru dilihatnya hari ini. Mang Shaleh rupanya menyadari keheranan majikan kecilnya itu sehingga segera mengambil alih pembicaraan.
“Ini namanya Mbak Rangi. Anak tetangga Bapak di kampung dulu,” Mang Shaleh mengenalkan gadis yang kini wajahnya tersipu-sipu. Dinda tersenyum tipis, mengulurkan ransel birunya ke tangan gadis yang sejak tadi menawarkan bantuan. Rangi membalas senyum Dinda dengan sumringah.
“Saya Rangi, Mbak...”
“Dinda saja,” Dinda mengibaskan tangannya. Dia tidak suka dipanggil “Mbak”. Apalagi oleh orang yang lebih tua.
“Dinda...” Rangi mengulangi. Aksen Jawanya masih kental, terutama pada pelafalan huruf “d”. “Baru pulang sekolah ya, Neng Dinda?”
“Yaa...” Dinda melenggang cuek ke kamarnya, sementara Rangi membuntut di belakangnya. Kalau dipanggil “Neng”, dia tidak keberatan. Begitulah Mbak Asti dan Mbak Siti yang tiga hari lalu minta pulang itu dulu memanggilnya. “Mama mana, Mbak?”
“Lagi belanja baju, mungkin bajunya jadi sedikit ya sekarang. Habis tadi Ibu ngasih banyaaak banget baju buat saya, udah gitu...” Rangi yang sebelumnya berceloteh riang berhenti ketika Dinda membuka pintu kamarnya. Matanya terpaku melihat biru yang mewarnai setiap sudut kamar Dinda.
“Ya?”
Rangi tersadar dari lamunannya. “Nggak apa-apa... cuma kaget liat kamar Neng Dinda,” Rangi tersenyum malu ketika melihat kening Dinda yang berkerut.
“Tasnya saya taruh dimana, Neng?”
“Di kasur aja, Mbak...” Dinda melongok ke dalam lemarinya yang tentu saja juga berwarna biru, mengacak-acak tumpukan biru kausnya, mencari pakaian ternyaman untuk mengganti seragamnya yang sudah lengket. Menyadari kehadiran Rangi yang tak juga beranjak, Dinda akhirnya menatap mbaknya yang baru itu dengan agak kesal.
“Kenapa sih?”
Rangi menunduk malu, rona merah menjalar di pipinya.
“Nggak... ternyata Neng suka warna biru, ya...”
Dinda mengangkat bahu. Sebetulnya ia ingin menyuruh mbaknya itu pergi, tapi melihat wajah polos Rangi, Dinda mengurungkan niatnya.
“Yah... gitu deh...”
“Saya juga paling suka sama warna biru lho, Neng!” Rangi tersenyum lebar, menatap Dinda yang heran karena tidak terbiasa beramah tamah dengan orang yang baru dikenalnya.
“Jilbab biru saya ini jilbab favorit saya,”
Dinda meneliti jilbab biru yang dimaksud Rangi. Jika dibilang biru, maka biru itu adalah jenis biru yang paling tidak disukai Dinda. Birunya sudah mulai kumal, dan benang-benang jahitannya ada yang terlepas. Sungguh usang dan entah mengapa Rangi menyebutnya sebagai jilbab favorit. Mungkin karena tidak ada jilbab lain,batin Dinda. Rupanya Rangi sadar telah mengganggu waktu istirahat majikan ciliknya sehingga ia pamit ke dapur dengan canggung, meninggalkan Dinda yang termangu sendiri menatap koleksi jilbabnya di pojok rak paling bawah. Biru jilbabnya masih terang dan cerah karena ia pertama dan terakhir kali dipakai saat Lebaran setahun yang lalu.
***
“... mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa”
Dinda memandang kosong televisi – tentu saja dengan casing berwarna biru agar senada dengan dinding kamar – di hadapannya. Tak terasa besok ia sudah harus mulai berpuasa. Di sekolahnya tadi dibagikan surat libur awal Ramadhan. Teman-temannya yang ikut Rohis bahkan mulai giat menempel ayat-ayat di meja belajar dan membuat kalendar menghitung hari menuju Ramadhan sejak sebulan yang lalu. Pun guru Agama sudah mengingatkan murid-muridnya bahwa pesantren Ramadhan di sekolah wajib diikuti seluruh siswa dan siswi kelas satu. Buku Ramadhan juga sudah dibagikan sejak dua hari yang lalu. Tapi tidak ada yang berbeda. Kalau tahun-tahun sebelumnya Dinda selalu meminta mbaknya untuk membuatkan ceramah dan mengisi amalan hariannya asal-asalan di buku itu, tahun ini pun Dinda berencana melakukan hal yang sama. Toh papa dan mamanya tidak pernah bertanya...
“Neng D

Adikku Sayang, Adikku Hilang

Wajah gadis itu begitu cerah. Matanya yang berpendar penuh semangat mengisyaratkan keinginannya untuk melahap segala jenis informasi yang ada di hadapannya. Bersenjatakan pena berperisai buku catatan, gadis itu menghadiri halaqah yang dikenalnya dengan nama �mentoring�. Sapaan teman-temannya yang berwajah teduh itu membuatnya bertambah haus akan ilmu, terlebih pertanyaan macam �Apa kabar?� atau �Gimana tadi ulangannya?� yang menyejukkan hatinya. Setelah momen-momen membahagiakan itu, sang gadis melihat teteh di hadapannya. Ups, wajah teteh itu tampak kusut dan berulangkali ia melirik buku tebal berjudul �Super Mentoring� itu sambil komat-kamit menghafal. Ah..., gadis itu berbaik sangka, mungkin si teteh lagi menyempurnakan materi yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Satu menit... dua menit... gadis itu merasa kanan-kirinya tidak lagi kosong, rupanya teman-teman satu kelompok mentoringnya yang lain sudah datang. Lho, itu kan si A yang hanya datang di pertemuan pertama? Syukurlah, gadis itu membatin, akhirnya dia tergerak untuk datang juga... Gadis itu melirik lagi sang teteh mentor yang masih saja berkutat dengan buku saktinya. Ketika akhirnya sang teteh membuka mulutnya, pena di tangan gadis itu kini sudah siap menumpahkan tintanya sebanyak mungkin. Tapi...

�Aduh maaf ya, dek. Teteh kemaren belajar buat ujian, jadi hari ini belum nyiapin apa-apa�

Bles! Wajah gadis itu berubah pias. Kecewa. Tapi, lagi-lagi gadis itu berbaik sangka, namanya juga teteh mentor, nggak siapnya pasti beda kan sama kita-kita ini? Dipandanginya si teteh itu lama. Barangkali cerita, teteh itu kan suka cerita. Biasanya cerita teteh itu menambah semangat. Sungguh, mentoring yang dijalaninya selama dua tiga kali ini telah membuka cakrawalanya tentang Islam. Mengapa ia harus meragukan mentoring yang hari ini? Lama, gadis itu memandang teteh di depannya, yang semakin panik.

�Siing kriik kriik...� salah seorang teman gadis itu berceletuk, menderai tawa di lingkaran kecil mereka. Gadis itu ikut tertawa, tapi hatinya terasa pahit. Kecewa. Tahu begitu dia ikut saja waktu teman-temannya tadi mengajaknya ke BIP, nonton premiere Harry Potter, ditraktir pula! Dan begitulah... sepanjang mentoring, wajah gadis itu terus kecewa, wajah teman-teman gadis itu bertambah bosan, dan wajah si teteh mentor bertambah panik. Tak terhitung banyaknya �siing kriik kriik� yang terjadi selama mentoring itu, lebih banyak lagi teman-temannya yang terantuk-antuk bahu kawan sebelahnya. Mengantuk.

Satu minggu berlalu... hari yang biasanya selalu dinantinya kini disongsong gadis itu dengan wajah lesu. Ajakan teman-temannya untuk menghadiri bazaar SMA tetangga kini tidak dapat ditolaknya. Sapaan sejuk teteh mentornya kini diabaikannya. Lambaian riang teman-teman satu kelompoknya dianggap angin lalu. Ah, males ah, paling-paling kayak kemaren, si teteh ngomong apaan sambil lirik-lirik buku dan kebingungan sendiri, begitu pikir sang gadis. Dan minggu itu, si teteh harus menghadapi kenyataan bahwa adik mentornya berkurang dua orang... si gadis yang penuh semangat dan si A yang baru dua kali datang. Setelah cukup lama merenung, teteh itu akhirnya sadar. Minggu lalu amalan yaumian-nya hancur-hancuran...

Pernah mengalami episode seperti itu?

Kalau kita melihat dari sudut pandang gadis itu, kita mungkin bisa saja menyalahkan sang teteh mentor. Kita kan udah capek-capek datang, mengorbankan traktiran nonton teman. Tapi kan, batin kita ketika teringat episode-episode kita sebagai pementor, kalau memang ujian mau bagaimana lagi? Semalam suntuk mengerjakan tugas yang limitnya menuju tak hingga, boro-boro nyiapin mentoring, berangkat kuliah aja terlambat. Ya, apapun alasan kita sebagai seorang pementor, adik itu melihat performance mementor kita, tidak peduli apakah kita banyak tugas atau banyak amanah. Dan lihat, akibat melalaikan persiapan, Islam harus kehilangan salah seorang kadernya, yang mungkin malah akan menjadi tonggak perubahan umat Islam! Astaghfirullah...

Bukankah Rasulullah berdakwah dengan cara membacakan ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa, dan mengajarkan kitab-Nya dengan hikmah? Lalu, jika kita tidak tahu apa yang harus kita bacakan, lantas bagaimana kita merasa pantas untuk mengisi mentoring? Ibaratnya teko, bagaimana kita bisa mengisi gelas-gelas yang haus dahaga itu itu kalau teko itu tidak ada isinya?

Ah, gampang ngomong begitu. Kenyataannya kan, susah.

Ya, mempersiapkan mentoring memang bukan suatu hal yang mudah. Karena itu, tidak semua orang kan bisa menjadi pementor? Paling tidak, seorang pementor harus melalui serangkaian daurah dan memenuhi kriteria amalan yaumian. Dan kita, ketika akhirnya kita saat ini menjadi pementor, artinya kita mampu untuk itu. Kita mampu untuk mempersiapkan mentoring kita dengan baik. Ah masa sih? Iya, kok! Kalaupun kita baru sempat membaca bahan mentoring sejam sebelumnya, paling tidak dahulu kita pernah mendapat materi itu saat kita daurah, dan catatannya masih kita baca. Kalau tidak ada catatannya? Lah, siapa suruh nggak nyatet. Masa� pementor nggak punya catatan? Hehehe...

Dan sungguh, lebih dari menguasai materi yang akan disiapkan, yang paling penting adalah persiapan ruhyah. Bayangin deh, adik-adik kita datang mentoring sebetulnya untuk men-charge ruhyah mereka, tapi kita tidak punya �energi positif� yang bisa kita berikan pada mereka. Lantas, apa yang kita harapkan? Alih-alih mencatat materi yang sudah kita persiapkan sampai jungkir balik, adik-adik kita malah terlelap dengan damai, bosan melihat wajah kusam tetehnya yang lupa qiyamul lail. Duh, kalau begini, bagaimana mentoring kita disebut sebagai pemasok kader?

Jika memulai usaha butuh modal, maka memulai mentoring pun butuh modal. Yap, modal buat beli snack adik-adiknya... hehe. Dan yang terpenting adalah, persiapan ruhyah dan ilmu. Karena itu, jika selama ini adik-adik kita satu persatu pergi, jangan langsung menyalahkan jalan dakwah yang memang penuh onak dan duri dan pengusungnya sedikit. Kalau hari ini masih ada adik-adik kita tersayang yang �hilang�, maka bertanyalah...�Sudahkah saya mempersiapkan mentoring saya hari ini?� (Rajab 14,1430/Nadia Hana Soraya)

Surat Terbuka untuk Remaja Muslim Indonesia

Wahai Sahabat, Kekasih Allah..

Kita sekarang hidup dalam “kampung kecil” dunia global. Batas-batas imajiner antar negara saat ini semakin tidak kita rasakan lagi. Apakah engkau merasakan bahwa “kampung kecil” kita saat ini begitu getol mengajak kita melupakan bahwa kita ini adalah hamba Allah? Karena ajakan yang getol itu banyak sahabat-sahabat kita tidak lagi merasa berdosa ketika melakukan perbuatan yang dilarang Allah kekasih kita. Pernahkan kalian tahu bahwa Penelitian Objectively Verifiable Indicators (OVI) SeBAYA Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jatim 2004 menunjukkan hasil bahwa para responden usia 15-24 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual dengan satu orang atau lebih, yakni sebanyak 49 orang dari 360 responden? Sejak Januari-Nopember 2004, tercatat 227 remaja yang melakukan konsultasi, 90 diantaranya telah melakukan seks bebas dan delapan orang positif hamil? Sedihkah engkau ketika tahu bahwa mereka melakukan itu tanpa merasa bersalah kepada kekasih kita Allah?

Harusnya kita selalu sadar bahwa Allah yang telah menciptakan kita, yang telah memberikan kehidupan kepada kita. Kita mampu bergerak karena Allah yang memberi kita jiwa. Kita mampu berpikir, bernafas,melihat,mendengar,dan meraba karena Allah memberikan kita kemampuan itu. Maka sudah sepantasnyalah kita hidup untuk melakukan yang terbaik menurut pencipta kita, pemberi kehidupan kita. Kita rasanya tidak punya keberanian untuk menentangnya, karena jiwa kita ada dalam genggamanNya.

Wahai Sahabat, Kekasih Allah..

”Kampung kecil” kita saat ini mengarahkan kita jadi pekerja-pekerja murah untuk mengolah kekayaan alam kita yang berlimpah ruah demi memperkaya para penjajah. Tahukah engkau emas kita dikuasai pengusaha Freeport. Sembilan puluh persen kekayaan minyak dan gas kita dikuasai oleh penjajah yang lain? Lihatlah di sekitar kita. Fenomena keterpurukan. Fenomena kesedihan. Semakin banyak mereka yang putus sekolah. Semakin banyak mereka yang harus berjuang di jalan menjadi pengamen, pemulung. Kenapa bisa terjadi kalau negara ini sebenarnya kaya? Apakah kita akan membiarkan kondisi ini terus berlanjut?

Wahai Sahabat, Kekasih Allah

Engkaulah remaja, pemuda harapan umat. Engkaulah bagian dari umat terbaik yang Allah turunkan ke tengah manusia. Di tanganmu perubahan itu bisa diwujudkan. Ditanganmu kemaslahatan manusia dipertaruhkan. Kembalikan kekayaan yang telah Allah anugerahkan ke tangan umat, untuk kesejahteraan umat. Rebut kembali kekayaan itu dari tangan penjajah!

Wahai Sahabat, Kekasih Allah

Umat telah memanggilmu! Umat telah memanggilmu! Umat menaruh harapan besar di pundakmu. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada dirimu untuk terus berbuat, untuk terus bergerak untuk menjadi pemuda tangguh. Pemuda berkepribadian Islam. Bersama-sama dengan pemuda muslim lain, menyusun barisan rapi, menghadirkan solusi Islam, menegakkan kembali peradaban Islam. Menghilangkan pengaruh peradaban kapitalisme yang rendah di dunia, sehingga hidup manusia akan menuju kembali ke kehidupan yang cemerlang.


Febrianti Abassuni


Selamatkan Remaja Muslim!

Apa yang disampaikan oleh salah satu elemen umat Islam ini patut kita sambut. Memang benar, remaja dan pemuda Muslim saat ini berada dalam serangan brutal dari Barat yang siap menikam mereka dari segala sisi. Remaja dan pemuda Muslim merupakan aset umat yang berharga. Di tangan-tangan merekalah, perubahan masa depan yang lebih baik. Bila remaja saat ini bobrol, entah bagaimana kehidupan negeri ini di masa mendatang.

Sudah selayaknya, semua komponen dan elemen bahu membahu untuk menyelamatkan generasi muda muslim dari segala bentuk serangn brutal para kapitalis sekular. Satu-satunya cara agar kita selamat adalah kembali pada Islam. Ya, kembali pada Islam, dan hanya Islam saja. Bagaiamana mungkin kita mengenal Islam yang sempurna itu, sementara pelajaran agama di sekolah hanya dua jam? Mau, tidak mau para remaja dan pemuda mengkaji Islam komplit, di luar jam sekolahan alias remaja musti ngaji!

Tentu mengandalkan remaja saja tidaklah cukup. Keluarga, masyarakat serta negara bertanggungjawab atas persoalan remaja dan pemuda saat ini. Maka, semua komponen tersebut harus bahu membahu untuk membangunkan para remaja muslim saat ini agar mereka bangkit. Bila mereka diam saja atau tak peduli, yakinlah, di akhirat kelak semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Pada saat itu, tak ada seorang pun yang bisa mengelak dari hisab-Nya. [f/m/syabab.com]

Remaja Muslim di Ambang Jurang

oa-islam.com - Remaja muslim memiliki peran yangs sangat penting untuk meninggikan Islam. Namun masihkan ada harapan, sedangkan realitas sebagian besar mereka terserang wabah syahwat yang menyimpang.

Yup, Di tengah-tengah desingan mesiu serangan budaya barat yang rusak, sedikit banyaknya kehidupan sekularisme saat ini telah menciptakan generasi muda yang menyedihkan. Kerusakan moral, pergaulan bebas, narkoba, tawuran, hingga lupa ajaran Islam dan merasa asing dengan agamanya sendiri. Sungguh-sungguh sangat menyedihkan dan pilu melihatnya.

Ini tak terlepas dari pendidikan yang memandang sebelah mata kepada proses pribadi para pelajar. Pendidikan sekularisme telah menjadikan anak-anak muslim sebatas manusia yang kenal materi dan haus kepada kepribadian yang sesungguhnya. Bagaimana hal tersebut tidak terjadi, ketika porsi pelajaran agama di sekolah hanya 2 jam per minggu. Ini tentu sangat tidak cukup sekali. Padahal setiap hari mereka didik oleh budaya barat yang rusak melalui media televisi atau media sosial yang rusak.

Keluarga muslim, benar-benar telah dihancurkan. Taroh saja, acara televisi semacam MamaMia, sang ibu berkerudung, tapi sang anak dengan lenggak lenggok mengumbar aurat. Sang Ibu merasa bangga saat anaknya manggung, tak merasa sedikitpun rasa dosa membiarkan anaknya dalam jurang kemungkaran. Begitu juga, acara acara idola-idola cilik, sejak dini si anak sudah diarahkan untuk menjadi idola semu yang jauh dari nilai-nilai ruhiyyah. Alih-alih mereka bangga karena sudah dapat membaca al-Quran, melainkan yang mereka banggakan punya anak pintar nyanyi dan berjoget. Miris, kan?

Apa itu semua kita biarkan begitu saja? Tentu tidak! Di tengah-tengah generasi kelabu tersebut, haruslah ada mutiara-mutiara yang akan menyelamatkan mereka. Akan menjadi cahaya bagi mereka. Siapakah mereka???

Lalu, kepada siapa kita berharap? Masihkah ada kepedulian dari mereka yang memiliki hati dan kerinduan pada kehidupan Islam? Apa selanjutnya? [sumber: 7cg-indonesia/syabab.com]

Perempuan Miliki Hak, Tak Termasuk Eksploitasi Tubuh

JAMBI--Kaum perempuan saat ini memiliki hak untuk bersikap. Alih-alih menggunakan hak itu untuk mengeksplorasi intelektualitas, jutru banyak yang mengeksploitasi tubuh untuk tujuan tertentu.

Dosen Psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Thaha Saefuddin (STS) Jambi yang juga aktivis perempuan, Rizky mengatakan, menggunakan hak bukan berarti mengeksploitasi tubuh untuk tujuan tertentu. "Masih banyak kalangan perempuan masih salah dalam menafsirkan hak atas tubuhnya."Ada perempuan terlampau berani dalam mengeskploitasi tubuhnya dengan alasan merupakan hak yang dimiliki," katanya saat menjadi pembicara dalam diskusi yang digelar Langkan Budaya Taratak di Jambi, Senin malam (22/6).

Dalam diskusi yang digelar usai pemutaran film dokumenter bertajuk "Bagaimana hak perempuan atas tubuhnya", Rizky menyatakan pemikiran salah itu perlu diluruskan oleh kaum perempuan yang ada di Indonesia, termasuk di Jambi. Dia menegaskan, perempuan harus mengetahui dimana batasan-batasannya dalam menggunakan hak tubuhnya sesuai dengan norma agama dan etika.

"Kebudayaan masyarakat timur seperti kita masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan rasa malu," kata Rizki. Dia merasa prihatin jika ada perempuan yang menggunakan hak tubuhnya sebagai komoditi penghasil uang, dengan mengabaikan moral dan etika yang berlaku kuat di masyarakat.

"Bukan tubuh yang seharusnya digunakan, tetapi intelektualitas perempuan, sebab menggunakan tubuh untuk dijual sama saja menghilangkan hak diri sendiri sebagai perempuan," tegasnya.

Pemutaran film dokumenter dengan istilah "screendocs regular" ini menjadi agenda rutin Langkan Budaya Taratak.

Diskusi berlangsung cukup menarik, tidak hanya kaum perempuan saja yang terpanggil untuk mengkaji sejuah mana hak mereka atas tubuhnya. Namun peserta pria pun tak ketinggalan menyampaikan tanggapannya atas hak tubuh perempuan itu.

"Terkadang kita sendiri tidak tahu, bagaimana hak kita atas tubuh kita sendiri. Apakah hak itu diatur dalam undang-undang, peraturan pemerintah atau peraturan daerah," kata Novrita Amelya, aktris Teater Oranye yang mengikuti diskusi.
(sumber: http://www.republika.co.id/berita/57972/Perempuan_Miliki_Hak_Tak_Termasuk_Eksploitasi_Tubuh

Dahsyatnya Peran Wanita

Keberhasilan suatu Negara dilihat dari penduduk wanitanya, jika ia bagus maka Negara itu akan bagus, tetapi sebaliknya jika ia rusak, maka akan rusak pula Negara. Orang bijak tempo dulu berkata : Dibalik pria yang agung, ada wanita agung dibelakangnya, Mengapa bisa demikian? Ibu adalah wanita yang memiliki peran besar dalam membentuk watak, karakter dan pengetahuan seseorang. Ibu adalah ustadzah pertama, sebelum si kecil berguru kepada ustadz besar manapun. Maka kecerdasan, keuletan dan perangai sang ibu adalah faktor dominan bagi masa depan anak. Termasuk ibu susu. Karenanya Rasulullah melarang para orang tua menyusukan bayi mereka pada wanita yang lemah akal, karena susu dapat mewariskan sifat-sifat ibu pada si bayi.

Banyak kisah yang bercerita tentang kemuliaan ulama. Tentang kekuatan hafalan anas, tentang keshalihan Hasan al-Bashri, tentang kejeniusan asy-syafi’i, tentang keadilan umar bin abdul aziz atau yang lain. Kali ini kita akan tahu, siapakah gerangan dibalik mereka? Ya.. Ternyata ibunda merekalah yang memiliki peran paling utama. Bagaimana para ibu yang mulia menghantarkan putera-putera mereka yang istimewa. Semua kisah ini saya saya kutip dari buku IBUNDA PARA ULAMA yang ditulis oleh SUFYAN BIN FUAD BASWEDAN, banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kisah2 berikut ini :



IBUNDA ANAS BIN MALIK

Anas adalah satu dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits nabi SAW, ia adalah sahabat terakhir yang wafat di bashrah setelah berumur lebih dari seratus tahun. Ibarat perguruan tinggi, Anas bin Malik RA, telah banyak ‘meluluskan’ ulama-ulama hebat dalam sejarah. Sebut saja misalnya hasan al-Bashri, Ibnu sirin,Qatadah as-Sadusi dan lain-lain. Sejak pertemuan pertamanya dengan Rasulullah SAW, Anas langsung jadi orang terdekatnya. Ia tak sekedar jadi pembantu setia Rasulullah SAW. Lebih dari itu, ia seakan menjadi asisten pribadi beliau. Sebagai asisten pribadi, pasti Rasulullah SAW mengkhususkan anas dalam masalah-masalah tertentu yang tidak diketahui sahabat lainnya. Karenanya Anas-lah yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah menggilir kesembilan istrinya dalam sepagian dengan sekali mandi.

Anas adalah sahabat yang beruntung berkat doa Rasulullah SAW. Beliau berdoa “Ya Allah, perbanyaklah harta dan keturunannya, serta panjangkanlah usianya”. Berbekal doa nabawi tadi, terkumpullah padanya beberapa keistimewaan ; usia yang panjang, anak yang banyak, harta yang melimpah, dan ilmu yang luas. Konon usianya mencapai 103tahun. Tentang kekayaannya diriwayatkan bahwa Anas memiliki sebuah kebun yang menghasilkan buah-buahan dua kali dalam setahun, padahal kebun milik yang lain hanya sekali. Di samping itu kebunnya juga menebarkan aroma kesturi yang semerbak.

DI BELAKANGNYA ADA UMMU SULAIM RA, IBUNYA

Anas tidak lahir dari belahan batu,kecerdasannya tidak muncul begitu saja.ada peran besar dari ummu sulaim, ibunda Anas bin malik RA, yang mewarnai kehidupan sang tokoh. Nama Ummu Sulaim yang sebenarnya adalah Ghumaisha ’yang artinya bermata putih. Dalam siyar-nya, adz-Dzahabimeriwayatkan dengan sanadnya dari Anas RA, berkata :

“Suatu ketika Nabi SAW berkunjung ke rumah Ummu Sulaim. Begitu ibuku tahu akan kunjungan Nabi Saw, ia segera menyuguhkan kepadanyakurma dan minyak samin “Kembalikan saja kurma dan minyak samin mu ke tempatnya semula, karena aku sedang shaum,” kata Rasulullah SAW kepada ibuku. Setelah itu Nabi SAW bangkit menuju salah satu sisis rumahku, kemudian shalat sunnah dua rakaat dan mendoakan kebaikan bagi Ummu Sulaim dan keluarganya. Maka ibu berkata kepada Beliau, “ Ya Rasulullah,aku memiliki hadiah khusus bagi mu.” Apa itu? Tanya Nabi SAW. “orang yang siap membantumu, Anas anakku,’ jawab ibu.

Seketika itulah Rasulullah SAWmemanjatka doa-doa untukku, hingga tak tersisa satu pun dari kebaikan dunia dan akhirat melainkan beliau doakan bagiku. “ Ya Allah, karuniakan lah ia harta dan keturunan, serta berkahilah keduanya baginya,” Kata Rasulullah SAW dalam doanya. Berkat doa inilah aku menjadi orang Anshar yang paling banyak hartanya,” kata Anas mengakhiri kisahnya. Allaahu Akbar!! Alangkah besar kecintaannyakepada Rasulullah SAWhingga rela menghadiahkan buah hatinyayang baru berumur delapan tahun. Sungguh, sikapnya merupakan pelajaran berharga buat kita semua. Ummu Sulaim termasuk wanita yang cemerlang akalnya. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anasdan mewarnai perangainya. Ya,kecerdasan biasanya melahirkan kecerdasan,kesabaran melahirkan kesabaran,dan keberanian melahirkan keberanian.

KECERDASAN UMMU SULAIM

Setelah suami pertamanya meninggal, Ummu Sulaim menikah dengan Abu Thalhah. Ketika meminangnya, Abu Thalhah masih dalam keadaan musyrik. Sehingga Ummu Sulaim menolak pinangannya tersebut sampai Abu Thalhah mau masuk Islam. Anas mengisahkan cerita ini dari ibunya. “Sungguh tidak pantas seorang musyrik menikahiku. Tidakkah engkau tahu, hai Abu Thalhah, bahwa berhala-berhala sesembahanmu itu dipahat oleh budak dari suku anu,” sindir Ummu Sulaim. “jika kau sulut dengan api pun, ia akan terbakar,” lanjutnya lagi.

Maka abu Thalhah berpaling ke rumahnya. Akan tetapi kata-kata Ummu Sulaim tadi amat membekas di hatinya. “benar juga” gumamnya. Tak lama kemudian, Abu Thalhah menyatakan keislamannya. “Aku telah menerima agama yang kau tawarkan,” kata Abu Thalhah kepada Ummu Sulaim. Maka berlangsunglah pernikahan mereka berdua. “ Dan Ummu Sulaim tidak meminta mahar apapun selain keislaman Abu Thalhah,” kata Anas.

KETABAHAN UMMU SULAIM

Dari pernikahannya dengan Ummu Sulaim, Abu Thalhahdikarunai dua ornag anak. Satu di antaranya amat ia kagumi, namanya Abu ‘Umair. Namun saying, Abu ;Umair tidak berumur panjang. Ia dipanggil oleh Allah ketika masih kanak-kanak. Anas bercerita, “ Suatu ketika Abu Umair sakit parah tatkala adzan isya berkumandang. Seperti biasanya Abu Thalhah berangkat ke masjid. Dalam perjalanan ke masjid, anaknya, (Abu ‘Umair) dipanggil oleh Allah. Dengan cepat Ummu Sulaim mendandani jenazah anaknya, kemudian membaringkannya di tempat tidur. Ia berpesan kepada Anas agar tidak member tahu Abu Thalhah tentang kematian anak kesayangannya itu. Kemudian ia pun menyiapkan hidangan makan malam untuk suaminya.

Sepulangnya dari masjid, seperti biasa Abu Thalhah menyantap makan malamnya memudian menggauli istrinya. Di akhir malam, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya : “ bagaimana menurutmu keluarga si fulan? Mereka meminjam sesuatu dari orang lain tapi ketika diminta mereka tidak mau mengembalikannya,merasa keberatan atas penarikan pinjaman itu.” “mereka telah berlaku tidak adil,” kata Abu Thalhah. “ Ketahuilah, sesungguhnya puteramu adalah pinjaman dari Allah dan kini Allah telah mengambilnya kembali,” kata Ummu Sulaim lirih. “inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un..” segala puji bagi Mu, ya Allah,” ucap Abu Thalhah dengan pasrah.” Selepas mengantarkan buah hatinya, keesokan harinya Abu Thalhah menghadap Rasulullah SAW. Tatkala bertatap muka dengannya, beliau mengatakan, “ semoga Allah memberkati kalian berdua nanti malam.” Maka malam itu juga Ummu Sulaim hamil lagi, mengandung Abdullah bin Abi Thalhah.

KEBERANIAN UMMU SULAIM

Sosok wanita seperti Ummu Sulaim sulit dicari tandingannya. Selain cerdas dan penyabar, ia juga seorang pemberani. Anas menceritakan bahwa suatu ketika abu Thalhah berpapasan dengan Ummu Sulaim ketika perang Hunain. Ia melihat bahwa ditangannya ada sebilah pisau, maka Abu Thalhah segera melapor kepada Rasulullah perihal Ummu Sulaim. “ Ya Rasulullah, lihatlah Ummu Sulaim keluar rumah sambil membawa pisau,” kata Abu Thalhah. ‘ Ya Rasulullah, pisau ini sengaja kusiapkan untuk merobek perut orang musyrik yang berani mendekatiku, “ jawab ummu Sulaim. Menurut adz-Dzahabi, Ummu Sulaim juga ikut terjun dalam perang Uhud bersama Rasulullah. Ketika itu ia juga kedapatan membawa sebilah pisau.

WARISAN ILMIAH UMMU SULAIM

Menurut adz-Dzahabi, Ummu Sulaim meriwayatkan empat belas hadits dari rasulullah SAW. Satu diantaranya muttafaq ‘alaih, satu hadits khusus diriwayatka oleh al-Bukhari, dan dua hadits oleh Muslim.

Ummu Sulaim wafat pada masa kekhalifahan Utsman bib Affan RA. Semoga Allah meridhainya dan menempatkannya dalam Firdaus yang tertinggi, beserta para Nabi, shiddiqqiin, Syuhadaa, dan Shaalihiin. (Waroah Dachlan/Voice of Al Islam)

www.voa-islam.com

Muslimah Berdakwah, Why not?

(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)

Mungkin banyak diantara kita para muslimah, apabila mendengar ajakan untuk berdakwah, sudah ngeri duluan. Kesannya gimana gitu. Sudah pasti beberapa jawaban berikut ini terlontar, “Waah boro-boro berdakwah, belajar untuk diri sendiri aja masih jauuh..”

“Berdakwah mah nanti aja, kalo ilmu sudah banyak..”

“Aaah dakwah itu kan tugasnya ustadz dan ustadzah,kita bagian dengerin ajalah..”

“Yaah, jangankan berdakwah sama orang lain, sama keluarga sendiri aja belum pantes..”

Dan belasan jawaban lain, yang intinya kebanyakan (artinya tidak semuanya lho..) muslimah enggan untuk berdakwah. Benarkah tugas berdakwah hanya dibebankan kepada sebagian di antara kita saja, khusus laki-laki saja? atau kita semua mempunyai kewajiban untuk berdakwah? Apa sih dakwah itu, bagaimana melaksanakannya?

Apa alasan harus berdakwah?

Kondisi ummat manusia dewasa ini, khususnya kaum muslimin, lebih khusus umat muslimin di Indonesia, berada di tengah kondisi yang sangat menghawatirkan dalam kehidupan beragama. Hal ini terlihat dengan tersebar luasnya kemusyrikan dan kesyirikan di kalangan umat Islam. Sabagai contoh, coba lihat praktek-praktek kesyirikan di sekitar kita dengan maraknya perdukunan, ramalan-ramalan semisal Mama Loren dan teman-temannya yang menghampiri rumah-rumah dan kamar-kamar keluarga muslim.

Belum lagi pelecehan terhadap sebagian atau keseluruhan syariat Islam, misalnya menutup aurat atau berjilbab itu tidak wajib, muslimah kawin dengan non muslim boleh-boleh saja, kawin sesama jenis tidak mengapa yang penting suka-sama suka, nikah itu bukan termasuk ibadah, dan masih banyak lagi.

Kemaksiatan dan dekadensi akhlak merajalela. Ibu-ibu, remaja dan generasi muda muslim lebih menyukai nyanyian, tontonan televisi, show, game, fashion, shopping, dan gaul, daripada menghafal dan mengkaji al-Qur’an dan al-Hadith, atu kajian agama lainnya.

Belum lagi umat Islam yang berperpecah belah, saling bangga dengan kelompok dan golongannya, saling mencaci, dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja merupakan persoalan kita semua sebagai umat Islam dan menuntut keterlibatan seluruh kaum muslimin dan muslimah untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.

Mengapa muslimah harus berdakwah

Mengapa muslimah harus berdakwah? Pertanyaan ini kerap ditujukan kepada para muslimah ketika akan memulai dakwah, minimal dakwah dalam keluarga. Sebagaimana dimaklumi, perempuan adalah tiang dalam rumah tangga, dan rumah tangga adalah tiang suatu bangsa. Baik tidaknya sebuah rumah tangga sangat bergantung kepada baik tidaknya perempuan yang menjadi ibu dalam pembinaan anak-anak dan keluarganya. Siapa yang dapat mengajari seorang perempuan muslim, agar menjadi seorang muslimah yang shalihah, yang dapat menjadi pembimbing dan pendidik bagi anak-anaknya. Idealnya adalah tentu suaminya. Jika suaminya tidak memiliki kemampuan untuk hal tersebut? Tentunya diharapkan ia berguru kepada orang lain yang memiliki kemampuan untuk hal tersebut, mungkin ia akan menuntul ilmu kepada para ustadz yang mengajarkannya dalam majelis-majelis ta’lim. Dan inilah yang sekarang ini terjadi. Namun terkadang ditemui kendala, untuk hal-hal tertentu, ada kalanya sulit dan segan untuk dikemukakan kepada para ustadz. Kadang wanita-wanita itu malu bertanya kepada da’i laki-laki, sehingga dia menyembunyikan apa yang seharusnya dia tanyakan. Namun jika da’inya seorang perempuan, hal tersebut dapat diantisipasi, dia tidak merasa malu dengannya dan dapat menyampaikan apa yang perlu baginya serta hal itu lebih besar pengaruhnya.

Allah Swt, tidak membeda-bedakan kewajiban berdakwah, baik perempuan maupun laki-laki terkena kewajiban berdakwah kepada Allah dalam beramar ma’ruf nahyi mungkar. Diantara dalil dari Al-qur’an tentang hal itu adalah:

“Kaum mukminin dan mukminat, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (At-Taubah : 71)

“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan bagi manusia. Kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta kalian beriman kepada Allah.” (Ali Imron : 110)

Dari kedua ayat tersebut, Allah Swt secara umum memerintahkan setiap muslim, termasuk pula muslimah untuk untuk melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar, yang artinya turut ambil bagian dalam pergerakan dakwah Islam. Karena inilah inti dari makna dak’wah, mengajak manusia untuk kebaikan dan mencegah mereka dari kemunkaran. Dakwah sendiri berasal dâ’a, yang artinya mengajak manusia untuk berbuat kebaikan (ta’at kepada Allah) dan menjauhi kemungkaran (durhaka kepada Allah).

Kapan muslimah harus berdakwah?

Sebenarnya sejak zaman Rasulullah Saw, kaum muslimah sudah menjalankan peranannya dalam menyebarluaskan syiar Islam. Ummul Mukminin Aisyah r.a dikenal sebagai tokoh muslimah teladan yang dengan kedalaman ilmunya, sebagai hasil tarbiyah langsung dari suami sekaligus manusia yang paling utama, Rasulullah Saw. Beliau Aisyah r.a kerap menjadi sumber rujukan oleh para sahabat dan kaum muslimin saat itu. Bahkan dalam sejarah Islam beliau dikenal sebagai salah satu dari sahabat Rasulullah Saw. yang paling banyak meriwayatkan hadits.

Muslimah sholihah yang mampu berdakwah, tentunya setelah menyelesaikan segala haknya kepada suami dan anak-anaknya, maka selayaknya dia diminta untuk membimbing muslimah lainnya. Adanya da’i muslimah seperti ini di kalangan muslimah lainnya sering lebih bermanfaat dalam menyampaikan dakwah untuk mengajak kepada jalan yang benar.

Apa bekal muslimah dalam berdakwah?

Mungkin sebenarnya inilah yang menjadi kendala seorang muslimah untuk berdakwah. Tidak tahu dari mana mulainya, apa yang harus dilakukan, bekal apa yang harus disiapkan, sehingga belum apa-apa sudah mundur teratur alias mengatakan susah, tidak bisa, belum waktunya dsb, dsb. Tentu saja, berdakwah tidak semudah mengobrol atau diskusi. Seorang muslimah yang hendak berdakwah harus mempunyai bekal yang cukup, karena ia akan menyampaikan apa yang berasal dari Allah dan RasulNya. Nah beberapa tip di bawah ini mungkin bisa membantu para muslimah untuk mulai berdakwah.


Iman yang teguh di hati
Tawaqqal kepada Allah
Berakhlak mulia
Selalu berdzikir kepada Allah
Memahami hakekat dakwah
Profesional (niat,berilmu,beradab,strategi,methode,dan manajemen)

Secara rinci Insya Allah butir-butir di atas akan disajikan dalam kesempatan yang akan datang. Allahu musta’an. (Kemang Pratama-Bekasi, Rajab 14,1430/Anita Masduki)

Bahagianya Mencintai Diri Sendiri

Semua orang berhak bahagia, dan kebahagiaan itu dapat anda peroleh dengan mencintai diri anda sendiri. hal ini bisa membuat anda lebih menghargai diri dan pantas dicintai oleh siapa pun. anda dapat memulainya dengan menerima dan mencintai diri anda apa adanya. beberapa strategi berikut juga dapat anda aplikasikan sebagai bagian dari upaya anda dalam merasakan bahagianya mencintai diri sendiri,

1. Pernyataan positif untuk diri sendiri Katakan pada diri sendiri tentang sesuatu yang positif berulang kali setiap hari, contohnya "aku ibu yang baik" untuk meningkatkan rasa percaya diri. Jika Anda menemukan diri sering mengucapkan atau membantin tentang sesuatu yang negatif, ubah segera kalimat itu menjadi pernyataan positif. Semakin banyak pernyataan positif yang Anda ucapkan pada diri sendiri, semakin mudah untuk mencintai diri sendiri.

2. Stop negatifitas Berhentilah memberi "label" negatif pada diri anda. Jangan biarkan nilai atau persepsi negatip menguasai kehidupan Anda, baik itu berkaitan dengan diri anda sendiri, hal yang telah ataupun yang belum anda lakukan.

3. Mengubah diri Beberapa dari anda mungkin masih mempunyai sejumlah hal yang membuat anda kurang puas dalam hidup. Segeralah buat langkah nyata bila anda ingin membuat perubahan dalam diri dan sikap anda. Dengan demikian, Anda akan segera merasa lebih baik tentang diri sendiri.

4. Memberi waktu untuk diri sendiri Berilah waktu rehat sebentar untuk menyenangkan diri sendiri. Lakukan hal hal simple dan nikmatilah. Anda dapat berjalan-jalan di taman, membaca buku bagus,atau menikmati makanan kesukaan anda. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan hubungan dengan diri sendiri, dan menciptakan perasaan lebih baik untuk memulai hari yang baru. (rps)

Tips Menyusui untuk Membentuk Anak Sehat, Cerdas dan Shalih

Kehadiran buah hati adalah suatu kebahagiaan bagi setiap orang tua, kehadirannya merupakan anugerah dari Allah yang harus disyukuri sekaligus amanat yang harus dijaga dengan baik.Salah satu bentuk syukur atas adanya buah hati adalah menjaga dan merawatnya dengan sebaik mungkin, di antaranya dengan memberikan air susu ibu (ASI). Sebagai agama yang komprehensif, Islam telah menyinggung masalah menyusui ini dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah 233.

Namun tak banyak kaum ibu yang mengerti etika menyusui yang baik untuk masa depan bayinya. Inilah beberapa aspek yang sebaiknya diperhatikan ketika akan menyusui agar anak menjadi sehat, cerdas juga shalih.

1. KETAKWAAN AYAH DAN IBU

a. Beristighfar dan mengakui kesalahan-kesalahan sebelum menyusui, agar seorang ibu suci dan bersih dari dosa-dosa.

b. Berwudhu sebelum menyusui, agar dijauhkan dari gangguan dan bisikan syaitan yang terkutuk.

c. Melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an atau zikir ketika menyusui sambil membelai rambut dan menyentuh tubuh sang bayi.

Sebuah penelitian menyebutkan, ayat-ayat suci Al-Qur’an atau zikir yang dibacakan kepada bayi ketika hendak tidur akan masuk ke dalam memorinya. Jika setiap hari orang tua melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an maka akan di simpan di dalam memori yang akan tersimpan sampai dewasa.

….Jika setiap hari orang tua melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an maka akan di simpan di dalam memori yang akan tersimpan sampai dewasa….

Sedangkan sentuhan akan merangsang pertumbuhan syaraf di otak. Ujung-ujung syaraf sensor perabaan ada di seluruh permukaan tubuh. Makin sering semua permukaan kulit itu dirangsang, makin banyak sel otak yang dibangun.

Selain faktor keshalihan seorang ibu, keshalihan ayah juga tidak kalah pentingnya. Karenanya, Nabi mengajarkan doa-doa yang harus diucapkan sebelum melakukan hubungan intim suami istri, agar anak yang lahir kelak menjadi shalih.

2. Tenang dan Hindari Emosi yang Berlebihan

Tatapan hangat dan senyuman ibu pada bayi saat disusui akan menenangkan jiwanya dan mengurangi ketegangan otot. Maka hal ini menjadi sumber ketenangan terbesar dalam dirinya.

….Tatapan hangat dan senyuman ibu pada bayi saat disusui akan menenangkan jiwanya dan mengurangi ketegangan otot….

Jika seorang ibu menyusui sambil menangis dan berteriak-teriak, akan membentuk anak yang lalim dan keras dalam perilakunya. Seorang bayi jika dimarahi dan dia bersedih karenanya, maka jaringan syaraf yang sudah terbentuk (myelin) akan pecah dan tidak pernah tumbuh lagi seumur hidupnya.

3. Makanan Halal

Jika seseorang mengkonsumsi makanan haram maka akan sulit menjadi orang yang shalih. Karena makanan haram tersebut menghalangi seseorang menerima kebaikan dalam tubuhnya.

MSG (monosodium glutamate) atau lebih di kenal dengan vetsin jika di konsumsi berlebihan oleh seorang ibu hamil dan menyusui, tubuhnya akan terkontaminasi racun. Demikian juga dengan bayi-nya.

Jika dari segi makanan saja bisa terjadi masalah, apalagi dari segi spiritual dan rohani.

….Makanan yang tercemar oleh kuman-kuman spiritual akan fatal di kemudian hari….

Seorang ibu yang berdosa sebetulnya ia memberikan makanan yang tercemar untuk anaknya. Makanan yang tercemar oleh kuman-kuman spiritual akan fatal di kemudian hari. [rani raharja/voa-islam.com]

Referensi: buku Pintar Mendidik Anak oleh Husain Mazhahiri

5 Tips Jitu Agar Buah Hati Mahir Membaca

SETIAP orang tua tentu menginginkan buah hatinya mahir membaca. Latih kemampuan membaca si kecil sejak dini agar prestasinya semakin cemerlang di sekolah.

Berikut ini adalah lima tip jitu mengajarkan anak membaca seperti dianjurkan National Center for Family Literacy dan para ahli:

Interaktif
Idealnya, Anda sudah mulai membacakan buku untuk anak sejak dia berada di dalam kandungan. Ketika anak mencapai usia prasekolah, ajak dia menjadi rekan membaca Anda. Biarkan anak memilih buku yang ia mau, lalu bacakan buku itu untuknya dengan suara keras. Tanyakan mengapa anak memilih buku itu, dan apa yang diingatnya tentang kisah di dalam buku.

Ketika membaca, biarkan anak duduk di samping Anda sehingga ia bisa membalikkan halaman selagi Anda membaca untuknya. Jangan lupa untuk menunjuk dengan jari setiap patah kata yang Anda baca dari buku agar anak bisa mengikutinya. Jadikan aktivitas tersebut semakin interaktif dengan bertanya kepada anak bagaimana menurutnya kisah itu berjalan.

...Ketika anak mencapai usia prasekolah, ajak dia menjadi rekan membaca Anda. Biarkan anak memilih buku yang ia mau...

Alfabet
Cari buku alfabet dengan subjek yang menarik minat anak. Misalnya buku tentang binatang, makanan, atau mesin. Selain itu, dorong anak untuk membuat sendiri buku alfabetnya menggunakan guntingan gambar dari majalah atau koran yang ditempelkan ke scrapbook. Setiap gambar mewakili sebuah huruf. Perkenalkan pula kepadanya bagaimana bunyi setiap huruf tersebut.

Mengenali objek
Gunakan kartu indeks untuk melabeli berbagai benda di rumah, mulai dari pintu, tempat tidur, dinding, lampu, televisi, lemari dan lain sebagainya. Dengan demikian, rumah Anda akan menjadi buku bergambar raksasa yang menyenangkan baginya. Anak akan mempelajari berbagai kosakata baru dengan melihat dan membaca objek-objek tersebut.

Libatkan pula anak saat membuat label untuk ditempelkan ke berbagai objek.Setelah itu, tingkatkan kemampuan anak dengan memintanya membaca nama-nama jalan, gedung, papan reklame atau apa pun yang Anda temukan saat berjalan-jalan keluar rumah.

Role model
Berikan contoh yang baik kepada anak. Biarkan dia melihat Anda membaca berbagai novel, majalah, surat kabar, atau resep masakan. Selagi membaca, biarkan anak bergelung di samping Anda sambil memegang buku bergambar miliknya sendiri. Melihat orang tuanya senang membaca, anak akan semakin terpacu mengasah kemampuannya bersama Anda.

...Berikan contoh yang baik kepada anak. Melihat orang tuanya senang membaca, anak akan semakin terpacu mengasah kemampuannya bersama Anda....

Bahan bacaan
Ketika anak mulai belajar membaca atau sudah fasih membaca, biarkan dia memilih sendiri bahan bacaannya. Kotak sereal, katalog, atau selebaran bisa menjadi bahan bacaan yang baik untuk melatih kemampuannya selain buku atau majalah. Selain itu, ajak anak ke perpustakaan atau toko buku untuk menumbuhkan kecintaannya dalam membaca. [taz/voa-islam.com/mi]

Zainab binti Jahsy: Muslimah Patriotik, Berjiwa Besar dan Dermawan

DIA ADALAH Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya’mar Al-Asadiyah, dari Bani Asad bin Khuzaimah Al-Mudhari. Ibunya bernama Umayyah binti Abdul Muthalib bin Hasyim, dan paman-pamannya adalah Hamzah dan Al-Abbas, keduanya adalah anak Abdul Muthalib.Zainab termasuk wanita yang taat dalam beragama, wara’, dermawan, dan baik. Selain itu, dia juga dikenal mulia dan cantik, serta termasuk wanita terpandang di Makkah. Nama aslinya adalah Barrah, namun Nabi Muhammad SAW menyebutnya Zainab. Dinyatakan dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim, dari Zainab binti Abu Salamah, dia berkata, “Namaku adalah Barrah, akan tetapi Rasulullah kemudian memberiku nama Zainab.” (HR. Muslim dalam Al-Adab, 14/140).

Zainab memeluk Islam di Makkah dan sempat mengalami siksaan dari orang-orang kafir Quraisy. Namun dia tetap bersabar dan mengharapkan ridha Allah, hingga akhirnya dia ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Bersama kaum muslimin lainnya, Zainab kembali ke Makkah, hingga akhirnya Allah mengizinkannya untuk berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah. Zainab termasuk wanita yang pertama kali berhijrah dan memiliki sikap patriot yang diabadikan dalam buku-buku sejarah.

…Zainab memiliki sikap patriot yang diabadikan dalam buku-buku sejarah…

Ketaatannya kepada Allah
Zaid adalah salah seorang hamba sahaya milik Khadijah binti Khuwailid. Ketika Rasulullah menikahi Khadijah, dia memberikan Zaid binti Haritsah kepada beliau. Dan itu terjadi sebelum masa kenabian Muhammad. Zaid kemudian tinggal di rumah Nabi Muhammad. Kemudian keluarga Zaid mencarinya ke Makkah, dan ingin menebusnya. Mereka datang kepada Nabi untuk memintanya dari beliau. Kemudian beliau memberi pilihan kepadanya antara tetap tinggal bersama beliau atau ikut keluarganya. Zaid lebih memilih untuk bersama Nabi daripada harus bersama keluarganya.

Rasulullah lantas keluar ke tempat Hajar Aswad, dan bersabda, “Wahai hadiri sekalian, saksikanlah bahwa Zaid adalah anakku, dia mewarisiku dan aku mewarisinya.” Beliau memanggilnya dengan Zaid bin Muhammad, hingga turunlah firman Allah:

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu” (Al-Ahzab 5).

Nabi Muhammad sangat menyayangi Zaid. Ketika Zaid telah memasuki usia menikah, beliau memilihkan Umamah (Zainab), anak perempuan dari bibinya. Namun Zainab dan saudaranya, Abdullah, tidak menyetujui pernikahan itu. Zainab berkata kepada Rasulullah, “Aku tidak rela akan diriku, sedangkan aku adalah gadis Quraisy.” Namun Nabi menghendaki agar Zainab dan Abdullah mau menerima pernikahan itu.

…Ketaatan, keridhaan, dan keikhlasan Zainab merefleksikan kekuatan iman dan relasinya yang baik dengan Allah…

Nabi berkata kepada Zainab, “Nikahilah dia, sesungguhnya aku telah meridhainya untukmu.” Sebelum Zainab ragu tentang pernikahan ini, Allah menurunkan firman-Nya:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (Al-Ahzab 36).

Setelah ayat tersebut diturunkan, Zainab dan saudaranya berkata, “Kami menyetujui, wahai Rasulullah.” Zainab berkata, “Aku telah menyetujui untuk dinikahkan, wahai Rasulullah.” Beliau kemudian bersabda, “Aku Telah merestuimu.” Zainab kembali berkata, “Jadi, aku tidak berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, karena engkau telah menikahkannya denganku.”

Dengan sikapnya ini, Zainab telah memberikan contoh yang terbaik bagi kita dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Demikian, seharusnya sikap yang wajib dilakukan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Menolak ketetapan dan hukum yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya merupakan perilaku yang buruk, keras hati, serta tidak sesuai dengan sikap yang diajarkan Islam. Ketaatan, keridhaan, dan keikhlasan Zainab merefleksikan kekuatan iman dan relasinya yang baik dengan Allah.

…Zainab telah memberikan teladan terbaik dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Demikian, seharusnya sikap yang wajib dilakukan terhadap Allah dan Rasul-Nya...

Menjaga Lisan dari Kesalahan
Setelah berpisah dengan Zaid, Zainab kemudian dinikahi oleh Rasulullah. Dengan demikian, dia menempati kedudukan mulia, karena menjadi bagian dari Ummahatul Mukminin. Bahkan, Aisyah pernah berkata, “Tidak ada seorang pun dari istri-istri Nabi yang kedudukannya menyamaiku di sisi beliau selain Zainab.”

Sekalipun tampak ada persaingan antara Zainab dan Aisyah dalam mendapatkan kasih sayang Rasulullah, namun Zainab tetap membela Aisyah pada peristiwa tuduhan kebohongan (haditsul-ifki). Aisyah berkata, “Tidak ada seorang pun dari istri-istri Nabi yang kedudukannya menyamaiku di sisi beliau selain Zainab. Zainab telah dilindungi Allah dalam agama, sehingga dia tidak mengatakan kecuali yang baik.

Dalam suatu riwayat dari Aisyah, dia berkata, “Rasulullah bertanya kepada Zainab binti Jahsy tentang masalahku, dan beliau berkata kepada Zainab, “Apa yang engkau ketahui atau bagaimana pendapatmu?” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, aku melindungi pendengaranku dan penglihatanku. Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali yang baik.” Aisyah berkata, “Dialah yang menyamaiku dari istri-istri Nabi, maka Allah melindunginya dengan sikap wara’.”

Memang Allah telah melindunginya dan menjaga lisannya dari berkomentar buruk tentang Aisyah. Sikap ini merupakan sikap patriotik yang sungguh luar biasa. Kendati antara Aisyah dan Zainab seakan-akan terselip persaingan dalam mendapatkan kasih sayang Rasulullah, namun Zainab dengan besar hati membela madunya. Dia tidak menggunakan kesempatan itu untuk berkomentar tentang kehormatan Aisyah, dan tidak pula ada keinginan untuk menjelek-jelekkannya. Hendaknya muslimah belajar darinya bagaimana seharusnya menjalin hubungan dengan sesamanya.

…Zainab tidak memiliki kedengkian. Hendaknya muslimah belajar darinya bagaimana seharusnya menjalin hubungan dengan sesamanya..

Zainab tidak memiliki kedengkian kepada Aisyah. Islam telah mengajarkan kepada kita untuk toleran. Dengan kata lain, hubungan dengan sesama harus dibangun di atas dasar cinta, hormat, kasih sayang, dan keikhlasan. Dengan demikian, kehidupan akan berjalan sesuai dengan yang diridhai Allah dan Rasulullah.

Berinfak di Jalan Allah
Setelah Rasulullah wafat, Zainab konsisten untuk tetap tinggal di rumahnya untuk beribadah kepada Allah. Dia mengalami masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Khalifah Umar bin Al-Khatthab., Umar kerap memberikan tunjangan hidup kepada setiap istri Rasulullah sebanyak dua belas ribu Dirham.

Ketika Ummul Mukminin Zainab menerima tunjangan itu dari Umar, dia tidak menyisakan satu Dirham pun untuk dirinya. Dia menginfakkannya secara keseluruhan kepada kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Suatu ketika Umar bin Al-Khatthab mengirimkan kepadanya harta dalam jumlah banyak. Zainab lalu berkata, “Semoga Allah mengampuni Umar. Ummahatul Mukminin selain aku, lebih dermawan dalam membagi-bagikan harta ini.” Dikatakan kepadanya, “Semua harta ini untukmu.”

Zainab kemudian berkata, “Mahasuci Allah Yang Mahaagung.” Dia lalu menutupi harta itu dengan sebuah kain. Dia berkata, “Bungkuslah dengan kain.” Dia lalu menyuruh Barzah binti Rafi’, sembari berkata, “Wahai Barzah, masukkan tanganmu, lalu ambillah segenggam darinya dan bawalah kepada Fulan, kemudian kepada Bani Fulan.”

Zainab kemudian menyebutkan orang-orang dari kerabatnya, anak-anak yatim yang dikenalnya, dan orang-orang miskin. Barzah binti Rafi’ berkata, “Semoga Allah mengampuni dosamu, wahai Ummul Mukminin. Demi Allah sesungguhnya kita memiliki hak dalam dirham-dirham itu.” Zainab berkata, “Apa yang ada di bawah kain itu adalah milik kalian.”

Barzah berkata, “Kami lalu menghitung harta itu dan kami mendapatkannya sejumlah 1285 Dirham.” Zainab kemudian mengangkat tangannya ke langit dan berkata, “Ya Allah, semoga aku tidak lagi mendapatkan pemberian Umar setelah tahun ini.” Allah mengabulkan doa kezuhudannya, dan dia pun wafat pada tahun itu.

…Zainab dikenal sebagai wanita yang mulia, dermawan, dan selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Keagungan sikapnya mengindikasikan kekuatan iman dan hubungannya dengan Allah…

Demikianlah, kita menyaksikan sosok Zainab yang melihat harta sebagai fitnah. Dia dikenal sebagai wanita yang mulia, dermawan, dan selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Dia juga menjalin hubungan baik dengan para kerabat dan sanak keluarganya. Alangkah agung sikapnya dalam kehidupan. Hal itu mengindikasikan kekuatan iman dan hubungannya dengan Allah. [ganna pryadha/voa-islam.com]

Berlaku Lembutlah! Sesungguhnya Allah Menyukai Kelemahlembutan

Oleh: Badrul Tamam

Di antara nama-nama Allah Ta’ala adalah الــرَّفِيْــقُ al-Rafiiq, artinya Yang Mahalembut, Mahabaik, Mahamenyertai. Nama ini diambil dari kata al-rifqu, yaitu pelan-pelan dan berangsur-angsur dalam urusannya. Lawannya adalah al-‘unfu (keras), melakukan sesuatu dengan kasar dan buru-buru.

Penafsiran Asma’ Allah ini terdapat dalam sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

“Sesungguhnya Allah Mahalembut, menyukai orang yang lembut. Dan sesungguhnya Allah memberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikannya kepada sikap kasar.” (HR. Muslim)

Allah Ta’ala Mahalembut dalam perbuatan-Nya, yaitu ketika Dia menciptakan makhluk-makhluk-Nya dengan bertahap, sedikit demi sedikit sesuai dengan hikmah dan kelembutan-Nya. Padahal Dia mampu menciptakannya sekaligus, dalam waktu sekejap.

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga Mahalembut dalam memerintah dan melarang. Dia tidak membebani hamba-Nya dengan beban-beban yang banyak secara sekaligus. Tapi, berangsur-angsur dari satu kondisi kepada kondisi yang berikutnya sehingga jiwa siap menanggungnya dan tertata emosinya. Hal itu seperti turunnya perintah puasa fardlu, pengharaman khamar, riba dan lainnya.

Orang yang melakukan sesuatu dengan kelembutan dan tenang telah mengikuti sunnatulah dalam menciptakan alam semesta dan mengikuti petunjuk Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Sehingga urusannya akan menjadi mudah dan kesulitannya akan teratasi. Terlebih bagi seorang dai yang mengajak manusia kepada kebenaran, maka dia sangat membutuhkan sikap halus dan lemah lembut. Jika dia diganggu, dicela, dihina dan diperlakukan kasar, dia tidak lantas membalas dengan mencaci dan dendam. Bahkan sebaliknya dia membalas keburukan mereka dengan kebaikan agar mereka berkenan menerima dakwah yang diserukannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34)

Bagi seorang dai sangat membutuhkan sikap halus dan lemah lembut. Jika dia diganggu, dicela, dihina dan diperlakukan kasar, dia tidak lantas membalas dengan mencaci dan dendam. Bahkan sebaliknya dia membalas keburukan mereka dengan kebaikan agar mereka berkenan menerima dakwah yang diserukannya.

Beberapa contoh sikap lembut Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam

Dari Aisyah radhiyallaahu 'anha berkata, “Orang-orang Yahudi mendatangi Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan berkata, ‘assaal ‘alaikum’ (kematian atasmu). Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam membalasnya, ‘Wa’alaikum’. Maka Aisyah berkata, assaam ‘alaikum wala’anakumullaah wa ghadhiba ‘alaikum (Kematian atas kalian, laknat Allah dan kemurkaan-Nya atas kalian). Kemudian Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam menegur ‘Aisyah, “Pelan-pelan wahai Aisyah!! Berlakulah lembut, jangan kasar dan berkata jelek.”

‘Aisyah menjawab, “Apakah Engkau tidak mendengar perkataan mereka. Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab, “Apakah kamu tidak mendengar apa yang kukatakan? Aku telah mengembalikan doa mereka kepada mereka dan doaku atas mereka dikabulkan, sedangkan doa mereka atasku tidak.” (HR. Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim, “Cukup wahai Aisyah, janganlah engkau menjadi pencaci, sesungguhnya Allah tidak suka kepada cacian dan kata-kata buruk.”

Dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu berkata, “Ketika kami duduk di masjid bersama Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tiba-tiba datang seorang badui lalu kencing di masjid. Para sahabat Nabi menghardiknya, “Berhenti, berhenti.” Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Jangan bentak dia, biarkan dia (jangan putus kencingnya).” Lalu para sahabat membiarkan orang badui tadi menyelesaikan kencingnya. Kemudian Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam memanggilnya dan berkata kepadanya,

إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

“Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah boleh untuk buang air kecil atau buang kotoran. Masjid itu tempat untuk dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalat dan membaca Al-Qur`an.”

Dan beliau shallallaahu 'alaihi wasallam berkata kepada para sahabat, “Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah bukan untuk mempersulit. Siramlah dengan satu ember air pada tempat kencingnya.” Lalu orang Badui tadi berkata, “Ya Allah rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engaku rahmati yang lain bersama kami.” Lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Egkau telah menyempitkan yang luas.” (Muttafaq ‘Alaih)

Kepada Para Du’at

Berlemahlembutlah dalam memberikan nasihat dengan kata-kata yang halus. Hal itu lebih bisa membuat nasihat diterima. Perhatikanlah pesan Allah kepada Musa dan Harun ketika mengutus keduanya untuk mendakwahi Fir’aun!

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى () فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".” (QS. Thaahaa: 43-44)

Maksudnya pergilah kepada Fir’aun yang melampui batas dalam kekafiran, kedzaliman, dan permusuhan-nya, “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.” Yakni dengan bahasa yang mudah dipahami, halus, lembut, dan penuh adab tanpan sikap kasar, arogan, dan intimidasi dalam berkata atau bertindak brutal. Semoga dengan perkataan yang lembut ini dia jadi ingat dengan sesuatu yang bermanfaat untuknya sehinga dia melaksanakannya atau takut dengan apa yang membayakannya sehingga dia meninggalkannya. Kemudian Allah menerangkan tentang ucapannya tersebut,

فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى () وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى

“Dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?".” (QS. Al-Naazi’aat: 18-19)

Itulah kalimat yang digunakan Musa dan Harun dalam mendakwahi Fir’aun, seorang thaghut yang kafir. Kenapa ada sebagian kaum muslimin yang mendakwahi dan menasihati kawannya dengan kalimat cela, mengkhawarijkan, menyesatkan, dan uangkapan-uangkapan buruk dan kasar lainnya? Apakah dia menginginkan mengeluarkan saudaranya dari keburukan ataukah sebaliknya, menginginkan keburukan tetap kukuh pada diri sahabatnya?

Kepada Orang Tua

Berlemahlembutlah kepada anak-anakmu, semoga mereka kelak berlemah lembut kepadamu saat engkau sudah tua. Sungguh banyak hal yang bisa engkau dapatkan dari kelemahlembutan yang tidak bisa engkau dapatkan dari sikap kasar dan keras.

Mendidik dengan lemah lembut dan lebih mengutamakan untuk memberikan kebaikan akan lebih banyak memberi manfaat dan lebih bisa diterima oleh jiwa anak, sehingga diharapkan mereka menerima kebenaran dan mencintai kebaikan dan keluarganya. Sementara sikap kasar tanpa sebab yang jelas hanya akan melahirkan sikap kasar dan kebencian pada diri anak. Semua ini sesuai dengan sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ, وَمَا كَانَ الْعُنْفُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.” (HR Muslim)

Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.(al-hadits)

Kepada Anak

Wahai anakku berlemahlembutlah kepada dua orangtuamu, berkatalah dengan perkataan yang lembut. Berbuat baiklah kepada keduanya dan berlemah lembutlah, sesungguhnya keduanya bagimu menjadi pintu surga. Ingatlah wasiat Allah Ta’ala kepadamu wahai anakku,

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".” (QS. Al-Isra’: 23-24)

Sekarang mereka berada di sisimu dalam kondisi renta. Kepala mereka dipenuhi uban, punggung mereka bungkuk, dan tubuh mereka sering gemetar sehingga ketika mau berdiri, mereka berdiri dengan kepayahan, dan ketika mau duduk, pun dengan susah payah. Sakit menjadi rutinitas mereka dan berbagai model penyakit mulai menyerangnya. Dalam kondisi ini, bakti dan kedermawananmu sangat dinanti. Jangan pelit dengan hartamu, baktimu, dan perlakuanmu yang baik kepada keduanya.



Kepada Para Suami

Berlakulah lembut kepada istri-istrimu dan kasihi mereka. Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sangat lembut dan sayang kepada kepada Aisyah radhiyallaahu 'anha daripada bapaknya sendiri, Abu Bakar al-Shiddiq radhiyallaahu 'anhu.

Pernah terjadi cekcok antara dirinya dengan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallamshallallaahu 'alaihi wasallam berkata: “Kamu yang berbicara atau saya yang bicara.” dengan istrinya ini, maka datanglah Abu Bakar untuk menjadi penengah. Lalu Nabi

Aisyah menjawab, “Bicaralah Engkau, dan jangan berkata kecuali yang benar.”

Maka marahlah Abu Bakar dan menampar Aisyah sehingga keluar darah dari mulutnya dan berkata, “Apakah dia akan berkata yang tidak benar wahai musuh dirinya sendiri?” Maka bersembunyilah Aisyah di belakang punggung Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Lalu seketika itu beliau berkata kepada Abu Bakar, “Sesungguhnya kami tidak mengundangmu untuk ini, dan kami tidak menghendaki ini darimu.” (HR. Al-Bukhari)

Inilah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, sosok suami yang lebih lembut, lebih sayang, lebih kasihan kepada istrinya daripada bapaknya sendiri. Apakah kita sudah mengikuti akhlak mulia junjungan kita ini?

Kepada Para Istri

Berlemah lembutlah kepada suamimu dan sayangi mereka. Jangan membebani mereka dengan sesuatu yang memberatkan mereka, khususnya tuntutan nafkah yang berlebih. Sesungguhnya menahan diri dari meminta kepada suami itu yang lebih baik.

Sesungguhnya telah terdapat teladan yang baik pada diri ummahatul mukminin (para istri Nabi), ketika mereka lebih memilih dan mengutamakan akhirat daripada dunia yang fana ketika diberi pilihan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam.

إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا () وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآَخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا

“Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 28-29)

Kepada Orang Kaya yang Mempuanyai Pembantu dan Pekerja

Berlaku baik dan lembutlah kepada para pembantu rumah tangga. Jangan bebani mereka dengan hal yang tidak kuasa mereka lakukan. Laksanakan perintah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam ketika bersabda,”Jangan kalian bebani mereka dengan sesuatu yang memberatkan mereka. Dan jika kalian membenani mereka dengan sesuatu yang berat, maka bantulah mereka.” (HR. Al-Bukhari)

Bershadaqahlah untuk para pembantu dan pekerjamu. Beri mereka kelebihan dari hak yang mereka dapatkan, sungguh di dalamnya terdapat pahala yang besar. Jangan korupsi dan curangi hak mereka, karena hal ini akan mengundang murka Rabb-nya. Dalam hadits Qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,

ثَلاَثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِى ثُمَّ غَدَرَ ، وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ ، وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ أَجْرَهُ

“Tiga golongan manusia yang Aku adalah musuhnya pada hari Kiamat nanti: (1) seorang berjanji dengan menyebut namaKu lalu dia melanggarnya, (2) seorang yang menjual orang yang merdeka lalu dia menikmati hasil penjualannya tersebut, (3) seorang yang mempekerjakan orang lain setelah orang tersebut bekerja dengan baik upahnya tidak dibayarkan.” (HR Bukhari)

Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita sikap lemah lembut dan kesabaran, khususnya kepada orang lemah dan menjadi tanggungan kita. Sehingga kebaikan dan kasih sayang kita dapatkan, bukan kebencian dan dendam. Sesungguhnya Dialah penguasa atas qalbu hamba-hamba-Nya. Wallahu a’lam bil shawab. (PurWD/voa-islam.com)

Teruslah beribadah sampai datangnya kematian

Oleh: Badrul Tamam

Saudaraku! Pada saat Ramadlan begitu semangat kita beribadah. Shiyam, qiyam, shadaqah, dzikir, doa, tilawah dan berbagai amal kebajikan kita lakukan. Masjid-masjid ramai dengan jama’ahnya. Manisnya iman kita rengguh Nikmatnya ibadah kita rasakan. Bermunajat dan istighfar di penghujung malam terasa sangat nikmat. Shalat menjadi pembahagia hati. Berpuasa tanpa mengeluh lapar dan dahaga karena ada nikmat yang dirasa. Bershadah tanpa rasa takut fakir. Sampai-sampai mucul angan, “Andaikan saya meninggal di atas kondisi ini.” Inilah Ramadlan yang sudah kita lalui dan berlalu dari kita.

Saudaraku! Namun sayang, belum satu bulan Ramadlan berlalu, amalan-amalan itu terlihat berkurang atau bahkan hilang. Masjid kembali sepi seperti sebelum Ramadlan. Shiyam, qiyam, shadaqah, dan tilawah Al-Qur’an jarang ditemukan. Padahal Rabb yang disembah saat Ramadlan adalah sama dengan Rabb yang disembah di luar Ramadlan, yaitu Allah Ta’ala. Dia senantiasa hidup, mengurus, dan mengawasi hamba-hamba-Nya. Dia tetap ada dengan segenap asma’ dan sifat-Nya yang Mahaindah dan Mahamulia, baik di dalam Ramaldan maupun di luar Ramadlan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)

Beginilah seharusnya seorang hamba dalam beribadah. Kontinyu dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah. Teguh di atas syariat-Nya. Istiqamah di atas ajaran agama-Nya. Tidak surut dengan pergantian waktu dan perubahan keadaan. Dia tidak beribadah kepada Allah di suatu bulan lalu tidak pada bulan yang lain, di satu tempat lalu tidak pada tempat yang lain. Tidak, seribu kali tidak demikian. Hamba Allah yang shalih paham bahwa Tuhannya pada Ramadlan adalah Tuhannya pada bulan selainnya. Dialah pemilik seluruh waktu dan tempat. Karenanya dia akan istiqamah di atas syariat-Nya sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan diridlai. Allah Ta’ala berfirman,

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Huud: 112)

فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ

“Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushshilat: 6)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

قُلْ : آمَنْتُ باللهِ ، ثمَّ استقِمْ

“Katakanlah: ‘Aku beriman kepada Allah,’ lalu beristiqamahlah.” (HR. Muslim)

Saudaraku! Memang Ramadlan adalah bulan yang istimewa. Allah mengistimewakannya dengan dilipatgandakan pahala, tidak seperti bulan lainnya. Karennaya, kami tidak memaksa untuk kita menjadi orang yang sama kesungguhannya saat Ramadlan dan di luar Ramadlan. Tapi kami mengajak agar kita tidak berhenti dari beramal shalih. Mari kita tetap puasa (sunnah), shalat malam, shadaqah walau jumlah tidak sebanyak saat Ramadlan, agar iman kita tetap kuat dan tidak melemah. Janganlah kita menjadi seperti wanita yang telah memintal kuat benangnya di satu hari, lalu dia uraikan kembali pada malam harinya.

Saudaraku! Setelah berpuasa fardlu Ramadlan, masih ada puasa-puasa sunnah yang bisa kita jaga untuk menguatkan iman, seperti: enam hari dari bulan Syawal, Puasa Senin dan Kamis, Puasa Ayyamul Bidh (Tanggal 13, 14, 15 dari bulan Qamariah), puasa Asyura, Puasa Arafah dan puasa-puasa lainnya.

Setelah habis masa qiyam Ramadlan (shalat tarawih), maka qiyamullail setiap malam tetap disyariatkan. Allah menyifati orang-orang bertakwa yang menjadi penghuni surga,

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ

“Dahulu mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (QS. Al-Dzariyaat: 17) Mereka itu yang telah banyak berbuat baik, pada malam harinya sedikti tidur. Waktu malamnya lebih banyak dihabiskan untuk bermunajat kepada kepada Allah dalam bentuk shalat, tilawah, dzikir, doa, dan merendah diri kepada-Nya.

Jika shadaqah di bulan Ramadlan yang diakhiri dengan zakat fitrah sudah berlalu, bukan berarti ibadah harta selesai. Di sana masih ada zakat wajib. Pintu-pintu untuk shadaqah dan infak fi sabilillah masih banyak terbuka.

Qira’atul Qur’an dan mentadabburinya tidak hanya berlaku khusus di bulan Ramadlan, tapi dianjurkan dilaksanakan setiap waktu.

Qira’atul Qur’an dan mentadabburinya tidak hanya berlaku khusus di bulan Ramadlan, tapi dianjurkan dilaksanakan setiap waktu.

Saudaraku! Amal-amal shalih diperintahkan setiap waktu dan di setiap tempat. Bersungguh-sungguhlah -wahai saudaraku- dalam melaksanakan ketaatan! Jangan malas dan futur (berhenti dari amal ketaatan). Jika engkau mengurangi kadar amal sunnahmu, jangan sampai engkau meninggalkan amal wajibmu, seperti shalat lima waktu denga berjama’ah dan lainnya.

Saudaraku! Jangan terjang perkara-perkara haram dan dosa. Sesungguhnya perkara haram akan membawa kepada keharaman lainnya. Perbuatan dosa akan menarik kepada dosa selanjutnya. Jangan sengaja menyimpang, sesungguhnya sebab tersesatnya Bani Israil karena kesengajaan mereka menyimpang dari aturan Tuhan.

Jangan sengaja menyimpang, sesungguhnya sebab tersesatnya Bani Israil karena kesengajaan mereka menyimpang dari aturan Tuhan.

Teruslah istiqamah dan teguh di atas ajaran Islam, di mana saja dan kapan saja. Sesungguhnya kita tidak tahu kapan malaikat maut datang menjemput kita, karenanya berhati-hatilah jangan sampai dia datang sementara kita dalam keadaan bermaksiat.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita di atas jalan-Nya yang lurus. Menunjukkan kebenaran sebagai kebenaran dan menganugrahkan kekuatan kepada ktia untuk mengikutinya. Dan semoga Dia menunjukkan bahwa kebatilan adalah kebatilan dan menguatkan kita untuk menjauhinya. Teruslah berharap dan bergantung kepada Allah, jangan pernah putus dan menjauh dari-Nya.

اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ

“Ya Allah, Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu!.” (PurWD/voa-islam.com)

Jumat, 22 Oktober 2010

Hedonisme Faktor Terpuruknya Ummat

Dalam Era globalisasi dewasa ini yang ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di segala bidang, merupakan suatu realitas yang tak dapat dipungkiri dan tak mungkin dihindari oleh setiap orang yang hidup di zaman ini. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi, lebih-lebih media elektronik telah menawarkan suatu gagasan baru ke seluruh dunia tanpa memperhitungkan dampak-dampak negatif yang dapat ditimbulkannya terhadap norma agama dan akhlaq manusia.
Promosi bertubi-tubi yang dilancarkan oleh berbagai media massa telah menawarkan kenikmatan hidup dengan gaya modern, konsumtif dan jet-set (mewah). Gaya hidup yang dituntut dan dikejar oleh hampir setiap orang sebagai pelaku kehidupan modern adalah kehidupan yang bebas tanpa batas, baik batas etika kesopanan, moral maupun akhlaq. Roda kehidupan yang dipacu dengan akselerasi tinggi hingga menjadi cepat panas, disamping juga ketatnya dunia kompetisi, khususnya di bidang ekonomi dan prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan serta keinginan manusia, telah memaksa manusia kini tidak lagi berperilaku dan bertindak manusiawi tetapi dengan semau gue (seenaknya sendiri).
Bagi banyak orang, mencari rizki yang halalan toyyiban (halal dan baik) nyaris dianggap suatu pekerjaan yang sia-sia. Adanya peluang untuk korupsi, kolusi, manipulasi dan sejenisnya yang berseliweran di depan hidung, benar-benar membuat mata mereka menjadi "silau". Rangsangan manipulasi dan kolusi itu menjadi "klop" manakala kita melihat keadaan ekonomi yang semakin sulit akhir-akhir ini. Susahnya mencari pekerjaan, harga barang-barang kebutuhan yang terus melambung serta gaya hidup yang semakin men-jetset hingga membuat kebanyakan manusia jadi lupa diri, tabrak sana tabrak sini tanpa memperdulikan norma agama, yang penting fulus (uang) bisa didapat dengan mudah walupun harus dengan cara yang kotor dan keji.
Apabila diingatkan, baik dengan teguran-teguran religi yang tersirat maupun yang tersurat, sungguh yang keluar dari bibir mereka adalah kata-kata apologi (pembelaan) "Jangankan cari rejeki yang halal, yang haram saja susah !", begitu sering dilontarkan. Hidup dinilai hanya untuk saat ini saja, mereka tidak lagi dilhami oleh kehidupan masa depan yang bersifat ukhrowi nan kekal dan abadi. Orang-orang itu hanya menghargai kekayaan dan kemewahan dengan segala yang berhubungan dengan kehinaan dan kerendahan moral. Mereka akan mencela orang yang tidak ikut berkecimpung dalam perebutan materi tersebut betapapun orang itu baik budi dan berwatak mulia.
Begitulah manusia yang telah diserang penyakit Hubbud Dunya (Cinta Dunia), mula-mula hanya ikut menikmati, makin lama makin menjadi, pada akhirnya menjadi ideologi yang akan dibela sampai mati. Mereka hanya berorientasi kepada uang, peluang, dan senang-senang. Inilah sekelumit gaya hidup hedonisme (hanya mencari kesenangan duniawi saja) dan materialisme (hanya mementingkan materi semata) yang tengah melanda masyarakat kita dan orang-orang yang hidup di akhir abad ke-20 ini. Maka bila hal ini tidak disadari dan diwaspadai akan menjerumuskan masyarakat kepada masyarakat yang Dehumanis, Apatis dan Hedonis.
APA ITU HEDONISME ?
Hedonisme berasal dari bahasa Latin yang berarti kesenangan. Dalam kamus Collins Gem (1993) dinyatakan bahwa hedonisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Atau hedonisme adalah paham yang dianut oleh orang-orang yang mencari kesenangan hidup semata-mata (Echols,2003).
Dalam sejarah filsafat Yunani, tokoh pertama yang mengajarkan aliran hedonism adalah Democritus (400-300 SM), yang memandang bahwa kesenangan merupakan tujuan pokok dalam kehidupan ini. Hidup hanya sekali, dan karenanya kesenangan menjadi ukuran keberhasilan seseorang.
Tokoh lain adalah Aritiphus (395 SM), yang memandang bahwa satu-satunya yang ingin dicari manusia adalah kesenangan. Oleh karena itu segala cara menjadi sah dilakukan apabila berutujuan mencari kesenangan. Kesenangan didapat langsung oleh panca indera.
Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya 1x, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalanani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham ini lah muncul Nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang menyatakan, "Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati."
Gaya hidup hedonisme sama sekali tidak sesuai dengan tujuan pendidikan bangsa kita. Karena tujuan pendidikan Negara kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (pembukaan UUD 1945, alinea 4). Tujuannya tentu bukan untuk menciptakan bangsa yang hedonisme, tetapi bangsa yang punya spiritual, punya emosional quotient- peduli pada sesama dan tidak selfish atau mengutamakan diri sendiri.
Dengan tujuan pendidikan bangsa kita saja tidak sesuai apalagi dengan syariat islam; maka gaya hidup hedonism sangat-sangat jauh bertentangan dengan aturan dan norma-norma serta syariat islam. Karenanya, bisa kita katakan bahwa gaya hidup Hedonisme merupakan akar dari persimpangan dan kerusakan yang berlaku pada umat saat ini.
AKIBAT DARI GAYA HIDUP HEDONISME
1. Gaya hidup Hedonisme telah memacu terjadi banyaknya korupsi dan pengutilan harta rakyat di kalangan pemerintah, mereka menggunakan kesempatan itu untuk mengeruk sebanyak-banyaknya tanpa ada rasa bersalah.
2. Gaya hidup Hedonisme telah mendorong seseorang untuk menjual anak kandung, melacurkan anak kandung, menelantarkan anak, dan berbagai tindakan eksploitasi terhadap anak lainnya untuk mengejar kesenangan duniawi.
3. Gaya hidup Hedonisme menjadikan sebab bermunculannya Du’at ala abwabi jahannam. Mereka menghujat syariat dengan menjual ilmu agama demi mencari kenikmatan dunia ini.
4. Gaya hidup Hedonisme menyebabkan rusaknya generasi bangsa ini; dengan bukti banyak terjadinya penyimpangan norma agama diantaranya pesta miras/narkoba, free sex dan semua yang sifatnya hura-hura. Sehingga mereka tidak lagi memperhatikan norma masyarakat apalagi norma-norma syariat.
HEDONISME PANGKAL KEHINAAN UMAT
Sinyalemen tentang buruk dan hinanya sifat hedonism ternyata telah Allah Subahanahu wa ta’alaa terangkan secara gamblang dalam kitab-Nya. Rasulullah pun juga telah mewantikan hal ini kepada umatnya lewat sabda beliau. Saking buruknya sifat ini, Allah dan RasulNya menyebutkannya berkali dan berulang-ulang.
DALAM AL QUR’AN
إن الذين لا يرجون لقاءنا ورضوا بالحياة الدنيا واطمأنوا بها والذين هم عن آياتنا غافلون أولـئك مأواهم النار بما كانوا يكسبون
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka ni tempatnya di neraka diakibatkan atas apa yang mereka usahakan.” (Qs. Yunus : 7-8)
الذين يستحبون الحياة الدنيا على الآخرة ويصدون عن سبيل الله ويبغونها عوجا أولـئك في ضلال بعيد
“(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.” (Qs. Ibrahim : 3)
الذين اتخذوا دينهم لهوا ولعبا وغرتهم الحياة الدنيا فاليوم ننساهم كما نسوا لقاء يومهم هـذا وما كانوا بآياتنا يجحدون
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan sendau gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Qs. Al A’raf : 51)
DALAM AS SUNNAH
عن ثوبان قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها، فقال قائل : ومن قلة نحن يومئذ ؟ قال : بل أنتم يومئذ كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم وليقذفن الله في قلوبكم الوهن، فقال قائل : يارسول الله وما الوهن ؟ قال : حب الدنيا وكراهية الموت.
“Dari Tsauban berkata : bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti diperebutkannya makanan diatas meja makan, Para sahabat bertanya : apakah karena jumlah kami sedikit? Rasul menjawab : tidak, tapi jumlah kalian mayoritas, akan tetapi bagaikan buih dilautan, dan sungguh akan dicabut oleh Allah kehebatan kalian dari dada-dada musuh kalian, dan Allah mencampakkan di hati kalian al Wahnu , berkata seseorang: apa itu wahn ya Rasulullah? Beliau menjawab : cinta dunia dan takut mati.”(HR. Abu Dawud)

CONTOH KEKALAHAN UMAT AKIBAT HEDONISME
A. Peristiwa Perang Uhud
Yang waktu itu kaum muslimin mengalami kekalahan karena masih adanya sifat ini pada diri para pemanah yang bertugas diatas bukit, mereka tergiur dengan banyaknya ghanimah yang berada di lembah sehingga melalaikan perintah rasulullah dan meninggalkan tempat dan posisi utama mereka.
B. Peristiwa Perang Andalusi melawan Eropa
Ketika tentara Eropa hamper mengalami kekalahan, sebagian mereka melarikan diri dengan berputar balik sehingga tentara muslimin saat itu mengira bahwa tentara tersebut hendak mengambil harta yang ada di gudang kaum muslimin. Kemudian tentara muslimin berbalik menuju gudang itu, yang akhirnya merekapun diserang kembali oleh tentara eropa hingga akhirnya andalus berhasil dikuasai oleh orang Eropa.
C. Runtuhnya Kekhalifahan
Tergiurnya Kamal at Taturk dengan gemerlap kemewahan dunia, ia rela menjadi antek kaum zionis yang berusaha untuk menghancurkan dan meruntuhkan khilafah. Akhirnya dengan pengkhianatannya terhadap islam demi mencari dunia, runtuhlah khilafah islamiyah pada waktu itu (1924).
PENUTUP
Kekayaan dan kekuasaan memang suatu hal yang penting bagi Seorang Muslim, tapi kita jadikan itu semua untuk mendukung akhirat dan jangan sampai hal itu melalaikan kita darinya. Allah berfirman : “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangan kamu berbuata kerusakan di Bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al Qashash : 77) kita jadikan apa yang kita miliki tersebut untuk membiayai dan mendukung Jihad Fi Sabilllah (Berjuang di Jalan Allah) dan menjadi senjata untuk menundukkan kejahiliyiahan, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tetapi lebih untuk kepentingan dan Kemaslahatan seluruh ummat Islam di manapun berada.
Akhirul Qalam..., penulis berwasiat kepada diri sendiri dan para pembaca Semoga kita semua terhindar dan dijauhkan dari hal-hal serta sifat-sifat tersebut di atas, begitu juga keturunan kita, sanak dan saudara serta kerabat dekat kita. Amiieeen...
By : Nurul Ahmad dan Nashruddin