Senin, 12 Maret 2012

SEBAB-SEBAB KEKALAHAN UMAT


Syariat Islam itu indah, keindahannya akan semakin tampak ketika kita menyelami konsep-konsep dalam mengajarkan tatanan kepada pemeluknya dalam mengarungi perjalanan hidup ini (terlebih dalam mengajarkan konsep peperangan). Diantara konsep yang Allah ajarkan kepada umat ini adalah yang tertera dalam ayat Allah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ.
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. al Anfal : 45-46)
Secara tersirat, ayat tersebut menggambarkan kepada kita rambu-rambu yang wajib dipatuhi ketika melaksanakan suatu ekpedisi maupun
Imam al Qurthuby mengatakan “berteguh hatilah kamu yakni ketika bertemu (berada di medan perang) dengan orang kafir. sebagaimana diterangkan dalam ayat sebelumnya bahwa dilarang lari dari medan perang sehingga ini merupakan penekanan bahwa kita harus tetap berperang melawan mereka dan terus sabar didalamnya”[1]
Beliau melanjutkan “Ulama memaknai kalimat dzikir pada ayat diatas dengan tiga makna; Pertama : berdzikirlah kepada Allah ketika hati terasa gundah, karena sesungguhnya berdzikir membantu seseorang untuk tetap berteguh diri ketika ditimpa kesusahan. Kedua : teguhkan hatimu dan teruslah berdzikir dengan lisanmu, karena ketika bertemu dengan musuh hati ini tidak akan bisa tenang dengan lisan yang diam tidak berdzikir. sehingga diperintahkannya hal ini agar hati tetap teguh yakin dan lisan tetap terus berdzikir kepada Allah, sebagaimana yang diucapkan oleh pasukan Tholut ‘Ya Tuhan Kami, tuangkanlah kesabaran atas diri Kami, dan kokohkanlah pendirian Kami dan tolonglah Kami terhadap orang-orang kafir.” Ketiga : ingatlah akan janji-janji Allah yang disediakan bagi kalian untuk ketentraman dan keamanan kalian.”[2]
Sayyid Qutb berkata “Inilah penunjang untuk menuju kemenangan yang haqiqi; diantaranya adalah berteguh hati ketika bertemu dengan musuh, menyambung ikatan kepada Allah dengan berdzikir, mentaati Allah dan RasulNya, menjauhi ikhtilaf dan sengketa, bersabar terhadap tekanan-tekanan di medan perang, dan berhati-hati dengan sifat sombong, riya’ dan berbuat ceroboh.”[3]
Selain itu Allah juga menggambarkan kepada kita tentang peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan kondisi umat ini ketika mengalami kekalahan, bukan untuk bersedih hati/meratapinya akan tetapi untuk mengambil pelajaran berharga dari peristiwa tersebut. Dan hampir 99 % penyebab kekalahan umat ini adalah mengabaikan perkara-perkara yang telah Allah ajarkan (sebagaimana tertera dalam ayat diatas), salah satu ataupun semuanya.
Diantara kekalahan umat ini adalah ketika terjadinya peristiwa perang hunain; Allah menceritakannya dalam ayat berikut :
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan perang yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (Qs. At Taubah : 25)
Abu Bakar al Jazairi mengatakan “Ingatlah ketika kalian memerangi kabilah hawazin, sebagai nostalgia tentang kekalahan yang menimpa kaum muslimin yang disebabkan karena kesalahan diantara mereka yakni sombong dan tertipu dengan banyaknya jumlah. “Hari ini kita tidak akan dikalahkan di lembah ini” kata mereka, hingga ketika para musuh melemparkan manjaniq dan anak panah sedangkan kaum muslimin tidak tahu bagaimana menangkisnya seakan bumi ini menjadi sempit. Kemudian merekapun berbalik lari kebelakang dengan bercerai berai, dan hampir tidak ada yang tetap teguh kecuali Rasulullah saw.”[4]
Dari keterangan diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa diantara sebab kekalahan kaum muslimin ketika perang hunain adalah Sombong dan Ujub (bangga diri) dengan jumlah yang dimiliki. Makanya Allah melarang hal itu walaupun kepada musuh/orang-orang kafir.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ
dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Al Anfal : 47)
Gambaran lain yang Allah abadikan tentang kekalahan kaum muslimin adalah ketika peristiwa perang uhud. Allah swt berfirman :
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
dan Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu[237] dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai[238]. di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka[239] untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.” (Qs. Ali Imran : 152)
Imam Syaukani menjelaskan “Ayat ini turun berkenaan dengan sebagian kaum muslimin yang berkata “oleh sebab apa kita ditimpa musibah ini…? Padahal Allah sudah menjanjikan kemenangan”. Ternyata kemenangan yang diraih kaum muslimin waktu itu adalah diawal pertempuran dengan terbunuhnya pembawa bendera kaum musyrikin dan 9 setelahnya. Tapi ketika mereka sibuk dengan ghanimah yang menyebabkan para pemanah turun meninggalkan posisi, maka saat itulah barisan kaum muslimin porak-poranda”[5]
Abu Bakar Jabir al Jazairi menuliskan[6] beberapa pelajaran penting yang bisa diambil dari ayat diatas :
1.      Menyelisihi kepemimpinan yang lurus dan bersengketa ketika sedang berada di medan perang akan menyebabkan kekalahan.
2.      Berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, mempertajam perselisihan diantara umat ini akan mengakibatkan pengaruh yang buruk; paling ringan adalah akibat didunia dengan ditimpa musibah kekalahan dan hilangnya kekuasaan.
3.      Musibah apapun yang menimpa seorang hamba adalah kecil apabila dibandingkan dengan apa yang ada disisi Allah, maka hendaknya bertahmid (mensucikan Allah) agar hal itu tidak menjadi besar.
4.      Secara dhahir kekalahan adalah bentuk dari ancaman, namun secara bathin hal itu bisa menjadi suatu nikmat. Karena kaum mukminin mengetahui bahwa kemenangan dan kekalahan berjalan sesuai sunnah ilahiyah, yang hal ini menjadi pelajaran penting yang tidak akan pernah terlupakan.
5.      Penjelasan hakikat kubra yakni bahwasannya maksiat yang dilakukan seseorang kepada Rasulullah saw satu kali saja akan mengakibatkan rasa sakit, luka, terbunuh dan kekalahan tak terperikan serta hilangnya kebaikan yang banyak. Maka bagaimana dengan mereka yang bermaksiat kepada Rasullullah saw di sepanjang hidupnya, meninggalkan perintahnya dan melanggar larangannya, tanpa ada rasa takut ataupun menyesal.

KESIMPULAN
Bagi kaum muslimin kemenangan dan kekalahan adalah sunnatullah dan kebaikan[7], tapi tidak ada salahnya kalau kita berusaha untuk mencapai kemenangan dan menjauhi perkara-perkara yang menyebabkan kekalahan. Walaupun akhirnya kita tetap menerima hasil tersebut sesuai dengan takdir yang telah Allah tuliskan di lauh mahfudz.
Dalam menyimpulkan hal ini kiranya cukup kalau kita mengambil perkataan yang paling menarik dari sayyid Qutb ketika beliau menafsirkan ayat 45-46 dari surat al Anfal; Sayyid Qutb berkata “Inilah penunjang untuk menuju kemenangan yang haqiqi; diantaranya adalah berteguh hati ketika bertemu dengan musuh, menyambung ikatan kepada Allah dengan berdzikir, mentaati Allah dan RasulNya, menjauhi ikhtilaf dan sengketa, bersabar terhadap tekanan-tekanan di medan perang, dan berhati-hati dengan sifat sombong, riya’ dan berbuat ceroboh.”[8]

Kemenangan akan mudah diraih dengan memperhatikan dan menjalankan dengan betul perkara-perkara tersebut, begitu pula kekalahan akan cepat datang ketika hal-hal diatas diabaikan. Wallahu a’lam bish showab.


[1] Tafsir al Qurthuby : hal 26 juz 8.
[2] ibid.
[3] Tafsir fi dzilalil Qur’an, Sayyid Qutb, hal 417 juz 3.
[4] Aisirut Tafasir, al Jazairi, hal 69 juz 2
[5] Tafsir Fath al Qadir, Imam Syaukani, hal 35 juz 2.
[6] Aisirut Tafasir, al Jazairi, hal 213 juz 1.
[7] Sebagaimana firman Allah : “Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah, Sesungguhnya Kami menunggu-nunggu bersamamu." (Qs. At Taubah : 52)
[8] Tafsir fi dzilalil Qur’an, Sayyid Qutb, hal 417 juz 3.

0 komentar:

Posting Komentar