Menuntut Ilmu

Seandainya tanpa ilmu, maka manusia itu ibarat binatang

Lebih Dekat Dengan Qur'an

Tidaklah sekelompok orang berkumpul untuk mempelajari al-Quran, melainkan akan turun kepada mereka berkah dari Allah.

Jangan Lupa Qiyamul Lail

Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.

Sholat berjamaah

mari semangat sholat lima waktu di masjid.

Halaqoh Quran

Hidup Makmur, Mulia dan Bahagia bersama Al Quran.

Selasa, 29 Maret 2011

Peran Sabar Dalam Kehidupan

Manusia dalam kehidupannya senantiasa dihadapkan pada berbagai kesulitan dan bencana. Semua itu memerlukan ketegaran dan kekuatan. Jika tidak, manusia akan terseret arus lalu lenyap.

Sesungguhnya dunia adalah tempat ujian dan beramal. Sedangkan akhirat tempat pertanggung-jawaban dan hisab. Dan selama manusia masih hidup di dunia maka tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan hidup sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran iman seorang hamba Allah. Maka sungguh aneh orang yang ketika mendapat musibah dan kesulitan hidup lalu menggerutu, mencaci sana-sini, bahkan ingin mengakhiri hidupnya. Tidak sadarkah bahwa ia masih di dunia? Sedangkan dunia merupakan tempat ujian dan beramal.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

"Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk: 2)

Dan selama manusia masih hidup di dunia maka tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan hidup sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran iman seorang hamba Allah.

Ujian Bagian Dari Sunnatullah

Allah Ta'ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut: 2)

Allah mengabarkan tentang hikmah (kebijaksanaan)-Nya yang sempurna, bahwa Dia tidak akan membiarkan begitu saja orang yang mengatakan "aku seorang mukmin" dan mengaku dirinya telah menyandang predikat iman, tanpa ditimpa fitnah dan ujian yang akan menggoda imannya. Kalau seandainya seperti itu, maka tidak ada bedanya antara orang-orang yang benar dalam beriman dan yang berdusta, yang mukmin sejati dan munafik, yang pengecut dan pemberani.

Tetapi sunnah (ketetapan) Allah yang sudah berlaku bagi umat-umat terdahulu dan masih tetap berlaku bagi umat ini bahwa Allah akan menimpakan kepada mereka ujian-ujian berupa kesenangan maupun kesusahan, kesulitan maupun kemudahan, kekayaan maupun kemiskinan.

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35)

. . . bahwa Allah akan menimpakan kepada mereka ujian-ujian berupa kesenangan maupun kesusahan, kesulitan maupun kemudahan, kekayaan maupun kemiskinan.

Hikmah dari semua itu untuk supaya Allah mengetahui (dan Allah Maha tahu sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi) siapa di antara mereka yang beriman dan menghambakan diri kepada Allah semata dalam semua kondisi itu?

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

"Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-Ankabut: 3)

Ada sebagian manusia ketika mendapat kesenangan, kemudahan dan kekayaan menjadi orang shalih, tapi ketika terjepit dalam kesedihan, kesulitan, dan kemiskinan menjadi orang yang ingkar. "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (keraguan). Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (ingkar kepada Allah). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS. Al-Hajj: 11)

Dan ada pula yang sebaliknya. "Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan dan di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung, maka mereka berdo'a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada-Nya semata-mata: "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur". Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa yang benar." (QS. Yunus: 22-23)

Adapun orang yang benar dalam beriman ia akan senantiasa bertakwa kepada Allah dan menghambakan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun. Bila ia mendapat kesenangan, kemudahan, dan kekayaan ia bersyukur. Namun jika ditimpa kesulitan, kesusahan, dan kemiskinan ia bersabar.
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh seluruh urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ditimpa kesenangan ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka hal itu juga baik baginya." (HR. Muslim dari Shuhaib ar-Rumi)

. . . orang yang benar dalam beriman ia akan senantiasa bertakwa kepada Allah dan menghambakan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun.

Keterpurukan Umat Islam Ujian Bagi Mereka

Bahkan dominasi kafir atas umat Islam merupakan bagian dari ujian Allah. Serangan musuh-musuh atas mereka dengan lisan, tulisan, informasi, sampai invasi militer, baik dilakukan dengan tangan-tangan kafir musyrik secara langsung maupun melalui tangan-tangan antek-antek mereka dari kalangan thaghuut, merupakan bagian ujian keimanan bagi mereka. Siapakah yang tetap istiqamah dalam kondisi fitnah ini? Dan siapakah yang berpaling dan menjual keimanannya kepada orang-orang kafir untuk mendapatkan dunia? Siapa yang benar-benar membela Allah dan siapa yang takut kepada musuh-musuhNya?

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

"Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS. Al-Hadid: 25)

Padahal Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Tidak ada sesuatu yang melemahkan dan mengalahkanNya. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Dia Maha Kuasa untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya. Tetapi Dia menguji para waliNya dengan musuh-musuhNya supaya nampak jelas siapa yang mau menolong Allah dan rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Lalu Dia akan menolong siapa yang menolong-Nya dan meneguhkan langkahnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad: 7)

Lalu "Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal." (QS. Ali Imran: 160)

Tetapi Dia menguji para waliNya dengan musuh-musuhNya supaya nampak jelas siapa yang mau menolong Allah dan rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.

Lalu Dia akan menolong siapa yang menolong-Nya dan meneguhkan langkahnya.

Kesabaran Bagi Seorang Mukmin

Seorang muslim dalam kehidupannya banyak memerlukan kesabaran. Ia senantiasa berada dalam kebaikan selama ia mampu menjaga kesabarannya. Ketaatan membutuhkan kesabaran. Meninggalkan maksiat juga membutuhkan kesabaran. Apalagi dalam menghadapi musibah, sangat dibutuhkan kesabaran. Karenanya, kesabaran adalah kekuatan yang tiada bandingnya. Cahaya yang senantiasa meyinari pemiliknya dan senantiasa menuntun kepada al-haq dan kebenaran. Wajarlah jika seorang muslim yang sabar banyak mendapat pujian dari Allah dan derajat yang tinggi di sisi-Nya.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)

Keutamaan Sabar

Iman terbagi menjadi dua bagian; setengahnya sabar dan sisanya adalah syukur. Barangsiapa yang mengharapkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat hendaknya tidak menyepelekan dua hal ini.

Imam Ahmad menyebutkan bahwa kata sabar disebutkan oleh Allah pada 90 tempat dalam Al-Qur'an yang diikuti dengan keterangan-keterangan tentang berbagai kemuliaan dan derajat yang tinggi, serta menjadikan kemuliaan dan derajat yang tinggi ini sebagai buahnya. Di antaranya:

1. Allah telah memuji orang-orang yang sabar dan mejanjikan bagi mereka pahala yang tidak terputus.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)

2. Allah senantiasa menyertai mereka dengan hidayah, pertolongan, dan kemenangan yang dekat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)

3. Allah mencintai mereka.

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar." (QS. Ali Imran: 146)

4. Allah menjadikan syarat kepemimpinan dalam dien ada pada sabar dan yakin.

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآَيَاتِنَا يُوقِنُونَ

"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)

5. Dengan sabar dan takwa musuh tidak akan mampu mengalahkan umat Islam sekuat apapun mereka. Sedangkan tipu daya mereka tidak lah beguna atas orang-orang yang penyabar.

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

"Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (QS. Ali Imran: 120)

"Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." (QS. Ali Imran: 186), dan keutamaan-keutamaan yang lainnya.

(PurWD/voa-islam.com)

Doa Saat Ditimpa Kesulitan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Dalam menjalani kehidupan ini, sering kita dihadapkan pada kesulitan. Terkadang kesulitan itu amat berat sehingga membuat kita hampir putus asa. Namun, keimanan akan kuasa Allah Ta’ala yang tidak terhingga, menjadikan kita tetap bersabar dan memiliki harapan. Sesungguhnya alam semesta berada di bawah kuasa dan kendali Allah Ta’ala. Semuanya patuh kepada ketetapan dan kehendak-Nya. Tidak ada yang bisa bergerak atau bertingkah laku kecuali dengan daya, kekuatan, kehendak, dan izin-Nya. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. Sebaliknya, yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi.

Minggu, 20 Maret 2011

Khutbah Jum'at

Iman memiliki banyak cabang, salah satunya adalah sifat malu. Dalam berbagai hadits disebutkan diantara syarat-syarat orang beriman,misalnya,"Barangsiapa beriman kepada ALLOH dan hari kiamat, hendaknya menghormati tetangganya."Maka orang yg beriman malu utk melakukan tindakan yg merugikan tetangganya, menyakiti tetangganya, dsb.

Rasululloh SAW sendiri bersabda,"Iman itu mempunyai 60 lebih cabang, dan malu merupakan cabang (bagian) dari iman." (HR Bukhari)
Iman dan malu ibarat 2 sejoli yg tdk dpt dipisahkan, jika salah satu tiada maka yg lain juga tiada. "Sesungguhnya malu dan iman itu selalu berbarengan, apabila salah satu diantaranya dihilangkan (diangkat) maka yang lainnyapun akan hilang." (HR. Imam Hakim dan Ibnu Umar).
Jika iman lenyap dari para penyelenggara negara, maka kasus suap menyuap akan terjadi. Dan masih banyak perilaku2 memalukan lainnya jika iman sudah lenyap dari dalam hati seseorang.
Orang mukmin akan malu pada ALLOH SWT, sehingga dia akan selalu berusaha memelihara kepala dan apa yg ada di dalamnya (pikirannya dari hal2 negatif yg akan merugikan orang lain). Dia juga akan memelihara perutnya dari makanan minuman yg diharamkan ALLOH SWT. Juga akan memelihara hati dari sifat2 yg merugikan seperti iri, dengki, dan penyakit hati lainnya.
Orang mukmin juga mesti malu dg malaikat, terutama Raqib dan Atid, sehingga akan selalu berusaha berbuat lebih banyak kebaikan. Rasululloh SAW bersabda,"Hendaknya kalian merasa malu kepada ALLOH dengan sebaik-baik rasa malu". Para shahabat berkata, "Ya Rasululloh, alhamdulillah, kami semua malu kepada-Nya". Beliau Saw menimpali, "Bukan demikian, tetapi jika kita benar-benar merasa malu kepada ALLOH, hendaknya kepala dan semua yang ada dalam kepala itu (termasuk mulut, mata dll), hendaknya menjaga perut dan sekitarnya dari segala yang dilarang, selalulah mengingat kematian dan masa kehancuran. Dan barangsiapa menginginkan akhirat, hendaknya dia tinggalkan hiasan dunia". (HR. At- Turmudzi).
ALLOH SWT juga berfirman,"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yg dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yg lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yg diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yg selalu hadir." (Qaaf:16-18)
Rasa malu akan mempengaruhi sikap dan sifat manusia dalam menjalani kehidupan ini. Mereka akan lebih berhati-hati dalam bertindak, apakah perbuatan mereka melanggar aturan ALLOH SWT atau tidak. Rasululloh SAW bersabda,"Sesungguhnya di antara perkataan nubuwah pertama yang diketahui manusia adalah: Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu." (HR. Bukhari)
Orang yg mempunyai sifat malu tidak akan melakukan tindakan yg merugikan diri sendiri atau orang lain. "Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga kita termasuk orang yg memiliki rasa malu terhadap ALLOH SWT, malaikat, dan manusia.

Tata Cara Sujud Sahwi

Alhamdulillah Untuk tata cara dan pelaksanaan sujud sahwi, akan saya salinkan penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitabnya, 257 Tanya Jawab, Fatwa-Fatwa Al-'Ustaimin
SUJUD SAHWI
Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Kapan wajibnya sujud sahwi, sebelum atau sesudah salam ..?"
Jawaban: Sujud sahwi adalah dua kali sujud yang dilakukan orang shalat untuk menambal kekurang sempurnaan shalatnya lantaran kena lupa. Sebab kelupaan ada tiga ; kelebihan, kekurangan dan keraguan.
Kelebihan (tambah) : Jika yang shalat sengaja menambahkan berdiri, duduk, ruku' atau sujud, batallah shalatnya.
Jika ia lupa akan kelebihannya dan baru sadar ketika sudah selesai, maka ia wajib sujud sahwi. Jika sadarnya itu terjadi di tengah-tengah shalat, hendaklah ia kembali ke shalatnya lalu sujud sahwi. Contohnya, jika ia lupa shalat Zuhur lima raka'at dan baru ingat sedang tasyahud, hendaklah ia sujud sahwi dan salam. Jika ingatnya itu di tengah-tengah raka'at kelima, hendaklah langsung duduk tasyahud dan salam. setelah itu sujud sahwi dan salam.
Cara di atas bersumber kepada hadits dari Abdullah bin Mas'ud yang menerangkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah shalat Zhuhur lima rakaat. Lalu ditanyakan apakah ia menambahkan raka'at shalat .? Maka setelah para sahabat menjelaskan bahwa beliau shalat lima raka'at, beliau langsung bersujud dua kali setelah salam (shalat). Riwayat lain menjelaskan bahwa ketika itu beliau berdiri membelahkan kedua kakinya sambil menghadap kiblat lalu sujud dua kali dan salam.
Sujud sahwi terkadang dilakukan sebelum salam dalam dua tempat :
Pertama. Jika seseorang kekurangan dalam shalatnya, berdasarkan hadits Abdullah bin Buhainah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sujud sahwi sebelum salam ketika lupa tasyahud awal.
Kedua. Ketika yang shalat ragu-ragu atas dua hal dan tak mampu mengambil yang lebih diyakininya, seperti yang dijelaskan oleh hadits Abi Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'anhu tentang orang yang ragu-ragu dalam shalatnya, apakah tiga atau empat raka'at. Ketika itu, orang tersebut disuruh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam agar sujud dua kali sebelum salam. Hadits-hadits yang barusan telah dikemukakan lafaznya dalam bahasan sebelumnya.
Sedangkan sujud sahwi sesudah salam, dilakukan dalam dua hal :
Pertama. Ketika kelebihan sesuatu dalam shalat sebagaimana yang terdapat dalam hadits Abdullah bin Mas'ud tentang shalat Zuhur lima raka'at yang dialami Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau sujud sahwi dua kali ketika sudah diberitahu oleh para sahabat. Ketika itu beliau tidak menjelaskan bahwa sujud sahwinya dilakukan setelah salam (selesai) karena beliau tidak tahu kelebihan. Maka hal ini menunjukkan bahwa sujud sahwi karena kelebihan dalam shalat dilaksanakan setelah salam shalat, baik kelebihannya itu diketahui sebelum atau sesudah salam.
Contoh lain, jika orang lupa membaca salam padahal shalatnya belum sempurna, lalu ia sadar dan menyempurnakannya, berarti ia telah menambahkan salam di tengah-tengah shalatnya. Karena itu, ia wajib sujud sahwi setelah salam berdasarkan hadits Abu Hurairah yang menerangkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat Zuhur atau Ashar sebanyak dua raka'at. Maka setelah diberitahukan, beliau menyempurnakan shalatnya dan salam. Dan setelah itu sujud sahwi dan salam.
Kedua. Jika ragu-ragu atas dua hal namun salah satunya diyakini. Hal ini telah dicontohkan dalam hadits Ibnu Mas'ud sebelumnya.
Jika terjadi dua kelupaan, yang satu terjadi sebelum salam dan yang kedua sesudah salam, maka menurut ulama yang terjadi sebelum salamlah yang diperhatikan lalu sujud sahwi sebelum salam.
Contohnya, umpamanya seseorang shalat Zuhur lalu berdiri menuju raka'at ketiga tanpa tasyahud awal. Kemudian pada raka'at ketiga itu ia duduk tasyahud karena dikiranya raka'at kedua dan ketika itu ia baru ingat bahwa ia berada pada raka'at ketiga, maka hendaklah ia bediri menambah satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi serta salam.
Yakni dari contoh di atas diketahui bahwa lelaki tersebut telah tertinggal tasyahud awal dan sujud sebelum salam. Ia-pun kelebihan duduk pada raka'at ketiga dan hendaknya sujud (sahwi) sesudah salam. Oleh sebab itu, apa yang terjadi sebelum salam diunggulkan. Wallahu 'alam
[257 Tanya Jawab, Fatwa-Fatwa Al-'Ustaimin, hal 146-148 Gema Risalah Press]