Menuntut Ilmu

Seandainya tanpa ilmu, maka manusia itu ibarat binatang

Lebih Dekat Dengan Qur'an

Tidaklah sekelompok orang berkumpul untuk mempelajari al-Quran, melainkan akan turun kepada mereka berkah dari Allah.

Jangan Lupa Qiyamul Lail

Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.

Sholat berjamaah

mari semangat sholat lima waktu di masjid.

Halaqoh Quran

Hidup Makmur, Mulia dan Bahagia bersama Al Quran.

Senin, 29 November 2010

Kitab-kitab yang Hendaknya Dipelajari Oleh Penuntut Ilmu

Pertama : Aqidah :

1. Kitab Tsalatsatul Ushul (Tiga landasan utama).

2. Kitab Al Qowaidul Arba’ (Empat Kaidah)

3. Kitab Kasyfusy Syubuhat ( Membongkar syubhat)

4. Kitab At Tauhid

Keempat kitab tersebut adalah karangan Syaikhul Islam Imam Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah........
5. Kitab Al Aqidah Al Wasithiyah yang mencakup tauhid Asma dan sifat. Inilah kitab tebaik yang dikarang dalam bab ini dan amat penting untuk dibaca dan dipelajari.

6. Kitab Al Hamawiyah.

7. Kitab At Tadmuriyah.

Keduanya merupakan risalah yang lebih luas dari pada aqidah al wasithiyah.

Inilah tiga kitab karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah

8. Kitab Aqidah Thahawiyah karya Syaikh Abu Ja’far Ahmad Bin Muhammad At Thahawy.

9. Kitab Syarah Aqidah Thahawiyah karya Abul Hasan Ali Bin Abul ‘Izzy.

10. Kitab Ad Durus Sunniyah Fil Ajwibah An Najdiyah. Disusun oleh Syaikh Abdurrahman Bin Qasim Rahimahullah.

11. Kitab Ad Durroh al Madhiyah fi aqidah al firqah al mardhiyah, karya Muhammad Bin Ahmad As Safaarainy Al Hambaly. Di dalamnya ada beberapa poin yang menyimpang dari madzhab salaf. Seperti ucapannya :

وَلَيْسَ رَبُنَا بِجَوْهَرَ وَلاَ عَرَض

وَلاَ جِسْـــمَ تَعَالَى فِي اْلعُلْيَ

Tuhan kami bukanlah mutiara ataupun materi

Tidak pula berjisim Tuhan kita yang Tinggi dalam ketinggian-Nya.

Oleh karena itu seorang penuntut ilmu harus mempelajarinya melalui seorang syaikh yang memahami akidah salafiyah dengan benar tetapi dia menjelaskan poin-poin yang menyimpang dari akidah salafus salih yang ada di dalamnya.

Kedua : Hadis.

1. Kitab Fathul Bary Syarah Sahih Bukhory karya Ibnu Hajar Al Asqalany Rahimahullah .

2. Kitab Subulus Salam Syarah Bulughul Maram karya Ash Shan’any dan kitabnya ini memadukan antara hadis dan fikih.

3. Kitab Nailul Authar Syarah Muntaqa al Akhbar, karya As saukany.

4. Kitab Umdatul Ahkam karya Al Maqdisy. Ini adalah kitab yang ringkas dan sebagian besar hadis-hadisnya terdapat dalam dua kitab sahih (Shahih Bukhori dan Shahih Muslim) sehingga tidak perlu dibahas kesahihannya.

5. Kitab Arbain An Nawawiyah, karya Abu Zakariya An Nawawy Rahimahullah. Ini adalah kitab yang baik karena di dalamnya terkandung adab dan manhaj yang baik dan kaidah-kaidah yang bermanfaat sekali, seperti hadis :

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

” Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak ada artinya.”[1]

Inilah satu kaidah yang seandainya engkau menjadikannya sebagai jalan yang engkau tempuh maka pasti akan mencukupi. Demikian pula kaidah berbicara (seperti) dalam hadis :

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

” Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”[2]

6. Kitab Bulughul Maram karya Al Hafizh Ibnu hajar Al Asqalany. Ini adalah kitab yang bermanfaat terutama karena dia menyebutkan para perawi dan menerangkan pula orang yang mensahihkan dan mendhaifkan hadis dan memberi komentar terhadap hadis-hadis itu.

7. Kitab Nukhbatul fikr karya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalany yang dianggap mencakup. Bila seorang penuntut ilmu memahaminya secara sempurna maka hal ini akan membuat dia tidak memerlukan kitab lain dalam ilmu mushthalah. Ibnu Hajar Rahimahullah mempunyai metoda yang baik dalam menyusunnya yaitu : yang pokok dan pembagian (cabang). Maka seorang penuntut ilmu dia akan merasa semangat jika membacanya karena dibangun berdasarkan hasil pemikiran akal. Dan saya katakan : Amat baik bagi penuntut ilmu untuk menghafalkannya karena merupakan ringkasan yang amat bermanfaat dalam ilmu mushthalah.

8. Kitab yang enam (Al Kutubus Sittah) yaitu : Sahih Bukhary, Sahih Muslim,Sunan An Nasai, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan At Tirmidzi. Saya nasihatkan agar para penuntut ilmu banyak membaca kitab-kitab ini karena di dalamnya terkandung dua faidah :

a). Merujuk kepada yang ushul (pokok).

b). Mengulang-ulang nama-nama perawi dalam ingatannya. Bila engkau mengulang-ulang nama-nama perawi, hampir tidak pernah dalam sanad manapun yang tidak bertemu dengan salah seorang rawi Bukhari – umpamanya – maka akan lebih dikenal bahwa dia adalah perawi Bukhari maka dia bisa mengambil faidah dalam ilmu hadis ini.

Ketiga : Fikih.

1. Kitab Adabul Masyyi ilaash Shalah karya Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah.

2. Kitab Zaadul Mustaqni’ fi Ikhtisharil Muqni’ karya Al Hijawy, dan ini adalah sebaik-baik matan dalam hal fikih dan merupakan kitab yang diberkahi, ringkas, dan padat. Guru kami telah mengisyaratkan kepada kami untuk menghafalkannya padahal beliau telah menghafalkan matan Daliluth Thalib.

3. Kitab Ar Raudhul Murabbi’ Syarah Zaadul Mustaqni’ karya Syaikh Mansur Al Bahuty.

4. Kitab Umdatul Fiqh, karya Ibnu Qudamah Rahimahullah.

Keempat : Faraidh.

1. Matan Ar Rahabiyyah, karya Ar Rahabby

2. Kitab Matan Al Burhaniyyah, karya Muhammad Al Burhany. Ini adalah kitab tang ringkas, bermanfaat, dan mencakup semua masalah faraa-idh. Dan saya melihat bahwa Al Burhaniyyah lebih baik dari pada Ar Rahabiyyah, karena Al Burhaniyyah lebih lengkap dari Ar Rahabiyyah dari satu aspek dan informasinya lebih lengkap dari aspek yang lain.

Kelima : Tafsir.

1. Kitab Tafsir Al Quran Al Adhim karya Ibnu Katsir Rahimahullah. Ini adalah kitab yang bagus dalam masalah tafsir dengan atsar, bermanfaat dan aman, tetapisedikit kandungan I’rab dan balagahnya.

2. Kitab Taisir Al Karim Ar Rahman Fi Tafsir Al Manan karya Syaikh Abdur Rahman As Sa’dy Rahimahullah. Ini adalah kitab yang bagus, mudah dan aman. Saya nasihatkan untuk dibaca.

3. Kitab Muqaddimah Syaikhul Islam Fii Tafsiir dan ini adalah muqaddimah yang penting dan bagus (dalam ilmu tafsir).

4. Kitab Adhwa ul Bayan, karya Al Allamah Muhammad Asy Syinqithy Rahimahullah. Ini adalah kitab yang memadukan antara hadits, fikih,tafsir, dan ushul fiqh.

Keenam : Kitab-kitab umum dalam beberapa disiplin ilmu.

1. Dalam hal Nahwu : Matan Al Ajuruumiyyah. Ini adalah kitab yang ringkas namun padat.

2. Dalam hal Nahwu : Alfiyyah Ibnu Malik. Ini adalah ringkasan ilmu Nahwu

3. Dalam masalah siirah (sejarah) kitab terbaik yang saya lihat adalah : Zaadul Ma’ad, karya Ibnul Qayyim Rahimahullah. Ini adalah kitab yang bermanfaat sekali yang menerangkan sejarah Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Salam dalam segala aspek (kehidupan), kemudian banyak diterangkan aspek hukumnya.

4. Kitab Raudatul ‘Uqala, karya Ibnu Hibban Al Busty Rahimahullah. Ini adalah kitab yang amat bermanfaat sekalipun amat ringkas dan banyak menghimpun pelajaran dan kisah-kisah para ulama, para ahli hadis, dan yang lainnya.

5. Kitab Siyar A’laamin Nubalaa’. Karya Adz Dzahabi. Ini adalah kitab yang amat banyak manfaatnya dan banyak mengandung pelajaran yang harus dibaca dan dipelajari oleh para penuntut ilmu.

Diterjemahkan dari Kitab Al-Ilmu Karya Syaikh Al-Utsaimin Rohimahulloh
[1] Dikeluarkan oleh Imam Ahmad (1/201). Tirmidzi (2318) dan dihasankan oleh An Nawawy dalam riyadhus salihin halaman 73 dan disahihkan oleh Ahmad Syakir (musnad/1737). [2] Dikeluarkan oleh Bukhary, kitab adab. Muslim, kitab luqathah, bab bertamu.

Sumber: http://ustadz.abuhaidar.web.id/

TIPS BELAJAR EFEKTIF

Musim liburan sudah berlalu sekarang waktunya balik lagi ke sekolah. Ada baiknya
kamu buat persiapan yang baik buat satu semester ke depan. Persiapannya itu bukan
hanya masalah buku tulis atau baju seragam saja, bahkan ada yang lebih penting lagi.
Pertama, tentukan target kamu di semester ini apa trus........
buat jadwal harian yang isinya
langkah-langkah menuju target tersebut. Nah, supaya target belajarmu lebih cepat golnya,
simak deh tips-tips dari teman kamu di seluruh dunia soal belajar yang efektif.
1.

Seorang teman dari Amerika memberi saran belajar yang dia dapat dari ayahnya.
Hari pertama sekolah, ulang kembali pelajaran yang telah didapat. Setelah itu baca
singkat dua halaman materi berikutnya buat cari kerangkanya saja. Begitu pelajaran
tersebut diterangkan guru esoknya, kamu sudah punya gambaran atau dasarnya, tinggal
menambahkan saja apa yang belum kamu tahu. Jadi begitu pulang sekolah, kamu hanya
mengulang saja untuk mencari kesimpulan atau ringkasan.
2.

Usahakan selalu konsentrasi penuh waktu mendengarkan pelajaran di sekolah. Materi yang kamu dengar bakal mudah dipanggil lagi begitu kamu menghapal ulang pelajaran.
3.

Beberapa temanmu merekomendasikan untuk mengetik ulang catatan pelajaran ke
dalam komputer. Logikanya, dengan mengetik ulang catatan berarti sama saja dengan
membaca ulang pelajaran yang baru saja kamu dapat dari sekolah. Materi yang diulang
tadi bisa tersimpan di memori otak buat jangka waktu yang lama. Lebih bagus lagi kalo
kamu mau membaca kembali atau mempelajari catatan tersebut setelah diketik. Susah
lupanya!
4.

Cara lain adalah dengan membaca ulang catatan pelajaran kemudian buat
kesimpulan dengan kata-katamu sendiri. Supaya dapat terpatri lama di memori, tulis
kesimpulan kamu tadi di secarik kertas kecil seukuran kartu nama. Kartu-kartu tersebut
efektif untuk mengulang dan membaca singkat kala senggang.
5.

Teman lainnya menyarankan untuk selalu menggunakan buku catatan yang
berbeda pada setiap mata pelajaran. Cara ini dinilai lebih teratur sehingga pada waktu
ingin mengulang suatu pelajaran kita tidak perlu lagi harus membuka semua buku.
6.

Mengulang pelajaran tidak selamanya harus dengan membaca atau menulis. Mengajari teman lain tentang materi yang baru diulang bisa membuatmu selalu ingat akan materi tersebut. Bagusnya lagi, kamu menjadi lebih paham akan materi tersebut.
7.

Belajar mendadak menjelang tes memang tidak efektif. Paling nggak sebulan
sebelum ulangan adalah masa ideal buat mengulang pelajaran. Materi yang banyak bukan
masalah. Caranya : selalu buat ringkasan atau kesimpulan pada setiap pelajaran, kalau
perlu pakai tabel atau gambar ilustrasi supaya mudah diingat.

ABU HURAIRAH

Nama beliau yang sebenarnya sebelum masuk islam adalah Abu Syamsi, kemudian setelah beliau masuk islam ia diberi nama oleh Rasulullah dengan nama Abdurrahman bin Shohrin Adduwaysie , adapun kemudian ia dijuluki dengan Abu Hurairah .........
karena Ia sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seeokor kucing, yang selalu diberi makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberi tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang-bayangnya. Inilah sebabnya ia diberi gelar "Bapak kucing" Semoga Allah ridlo kepadanya dan menjadikannya ridla kepada Allah….!

B. Otaknya Menjadi Gudang Pembendaharaan Pada Wahyu.
Sahabat mulia Abu Hurairah termasuk salah seorang yang memiliki bakat yang istimewa, beliau mempunyai bakat yang luar biasa dan kekuatan ingatannya. Abu Hurairah mempunyai kelebihan dalam seni menghafal dan menyimpan apa yang didengarnya, ditapungnya lalu dihafalkan hingga ia tak pernah melupakan satu kata atau satu hurufpun dari apa yang telah ia dengarnya, sekalipun usia telah bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah ia mewakafkan hidupnya lebih banyak untuk mendampingi Rasulullah sehingga termasuk orang yang terbanyak menghafal dan menerima hadits dari Rasulullah.
Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah. Mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalah gunakan ketenarannya dalam meriwayatkan hadits dari Nabi Saw; hingga sering mereka mengeluarkan sebuah hadits dengan menggunakan kata-kata ”bekata Abu Hurairah…."
Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai hadits dari Nabi Saw. Menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usah susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di telah dihabiskan oleh tokoh-tokoh ulama hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berkhidmat kepada hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan kedalamnya.
Abu Hurairah berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak kedalam islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.
Beliau adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi islam, dengan segala perubahan yang ia buat. Dari orang upahan menjadi induk orang yang mengupah atau majikan, dari seorang yang terlunta-lunta ditengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan ikutan! Dan dari seorang yang sujud kepada batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah. Beliau berkata ; _"Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin, aku menerima upah sebagai pembantu pada Basrah binti Ghazwan demi untuk mengisi isi perutku. !aku lah yang melayani keluarga itu bila sedang ingin berpergian, sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Bushrah, maka segala puji bagi Bagi Allah yang telah menjadikan agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah ikutan umat…!"
Ia datang kepada Nabi Saw pada tahun ketujuh hijriyah sewaktu beliau berada di khoibar; ia memeluk islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan, dan semenjak ia bertemu dengan Nabi Saw dan berabaiat kepadanya, hampir-hampir ia tidak pernah berpisah lagi dari padanya kecuali pada saat-saat waktu tidur. Begitulah berjalan selama empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah Saw, yakni sejak ia masuk islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke Maha Tinggi. Kita katakan, "Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan sampai keapada seluruh perbuatan dan pendengaran.
Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan penting dalam berbakti kepada agama Allah, beliau adalah orang yang mampu melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajaran agama, pada waktu memang ada para sahabat yang mampu menulis, tetapi jumalah mereka sedikit sekali, apalagi sebagiannya tak mempunyai kesempatan untuk mencatat hadits-haits Rasulullah.
Sebenarnya Abu Hurairah bukanlah seorang penulis, ia hanyalah seorang yang menghafal, disamping memiliki kesempatan dan mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan, karena ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak pula perniagaan yang akan diurus.
Ia pun menyadari bahwa ia termasuk orang yang masuk islam belakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti rasul terus menerus dan secara tetap mengikuti majelisnya, kemudian disadari pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan doa Rasul, agar pemilik bakat ini deberi Allah berkat.
Ia menyiapkan dirinya menggunakan bakat dan kemampuan karuia ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian. Dan beliau adalah seorang yang misikin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka dia hadir disaat yang lainnya absen keran kesibukan, dan disuatu hari Rasul pernah berbicara kepada para sahabat :
"Siapa yang membentangkan surbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian ia meraihnya kedirinya, maka ia takkan terlupa akan suatupun dari apa yang telah didengarnya dari padaku." (HR. Bukhori no 2047, Muslim 2492)
Maka kuhamparkan kainku, lalu ia berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu kederiku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang aku dengar dari padanya. Demi Allah kalau bukan karena tidak adanya ayat didalam kitabullah niscaya tidak akan ku kabarkan kepada kalian sedikitpun ! ayat ini adalah ;
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, (Qs. Albaqarah 159)
Oleh sebab itu ia harus saja memberitakan, tak suatu pun yang menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya, hingga pada suatu hari Umar berkata kepadanya, "Hendaklah kamu hentikan menyampaikan kabar dari Rasulullah! Jika tidak maka akan kukembalikan kamu ketanah Daus.
Tetapi larangan ini tidak mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hal itu hanyalah sebagai pengukuhan dari suatu pandangan yang dianul oleh Umar, yaitu agar ornag-orang islam dalam jangka waktu tersebut, tidak mebaca dan menghafalkan yang lain, kecuali Al-Qur'an sampai ia mantap dan melekat dalam hati sanubari dan pikiran.
Al-Qur'an adalah kitab suci Islam, undang-undang dasar dan kamus lengkapnya, dan terlalu banyaknya cerita tentang Rasulullah, terlebih lagi saat menyusul wafatnya Saw, saat sedang dihimpunnya Al-Qur'an, dapat menyebabkan kesimpangan dan campur baur yang tak perlu terjadi.
Oleh karena itu Umar berkata kepadanya, "Sibukkanlah dirimu dengan Al-Qur'an karena dia adalah kalamullah." Dan katanya lagi, "Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah, kecuali yang mengenai amal perbuatannya, "
Dan sewaktu beliau mengutus Abu Musa Al-As'ary ke Irak ia berpesan kepadanya, "Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum yang dalam masjid mereka terdengar bacaan al-qur'an seperti suara lebah. Maka biarkanlah seperti itu dan jangan engkau bimbangkan mereka, dengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukaung kamu dalam hal ini.
Abu Hurairah menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan ia teguh juga terhadap dirinya dan memenuhi amanat, hingga ia tak mau menyembunyikan suatu pun dari hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa menyebunyikan adalah dosa dan kejahatan.
Pada suatu hari Marwan bin Hakam, bermaksud ingin menguji kemampuan hafalan dari Abu Hurairah, maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits dari Rasulullah, sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dindig. Sesudah berlalu selama satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali, dan dimintanya membacakan hadits-hadits yang dulu itu yang telah ditulis oleh sekretarisnya, ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah, walau sepatah katapun.
Ia berkata tentang dirinya, "Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin Amr bin Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak..!"
Abu Hurairah termasuk ahli ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, selalu melakukan ibadat bersama-sama istrinya dan anak-anaknya semalam-malaman secara bergiliran; mula-mula ia berjaga-jaga sampai sambil shalat sepertiga malam kemudian dilanjutkan oleh istrinya sepertiga malam dan sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh putrinya..,"dengan demikian tak ada saat pun yang berlalu setiap malam dirumah Abu Hurairah, melainkan berlangsung disana ibadat, dzikir dan shalat. !
Karena keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasul, ia pernah menderita kepedihan lapar yang jarang diderita orang lain. Rasa sakit menggigit perutnya, maka diikatnya batu dengan surbannya dengan kedua tangannya, lalu terjatuhlah ia dimasjid sambil menggeliat-geliat kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan, padahal sama sekali bukan..!
Abu Hurairah hidup sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid, tak pernah ia ketinggalan perang, dan tidak pula dari ibadat. Dizaman Umar bin Khatthab ia diangkat sebagai seorang amir untuk daerah Bahrain, sedang umar sebagaimana yang kita ketahui adalah seorang yang keras dan teliti terhadap pejabat-pejabat yang diangkatnya. Apa bila ia mengangkat seseorang sedang ia mempunyai dua pasang pakaina, maka sewatu meninggalkan jabatannya nanti, haruslah orang itu hanya mempunyai dua pasang pakain juga, malah lebih utama kalau ia memiliki satu pasang saja! Apabila waktu meninggalkan jabatan itu terdapat tanda-tanda kekayaan, maka ia takkan luput dari interogasi Umar, sekalipun harta tersebut berasal dari hartanya yang halal! Suatu dunia lain yang di isi oleh Umar dengan hal-hal luar biasa dan mengagumakan..!
Rupanya sewaktu Abu Hurairah memangku jabatan sebagai kepala daerah Bahrian ia telah menyimpan harta yang berasal dari sumber yang halal. Hal ini diketahui oleh Umar, maka ia pun dipanggilnya kemadinah, dan Umar berkata, "Hai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, apa engkau telah mencuri harta Allah ? maka beliau menjawab, "Aku bukan musuh Allah dan tidak juga kitab-Nya, akan tetapi aku menjadi musuh orang yang memusuhi keduanya dan aku bukanalah orang yang mencuri harta Allah ! dari mana kamu peroleh sepuluh ribu itu ? beliau menjawab kuda kepunyaanku beranak pinak dan pemberian orang berdatangan. Kembalikan harta itu keperbendaharaan negara (baitul mall).
Abu Hurairah menyerahakan hartanya itu kepada Umar, kemudian ia mengangkat tangannya kearah langit sambil berdoa. "Ya Allah ampunilah Amirul Mukminin…'
Tak selang beberapa lamanya. Umar memanggil Abu Hurairah kembali dan menawarkan jabatan kepadanya diwilayah baru. Tapi ditolaknya dan dimintanya maaf karena tak dapat menerimanya. Kata Umar kepadanya, "Kenapa apa sebabnya?" jawab Abu Hurairah; "Agar kehormatanku tidak sampai tercela, hartaku tidak dirampas, punggku tidak dipukul…!' kemudian katanya lagi: "Dan aku takut menghumi tanpa ilmu dan bicara tanpa belas kasih.."
Pada suatu hari sangatlah Abu Hurairah rindu hendak ketemu dengan Allah, selagi orang-orang mengunjunginya dan mendoakannya supaya cepat sembuh dari sakitnya, ia sendiri berulang-ulang memohon kepada Allah dengan berkata, "Ya Allah sesungguhnya aku sudah sangat rindu hendak bertemu dengan-Mu Semoga Engkau pun demikian..!" dalam usia 78 tahun, tahun yang ke-59 H ia pun berpulang kerahmatillah, disekeliling orang-orang shalih penghuni pandam pengkuburan Baki', ditempat yang beroleh berkah, disanalah jasadnya dibaringkan..! dan sementara orang-orang yang mengiringi jenazahnya kembali dari kuburan, mulut dan lidah mereka tiada henti-hentinya membacakan hadits yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasulullah yang mulia.

C. Periwayatan Hadits
Beliau adalah salah seorang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah, beliau meriwatkan hadits sebanyak 5374 hadits. Dan lebih dari 800 orang yang meriwatkan hadits darinya.

D. Guru-Guru dan Murid-Muridnya
 Guru-guru besar Abu Hurairah
 Umar bin Khattab
 Ibnu Abbas
 Ali bin Abi Tholib
 Hasan bin Tsabit Almundzir
 Hamil bin Basroh bin Waqosh
 Saad bin Malik bin Sinan bin Ubaid
 Aisyah binti Abi Bakar
 Abdullah ibnu Salam bin Harits
 Abdullah ibnu Utsman bin Amir
 Utsman bin Affan
 Ubay bin Ka'ab
 Usamah bin zaid
 Ka'ab bin Mati'
 Basroh bin Abi Basroh

 Murid-Murid Abu Hurairah
 Ibrahim bin Ismail
 Ibrahim bin Ibrahim
 Ibrahim bin Abdullah
 Ubad bin Anas
 Abdullah bin harmuz
 Abu Walid Maula Amru khodas
 Abdul Malik bin Abi Hurairah
 Marwan bin Hakam
 Suud bin Malik
 'urak bin Malik
 'amir bin Saad bin Abi waqash
 Muhammad bin Mungkadir
 Atho'
 Urwah bin Zubair

E. Derajat Udul dan Tsiqoh
Pada dasarnya semua sahabat mereka adalah Udul dan Tsiqoh, dan Abu Hurairah adalah merupakan seorang sahabat yang paling tinggi derajat Udul dan Tsiqohnya diantara sahabat-sahabat yang lain.

F. Tempat Tinggal dan Wafatnya Abu Hurairoh
Sebelum beliau meninggal beliau bermukin di Madinah, kemudian pada tahun 57 H beliau wafat, dan kemudian dikuburkan di Baqi'

G. Ringkasan Singkat Biodata Abu Hurairoh
Nama : Abdurrahman bin Sohrin
Nama Ibu : Maimunah binti Shobih
Nasab : Ad-Dausy Al-Yamany
Julukan : Abu Hurairoh
Tempat Tinggal : Madinah
Wafat : Madinah 59 H

H. Daftar Pustaka
 Al-Qur'an Al-Karim
 Mukhtashor shohih bukori
 Shohih Muslim
 Tarikh Tasryi' Al-Islamy. Manna'ul Qatthan. Maktabah Wahbah, Mesir, Cet ke 5/2005 M
 Tarikh Tasryi' Al-Islamy, Hudloir Bik, Darul Ihya', Indonesia
 Rijal Haular Rasul , Kholid Muhammad Kholid, Edisi Indonesia, Cv Diponogoro, Bandung Cet ke 16/2000 M
 Tarikh Khulafa', Imam Suyuty, Maktab Al'asriyah, Beirut 1979 M
 Alkitab Mu'tamar Al'aly Ar-Rabi' Lissiroh Wa Sunnah An-Nabawiyah, Al-Azhar, November 1985 M
 Riyadlus Sholihin, Imam An-Nawawi, Dar As-Salam Riyadh Cet Ke 13/1991 M

ABU DZAR AL GHIFARI

Abu Dzar, nama aslinya adalah Jundub bin Junadah, termasuk dari a'yan sahabat dan ahli zuhud di kalangan mereka. Islam sejak lama di Makkah kemudian kembali kepada kaumnya, .......
tinggal bersama Nabi di Madinah, sakanur rabdzah dan meninggal pada tahun ke-32 H. [Bulughul maram min adillatil ahkam, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalany, hlm.45]

Awal mula keislamannya
SEORANG LELAKI MUDA bernama Jundub bin Junadah, datang ke tempat pemujaan. Suku pemuda itu, Ghifar, memang penyembah berhala bernama Munat. Jundub orang miskin, dan datang ke pemujaan itu untuk mempersembahkan susu. Jundub menanti. Ternyata, berhala Munat tidak meminum susu itu. Toh demikian, Jundub tetap ada di hadapannya.
Beberapa waktu kemudian, muncul seekor rubah yang langsung meminum susu persembahan Jundub tersebut. Sebelum pergi rubah itu mengangkat satu kakinya dan ... mengencingi berhala itu.
Munat tidak bereaksi apa-apa. Akhirnya Jundub tertawa geli. “Kenapa aku menyembah batu bodoh seperti ini?” katanya pada diri sendiri. “Dikencingi pun, dia tidak bereaksi apa-apa! Benar-benar bodoh!”
“Kalau begitu” fikir pemuda itu. “Berhala yang lain pun, seperti Hubal, Latta dan lainnya, juga tidak bisa berbuat apa-apa kalau dikencingi seperti Munat”
Dalam pencariannya, Jundub akhirnya sampai pada kesimpulan: “pasti ADA SESUATU yang lebih dari itu semua. Yang menguasai semua ini!”
Pada saat-saat itulah, Jundub mendengar : katanya ada ‘nabi baru’ di Mekkah. Hal itu katanya juga sudah diramalkan dalam kitab-kitab terdahulu. Dan dikatakan para ahli agama pula.
Penasaran, Jundub mengirim saudaranya, Anis, untuk mengecek kebenaran berita itu. Anis pun melakukan perjalanan sangat jauh, ratusan kilometer, menuju Mekkah. Setelah itu, dia pulang memberitahukan apa yang dilihat.
Jundub lebih penasaran lagi. Karena itu, dia merasa ‘harus membuktikan sendiri’. Gambaran Anis tidak lengkap, karena Anis takut mendekati nabi baru itu !
Sampai di Mekah, Jundub tidak tahu harus pergi ke mana. Untung ada anak muda yang menyapanya dengan ramah. Bahkan kemudian mengajaknya ke rumah. Omong-omong, anak muda itu akhirnya tahu keinginan Jundub. Pemuda itu bersedia mengantarkannya ke Nabi baru yang disebutnya itu.
Anak muda itu bernama Ali.

Perjalanan hidupnya
ABU Dzar al-Ghifari adalah seorang yang berani berterus-terang memberikan pendapat, meskipun kepada seorang khalifah. Menurut riwayat, suatu peristiwa berlaku selepas Saidina Usman bin Affan dilantik menjadi khalifah.
Pada masa itu, Usman memberikan 300,000 dirham kepada seorang yang bernama Marwan, sementara 100,000 dirham lagi kepada Zaid bin Sabit. Peristiwa itu dilihat oleh Abu Dzar.
Disebabkan tidak bersetuju dengan pemberian itu, Abu Dzar menegur khalifah dengan kata-kata: "Gembirakanlah kaum kafir itu dengan neraka." Di samping itu, Abu Dzar juga menyebut ayat al-Quran daripada surah at-Taubah yang antara lain bermaksud: "Dan mereka yang menghimpun emas dan perak dan tidak mengeluarkannya bagi kepentingan menegakkan agama Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang amat pedih pada hari kemudian."
Kata-kata itu memang meninggalkan kesan kepada mereka yang mendengarnya, termasuk Marwan sendiri yang kemudian bertindak mengadukan hal itu kepada khalifah.
Apabila Usman mendapat tahu perkara itu, beliau menghantar seorang utusan yang juga pembantunya untuk menemui Abu Dzar bagimenasihatkannya supaya tidak mengkritik khalifah dengan begitu keras.
Apa yang disampaikan oleh utusan daripada khalifah itu sebaliknya tidak mendatangkan apa-apa kesan kepada Abu Dzar. Beliau tidak menghiraukannya sama sekali. Sebaliknya, lebih menguatkan keazaman Abu Dzar untuk menyuarakan pendapatnya berasaskan kepada kebenaran itu.
Selepas mendengar teguran khalifah yang disampaikan melalui utusan itu, Abu Dzar bertanya kembali: "Apakah Usman mahu melarang aku daripada membaca kitab Allah?"
Pertanyaan itu mengelukan lidah sesiapa saja untuk menjawabnya kerana kata-kata itu tentulah berdasarkan kepada hakikat kebenaran kerana ia bersandar kepada kitab Allah.
Abu Dzar seterusnya melanjutkan kata-katanya: "Sesungguhnya aku lebih memilih mendapatkan keredaan Allah, sekalipun dimarahi Usman, daripada mendapat keredaan Usman tetapi dimurkai Allah."
Mendengar kata-kata itu, utusan berkenaan tidak dapat mempertikaikan apa pun mengenai Abu Dzar. Sikapnya yang jujur, ikhlas dan berani berterus-terang menyuarakan isi hatinya demi kebenaran itu akan ‘mematikan’ apa juga hujah yang di luar landasan agama.
Dengan sikap dan semangat waja itulah, Abu Dzar terus membuat teguran membina kepada Khalifah Usman, termasuk dalam urusan pemerintahannya.
Berikutan kritikannya itu, pada suatu ketika, Usman memerintahkan agar Abu Dzar meninggalkan Madinah dan ke Syam.
Perintah itu tidak diingkarinya, sebaliknya Abu Dzar mematuhinya lalu berpindah ke Syam.
Bagaimanapun, dengan perpindahan itu tidak bermakna Abu Dzar turut menghentikan sikap jati dirinya yang rela menegur sesuatu yang dilihatnya sebagai tidak sesuai atau tidak sejajar dengan ajaran Islam.
Beliau berpegang kepada kebenaran Allah. Justeru, apa saja yang tergelincir daripada dasar itu, beliau tetap menegurnya sekalipun kini tidak tinggal lagi di Madinah.
Ketika di Syam, Abu Dzar terus menegur pembesar yang dilihatnya tidak begitu sesuai dengan ajaran Islam. Di Syam, dia pernah menegur Gabenor Syam, Muawiyah.
Keutamannya
Pada hakikatnya, apa yang disuarakan oleh Abu Dzar dalam pelbagai kritikannya terhadap pembesar negara, termasuk Khalifah Usman dan Muawiyah adalah suara yang mewakili suara majoriti umat Islam.
Sekiranya ada tindakan khalifah yang tidak wajar seperti memberikan banyak kelonggaran kepada tokoh penting sahabat meninggalkan Madinah untuk ke daerah yang jauh dengan memiliki banyak kekayaan, Abu Dzar tetap menegurnya.
Tegurannya dibuat atas dasar membina. Sebaliknya jika pembesar negara berasakan mereka tidak sanggup menerima kritikan setajam itu terpulang kepada mereka.
Abu Dzar sedia menerima apa saja hukuman, termasuk berpindah ke tempat lain tetapi hasratnya untuk menyuarakan pendapat yang benar tetap akan dilaksanakan walaupun tidak menjadi seorang tokoh popular.
Sifat berterus-terang dan berani menyuarakan pendapat demi kebenaran Islam ini adalah suatu ciri yang menjadikannya seorang perawi hadis yang bertanggungjawab.
Kesempurnaan jiwanya
a. Kezuhudan dan ketaqwaannya
Pada suatu hari seorang laki-laki datang ke rumah Abu Dzar. Oang itu melayangkan pandangannya ke setiap pojok rumah Abu Dzar. Dia tidak menemukan apa-apa dalam rumah itu. Karena itu orang tersebut bertanya kepada Abu Dzar :
"Hai Abu Dzar! dimana barang-barangmu ?"
Jawab Abu Dzar, "Kami mempunyai rumah yang lain (di akhirat), barang-barang kami yang bagus telah kami kirimkan ke sana."
Orang tersebut rupanya mengetahui maksud Abu Dzar. Lalu dia berkata pula, "Tetapi nukankah kamu memerlukan juga barang-barang itu di rumah ini (di dunia) ?"
"Tetapi yang punya rumah (Allah) tidak membolehkan kami tinggal di sini (di dunia) selama-lamanya." Jawab Abu Dzar.
Pada suatu ketika Wali Kota Syam mengirimkannya tigaratus dinar. Katanya, "Manfaatkanlah uang ini untuk memenuhi kebutuhan anda !"
Abu Dzar mengembalikan uang itu seraya berkata,
"Apakah Wali Kota tidak melihat lagi seorang hamba Allah yang lebih memerlukan bantuan ?" [Shuar min Hayatish Shahabah, DR. Adurraman Ra'fat Basya, hlm.114]
b. Ibadahnya
c. Takut kepada Allah
d. Ilmunya
e. Kemuliaan
f. Kesabarannya
g. Keberaniannya
Segera setelah Jundub bertemu Muhammad (SAW), dia langsung ‘jatuh cinta’. Lalu bersahadat masuk Islam. “Rahasiakanlah dulu keislamanmu, dan kembalilah ke kampung halamanmu!” perintah Nabi.
“Demi Allah” jawab Jundub yang kemudian lebih dikenal dengan nama Abu Dzar Al-Ghifari, “saya akan menyebarkan Islam di antara orang-orang Quraish!”
Abu Dzar membuktikan ucapannya. Keesokan harinya, dia pergi ke Ka’bah (yang waktu itu masih penuh berhala) dan berteriak: “aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad rasul Allah!”
Orang-orang Quraish kaget dan sangat marah. Lalu mendekati. Karena Abu Dzar terus omong, mereka kemudian memukulinya sampai pingsan.
Keesokan harinya, Abu Dzar berbuat yang sama. Dan orang-orang Quraish lebih ganas memukulinya, sampai Abu Dzar pingsan pula.
ABU DZAR tidak pernah berubah dari ‘sikap dasarnya’ itu. Kebenaran tidak untuk disembunyikan, tapi dibeberkan secara terbuka. Akibat dari sikap itu tidak ada artinya, asal hati tetap bersikukuh hanya Allah satu-satunya yang perlu ditakuti.
Abu Dzar kemudian mampu meng-Islam-kan sukunya, Ghifar. Bahkan juga suku lainnya, Aslam. Kedua suku itu, semuanya, tua-muda lelaki-perempuan, kemudian berbondong-bondong menemui langsung Nabi Muhammad (SAW) ketika telah hijrah ke Madinah.
Nabi Muhammad tersenyum kagum. “Takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar!” kata Nabi pula.
Suatu hari, Nabi bertanya: “Abu Dzar, bagaimana pendapatmu bila menjumpai ada pembesar yang mengambil barang upeti (kekayaan) untuk diri sendiri ?”. Jawab Abu Dzar tegas : “Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedangku!”
“Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu ? Yaitu bersabar sampai kamu menemuiku!”
‘Menemuiku’ artinya: sampai Abu Dzar meninggal. Janji Nabi itu dipegang teguh oleh Abu Dzar: para pembesar di mana pun, asal dijumpai hidup mewah dan berfoya-foya, maka Abu Dzar akan ‘menembaknya’ dengan teriakan kerasnya: “Beritakanlah kepada para penumpuk harta/yang menumpuk emas dan perak/ mereka akan diseterika dengan seterika api neraka/ menyeterika kening dan punggung mereka di hari kiamat!”
Sebagai konsekuensi tindakannya, Abu Dzar kemudian dikenal sebagai “mahaguru hidup sederhana”. Tentu saja, sikapnya itu tidak disenangi para pembesar yang sangat risih pada teriakan teriakan Abu Dzar itu.
“Pemimpin dan pembesar, haruslah yang pertama kali menderita kelaparan sebelum anak buah atau rakyatnya. Sebaliknya, paling belakang menikmati kekenyangan setelah mereka!”

Nasehatnya
Beliau berkata :
"Kesempurnaan taqwa adalah dengan meninggalkan sebagian yang halal karena takut jika hal itu menjadi haram" [Al Wafi fi Syarhil Arba'in an Nawawi, DR. Musthafa al Bugha & Muhyiddin Mistawi, hlm. 86]
Wafatnya
Ketika Rasulullah telah pergi berlalu dengan para sahabat-sahabatnya dan ternyata ada orang-orang yang tidak ikut atau tertinggal. Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, Fulan telah tertinggal". Maka Rasulullah menjawab, "Biarkan dia, maka andai ia masih memiliki kebaikan maka Allah akan menggabungkan dirinya dengan kalian, dan jika ia tidak demikian maka Allah telah menyelamatkan kalian darinya".
Salah seorang sahabat ada yang berkata, "Wahai Rasulullah, Abu Dzar telah tertinggal karena untanya lambat." Rasulullah menjawab, "Biarkan dia, maka andai ia masih memiliki kebaikan maka Allah akan menggabungkan dirinya dengan kalian, dan jika ia tidak demikian maka Allah telah menyelamatkan kalian darinya".
Dan Abu Dzar pun jadi tambah terlambat di atas untanya, maka ketika untanya tidak mampu berjalan lagi, maka Abu Dzar pun mengambil barang-barang bawaannya dan memanggulnya dan berjalan menyurusi jejak kaki Rasulullah. Dan Rasulullah pun turun dari kendaraanya dan kemudian salah seorang pengintai dari sahabat memandang ke jauh ke belakang, tiba-tiba ia berkata, "Wahai Rasulullah, Itu ada seorang laki-laki menuju kesini dengan berjalan kaki sendirian".
Maka Rasulullah bersabda, "Semoga benar dia Abu Dzar". Maka, ketika sekelompok sahabat memperhatikan dengan seksama, maka tiba-tiba mereka pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah, dia adalah Abu Dzar". Maka Rasulullah pun bersabda, "Semoga Allah mengasihi Abu Dzar, ia berjalan sendirian, dan meninggal sendirian, dan dibangkitkan kelak pun sendirian".
Dan sabda Rasulullah ini benar-benar terbukti, sebab Utsman bin Affan ketika itu ada perbedaan pendapat dengan Abu Dzar, dan Abu Dzar pun menjauh dan meninggalkan Utsman bin Affan. Dan tiada yang menemani kepergiannya kecuali isteri dan anaknya, maka beliau pun memberi wasiat kepada isteri dan anaknya itu agar keduanya yang memandikan dan mengkafaninya kalau ia meninggal. Kemudian, letakkanlah aku dipinggir jalan, dan katakanlah kepada orang pertama yang melewatiku bahwa ini adalah Abu Dzar, sahabat Rasulullah, tolonglah kami untuk menguburkannya."
Maka, tatkala Abu Dzar meninggal, keduanya pun melakukan apa yang diwasiatkannya, lalu meletakkan beliau di pinggir jalan.
Maka Abdulah bin Mas'ud dan sekelompok rombongan dari penduduk Iraq pun lewat untuk melakukan umrah. Tiada yang mereka dapati di perjalanan kecuali sebuah jenazah di pinggir jalan yang disampingnya ada seekor unta dan seorang anak yang sedang berdiri danberkata, "Ini adalah Abu Dzar sahabat Rasulullah, maka tolonglah kami untuk menguburkannya".
Maka, Abdullah bin Mas'ud pun menangis dan berkata, "Sungguh telah benar Rasulullah, beliau bersabda bahwa Abu Dzar, dia berjalan pergi sendirian, dan meninggalpun dalam kesendirian, dan akan dibangkitkan dalam kesendirian pula".
Kemudian, ibn Mas'ud pun turun dari kendaraannya, begitu juga para sahabatnya pun menguburkannya. Lalu Ibn Mas'ud pun menceritakan kepada mereka sebuah hadits, sebuah kisah yang di dalamnya Rasulullah bersabda tentang Abu Dzar ketika dalam suatu perjalanan menuju Tabuk. Nama asli Abu Dzar adalah Jundub bin Junadah, meninggal pada tahun 32H.
Sumber: Min Mu'jizatin Nabiy shallalahu 'alaihi wa sallam Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad Al-Salman

Peredaran Bulan, Matahari Dan Terjadinya Waktu (1)

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa matahari, bulan dan bumi mempunyai garis edaran tertentu dalam tata surya kita yang berpengaruh dalam terjadinya waktu atau terwujudnya hari-hari, bulan-bulan...........
dan tahun; terbentuknya siang dan malam serta panjangnya siang dan malam di planet kita, bumi. Waktu terkait erat secara mendasar dengan gerakan bumi, matahari dan bulan. Hari, bulan dan tahun menjadi bukti adanya rotasi peredaran planet bumi dan bintang-bintang tersebut.

Bulan bersama bumi berputar mengelilinggi matahari. Masa periode dari satu bulan ke bulan baru yang lain adalah 29 hari 12 jam dan 44.05 menit. Periode itu disebut periode sinodikal bulan, antara lain dijadikan patokan perhitungan almanak Hijriah.

Adapun matahari, periode puternya pada porosnya adalah 25 hari pada garis ekuatornya, sedangkan putaran rata-ratanya adalah 27 hari.

Garis Edaran Bulan dan Penentuan Kalender Qamariyah

Bulan berbeda dengan matahari dari segi garis edaran maupun waktu edarannya di sekeliling bumi. Jika hilal terbit di timur dan terlihat di satu tempat di bumi maka saat itu telah masuk bulan baru untuk seluruh daerah di bumi. Bukan hanya untuk daerah yang sudah melihat hilal itu saja; sebagaimana perhitungan waktu berdasarkan peredaran matahari (kalendar Matahari) dimana seluruh dunia mengunakan penanggalan yang sama baik dari segi ketentuan awal bulan, jumlah hari maupun bulan. Maka penentuan awal bulan menurut peredaran matahari adalah sama untuk seluruh dunia dan bukan hanya untuk daerah-daerah tertentu.

Penjelasannya bahwa jalur edar bulan berbeda dengan jaur edar matahari. Jalur edar matahri yang dua puluh delapan dapat ditempuh oleh matahari dalam tempo satu tahun. sedang bulan menempuhnya dalam waktu 27 hari, 7 jam, 43 menit dan 4 detik; dan kadang-kadang terjadi dalam waktu 29,5 hari, 44 menit dan 3 detik sebagaimana yang dikatakan oleh ahli hisab dan astronomi.

Ijtima'/Iqtiran (pertemuan antara bulan dan matahari dengan bumi) terjadi pada bujur ekliptik yang sama. Ijtima’ terjadi serentak, dan cuma sekali setiap bulan. Peristiwa ijtima tidak bisa dilihat karena matahari di belakang bulan sangat menyilaukan. Maka saat terjadinya ijtima’ bulan tidak bersinar dan tidak dapat dilihat, sedang sinar bulan berasal dari sinar matahari yang ia pantulkan ke bumi.

Setelah ijtima’/Iqtiran, bulan yang makin tinggi lambat laun akan menyentuh horison bagi tempat di muka bumi yang sedang mengalami matahari terbenam. Bila bulan ini tepat di horison, maka dikatakan irtifa’-nya nol dan sejak itu dia “wujud” (wujudul hilal) bulan sabit akan terlihat dan akan terhitung bulan baru. Makin lama irtifa’ ini hilal makin besar. Dalam 24 jam (sehari) dia akan naik sekitar 12 derajat.

Ijtima’nya Matahari, Bulan dan Bumi tidak Dihitung Bulan Baru Secara Syar’i

Jika para ahli hisab menganggap lahirnya bulan baru (hilal) adalah saat terjadinya ijtima bulan dengan matahari pada bujur ekliptik yang sama, sedangkan syara’ menganggapnya sebagai bulan baru setelah terpisah dan ru’yat atau imkanur ru’yat (kapan secara astronomis hilal mungkin dilihat) adalah setelah terpisahnya bulan dari ijtima’ dan bergeser sejauh jarak yang memungkinkan ru’yatul hilal.

Secara syar’i ru’yat selalu harus dilakukan setiap tanggal 29 Rajab, Sya’ban atau Ramadhan tanpa melihat sudah ijtima’ atau belum. Pada umumnya yang diandalkan adalah kesaksian orang yang dianggap jujur, walaupun untuk ru'yat hilal Ramadhan ru’yat tesebut berasal dari puluhan negara, tetap akan ditolak para ahli hisab di Timur, karena ru’yat dimustahilkan para ahli hisab (misalnya karena irtifa’ negatif atau belum ijtima’/masih bulan tua dll).

Setiap ada kesaksian ru’yat yang diterima, para ahli hisab akan melihat pada irtifa’ berapa laporan itu. Dari sini kemudian timbul berbagai teori tentang “kapan secara astronomis hilal mungkin dilihat”. Inilah konsep “imkanur ru’yat”. Masalahnya angka imkan yang ada berbeda-beda. Kitab-kitab ilmu falak tua masih memakai 7 derajat. Di Turki memakai 5 derajat. Di Indonesia Jama’ah Persis konsisten memakai hisab mutlak dengan imkan 2 derajat. PBNU tetap akan meru’yat namun akan menolak ru’yat sementara irtifa’ masih kurang dari 2 derajat.

Karena masalah imkan belum ada konsensus, Muhammadiyah akhirnya memutuskan memakai wujudul hilal. Dari sini kelihatan bahwa meski metode hisab sama, namun bila kriteria imkan berbeda, hasilnyapun bisa berbeda satu hari.

Di manakah bulan pertama kali mungkin di ru’yat (imkan awal)? Ternyata bisa di mana saja. Tidak ada sebuah tempat pun yang memiliki privilege (hak istimewa). Semua tergantung kondisi aktual. Secara astronomi, bisa dibuatkan garis tanggal hijri (Hijri Date Line/HDL), yaitu suatu garis tempat-tempat dengan irtifa’ (wujud, imkan) sama saat matahari terbenam di masing-masing tempat. HDL ini tiap bulan bergeser dan berubah bentuknya. Yang pasti, faktor cuaca tidak bisa diprediksi dengan hisab astronomi, karena tidak ada hubungannya.

Kesimpulannya menurut ahli hisab jika terlihat hilal dilangit di suatu tempat, maka pada kondisi itu dikatakan sudah masuknya bulan baru dalam pandangan syara’ sedang dalam pandangan ahli hisab/ astronomi bulan baru terjadi dua hari sebelumnya, hal itu tidak memiliki kedudukan kuat dihadapan syara’. Sebab ketika bulan terpisah maka mustahil untuk kembali berijtima’ dan bergeser lagi setelah satu hari atau dua hari sejarak yang memungkinkan ru’yat, sehingga bulan sabit berbeda antara negeri-negeri kaum Muslimin dan berbeda perhitungan bulan; maka hari pertama Ramadhan dan Syawal dianggap juga berbeda antara satu negeri dengan negeri lain. Ini merupakan khayalan dan tahayul yang tidak ada kebenarannya dalam realita lahirnya bulan. karena mustahil bulan kembali ijtima’ dan kembali bergeser sebelum bulan melalui garis edaran yang harus ia lalui untuk dapat dikatakan masuk bulan baru dan ini memakan waktu satu bulan.

Acap kali tempat ijtima’ bulan dengan matahari berbeda sesuai perbedaan garis edaran dan waktu setempat maka terlihatnya bulan pun dari bumi akan terjadi di waktu yang berbeda. Sedangkan di langit terlihatnya bulan itu tidak berbeda karena bulan lahir secara serentak pada waktu yang sama. Berbeda dengan ru’yat bagi penduduk bumi maka kadang kala terlihat di langit Jepang sebelum terlihatnya bulan itu di langit Indonesia, kadang terlihat terlebih dahulu di langit Hijaz (Arab Saudi) dan kadang terlihat di langit Maroko sebelum Hijaz, kadang terlihat di langit Hijaz lebih dahulu sebelum di langit India atau sebelum terlihatnya bulan di Indonesia. Begitulah akan berbeda-beda waktu terlihatnya bulan baru (hilal) pada setiap bulan sesuai waktu ijtima’ dan tempat ijtima’nya, waktu pergeserannya bulan pada waktu yang memungkinkan untuk di ru’yat.

Ru’yat Hilal Merupakan Tanda Masuknya Bulan Baru

Jika telah terjadi ru’yatul hilal di suatu daerah dari bumi (bukan dari langit sebagaimana yang dilakukan pilot pesawat challenger amir Sultan yang mulai berpuasa setelah melihat bulan baru di langit). Maka dengan terjadinya ru’yat telah masuk bulan qamariyah yang baru, dan kaum Muslimin di dunia terikat dengan ru’yat tersebut yakni harus berpuasa dan berlebaran, berhaji, mengeluarkan zakat, memenuhi nadzar dan lain-lain; sebagaimana mengikat juga ahlu dzimah (warga negara non Muslim) untuk membayar jizyah (sejenis pajak kepala) dan kharaj (sejenis pajak tanah) kepada negara, serta urusan-urusan sosial dan perdata ataupun keuangan yang lain baik bagi individu, masyarakat maupun negara.

Kaum Muslimin di seluruh dunia terikat dengan ru’yat tersebut baik mereka melihat hilal ataupun tidak. Sebab tidak disyaratkan kaum Muslimin seluruhnya untuk melihat hilal. Maka ru’yatnya kaum Muslimin akan hilal Ramadhan di Turki mengikat penduduk Albania, Rumania sekalipun mereka tidak atau belum melihat hilal. Ru’yat kaum Muslimin di Tunisia dan Maroko mengikat penduduk Amerika sekalipun mereka tidak melihat hilal. Begitu juga ru’yat hilal penduduk Hijaz mengikat penduduk Mauritania sekalipun tidak terlihat hilal oleh mereka. Begitu pula ru’yat hilal Syawal penduduk Kuwait, Saudi dan Yaman mengikat penduduk Mesir, syria dan Jordan sekalipun mereka tidak melihat hilal.

Ditempat manapun terlihat hilal baru dan disakasikan ru’yat itu oleh sebagian masyarakat (minimal 1 orang saksi asal Muslim dan jujur untuk hilal Ramadhan dan 2 orang saksi untuk hilal Syawal) dan ditetapkan ru’yat tersebut secara resmi oleh negara, maka hal itu merupakan tanda masuknya bulan baru, dan ru’yat tersebut mengikat seluruh kaum Muslimin di dunia tanpa diperhatikan lagi apakah mereka melihat hilal atau tidak dan atau apakah hilal mungkin terlihat di negeri-negeri Islam lainnya atau tidak.

Sebagaimana halnya hari dan bulan menurut kalendar matahri (penanggalan Masehi) tidak boleh berbeda-beda di dunia. Demikian juga hari dan bulan menurut kalendar bulan (penanggalan Hijriyah) tidak berbeda-beda karena menyalahi realita hukum syara’ maupun sunnatullah yang ditetapkan Allah Swt. untuk seluruh alam semesta.

Oleh karena itu, jika hari Jum’at merupakan hari pertama bulan Ramadhan di Makkah tahun 1430H ini, maka sesungguhnya hari itu juga merupakan hari pertama bulan Ramadhan untuk seluruh dunia: di Cairo (Mesir), di Istanbul (Turki), Asfahan (Iran), Kabul (Afganistan), Karachi (Pakistan), Nouakchott (Mauritania), Tripoli (Libanon), Rabat (Maroco), Kualalumpur (Malaysia), Jakarta (Indonesia) dsb; bahkan merupakan juga hari yang sama di luar dunia Islam, di New York, Los Angeles, Swiss, Denmark, Amesterdam, London, Sydney, Melbourne, Fiji dan lain-lain. Hukum ru’yat itu mengikat kaum Muslimin di seluruh dunia, yakni mereka harus berpuasa.

Kamis, 18 November 2010

Kunci-Kunci Rizki

Di antara hal yang menyibukkan hati manusia adalah mencari rizki. Tidak sedikit dari kalangan manusia ini yang mencari rizki dengan cara yang diharamkan Allah. Baik dari golongan tingkat atas maupun........
tingkat paling bawah, baik oleh pejabatnya maupun oleh buruh sekalipun.Mereka tidak lagi peduli terhadap larangan Allah dan Rasul-Nya r, Mereka tidak lagi bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram karena akal sehatnya sudah tak dapat lagi berfungsi lantaran rakusnya terhadap dunia dan lupa terhadap Allah Ar Razzaaq.

Kita dapat menyaksikan dengan mata kepala kita sendiri, banyak dari kaum muslimin mendatangi tempat-tempat yang haram dikunjungi seperti dukun-dukun, paranormal, orang pintar atau apa saja sebutan mereka yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib. Mereka meminta melalui perantaraan orang orang yang dianggap bisa mengeluarkan mereka dari musibah dan mereka juga memohon pertolongan untuk mengetahui urusan yang ghaib. Dan ketahuilah, bahwa rizki adalah salah satu dari perkara yang ghaib itu.

Adalah suatu kewajiban bagi kita untuk bertawakkal kepada Allah yang telah menciptakan dan menanggung rizki semua makhluk-Nya. Dan sudah keharusan bagi kita untuk mengembalikan semua perkara yang ghaib itu kepada Allah saja.

Allah dan Rasul-Nya r telah memerintahkan kita untuk mencari rizki yang halal dan baik, yang tentunya dengan cara berusaha yang halal dan baik pula. Namun disamping itu Allah dan Rasul-Nya r memberi jalan kepada kita dengan dibukanya kunci-kunci rizki yang tentu saja tanpa meninggalkan kasab (usaha).

Kita akan bertanya dimanakah letak kunci-kunci rizki tersebut? Inilah 10 kunci-kunci rizki yang dikhabarkan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya r :

1. Istighfar dan Taubat

Nabi Nuh u berkata kepada kaumnya : "Maka aku katakan kepada mereka, mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) sungai-sungai". (QS Nuh : 10-12)

2. Taqwa

Fiman Allah : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS. Ath-Thalaq : 2-3)

3. Bertawakkal (berserah diri) kepada Allah

Rasulullah r bersabda : "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi dengan perut lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnul Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha'i dan Al Baghawi dari Umar bin Khaththab t)

4. Beribadah sepenuhnya kepada Allah semata

Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. (Dan) jika kalian tidak melakukannya, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah t)

5. Menjalankan Haji dan Umrah

Rasulullah r bersabda : "Kerjakanlah haji dengan umrah atau sebaliknya. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran (karat) besi." (HSR Nasa,i. Hadits ini shahih menurut Imam Al Albani. Lihat Shahih Sunan Nasa'i.)

6. Silaturrahim (menyambung tali kekerabatan yang masih ada hubungan nasab)

Rasulullah r bersabda : "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturrahim" (HSR. Bukhari)

7. Berinfak dijalan Allah

Allah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)

8. Memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu

Anas bin Malik t berkata : "Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah r. Salah seorang mendatangi (menuntut ilmu) pada Rasulullah r, sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah r (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu), maka Beliau r bersabda : "Mudah-Mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia". (HSR.Tirmidzi dan Al Hakim, Lihat Shahih Sunan Tirmidzi)

9. Berbuat baik kepada orang-orang lemah

Mush'ab bin Sa'd t berkata, bahwasanya Sa'd merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah r bersabda : "Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah diantara kalian?". (HSR. Bukhari)

10. Hijrah dijalan Allah

Allah berfirman : "Barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak". (QS. An Nisa : 100)

Pahala orang-orang yang mati syahid

Tak hanya itu, ada kunci Rizki yang lain yang kerap dilihat sebelah mata oleh banyak Kaum Muslimin, Yaitu Berjihad Fii Sabiillah dan meraih Pahala Mati Syahid Fii Sabilillah, diantaranya yaitu:

11. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup [248] disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

- MATI SYAHID : Dari Ubadah bin Samit r.a bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda Bagi muslim yang mati Syahid di sisi allah ada tujuh perkara:

a. Pertama dosanya diampuni sejak darahnya memancar.

b. Dapat melihat tempatnya di Jannah.

c. Dihiasi dengan perhiasan iman.

d. Diselamatkan dari azab kubur dan aman dari kedahsyatan hari kiamat.

e. Diberi mahkota kewibawaan, sebuah yaqut (mutiara) darinya lebih dari dunia dan seluruh isinya.

f. Dinikahkan dengan 72 bidadari.

g. Dapat memberi syafaat kepada 70 ahli keluarganya

(Riwayat Ahmad dan Thabrani)

h. Bau darahnya seperti aroma misk

“Demi dzat yang jiwaku ditanganNya! Tidaklah seseorang dilukai dijalan Allah-dan Allah lebih tahu siapa yang dilukai dijalanNya-melainkan dia akan datang pada hari kiamat : berwarna merah darah sedangkan baunya bau misk” (HR. Ahmad dan Muslim)

Dr. Abdullah Azzam menyampaikan, “Subhanallah ! Sungguh kita telah menyaksikan hal ini pada kebanyakan orang yang mati syahid. Bau darahnya seperti aroma misk (minyak kasturi). Dan sungguh disakuku ada sepucuk surat-diatasnya ada tetesan darah Abdul wahid(Asy Syahid, insya Allah)- dan telah tinggal selama 2 bulan, sedangkan baunya wangi seperti misk.”

i. Tetesan darahnya merupakan salah satu tetesan yang paling dicintai Allah.

“Tidak ada sesuatu yang dicintai Allah dari pada dua macam tetesan atau dua macam bekas : tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang tertumpah dijalan Allah; dan adapun bekas itu adalah bekas (berjihad) dijalan Allah dan bekas penunaian kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah” (HR. At Tirmidzi - hadits hasan)

j. Syahid itu tidak merasakan sakitnya pembunuhan

“Orang yang mati syahid itu tidak merasakan (kesakitan) pembunuhan kecuali sebagaiman seorang diantara kalian merasakan (sakitnya) cubitan.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i - hadits hasan)

dan diriwayat yang shahih :

“Orang yang mati syahid itu tidak mendapatkan sentuhan pembunuhan kecuali sebagaimana salah seorang diantara kalian mendapatkan cubitan yang dirasakannya.”

12. IMAN, HIJRAH, JIHAD :

Dari surat At Taubah : 20 “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di Jalan Alloh dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Alloh.

Mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”


13. JIHAD Fii Sabilillah dengan JIWA dan HARTA, Surat Ash Shaff : 10, 11, 12 :

” Wahai orang-orang beriman! Maukah kamu Aku (Allah SWT) tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih??

(Yaitu) kamu beriman kepada Alloh dan rasul-Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.

Niscaya Alloh mengampini dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam Jannah (syurga) yang mengalir dibawahnya sungai-sungai,

dan tempat-tempat tinggal yang baik di dalam Syurga And. ITULAH KEMENANGAN YANG AGUNG.”

14. Kehamilan

Mail bin Yasar RA, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kawinilah wanita yang penyayang dan beranak banyak, karena (pada hari kiamat), akan berlomba-lomba dengan umat lain dan berbangga karena jumlahnya.”

Dalam Hadist lain Rasulullah SAW bersabda, “Bahkan bayi yang keguguran akan menarik ibunya kedalam jannah, apabila ia bersabar …”

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita menyusui, maka setiap isapan susunya yang diberikan kepada anaknya, ia akan menerima pahala bagaikan telah menghidupkan makhluk dan apabila ia menyapih anaknya, maka para malaikat akan menepuk punggungnya dan berkata “selamat”, semua dosamu yang telah lalu diampuni, sekarang mulailah lagi,” (dosa-dosa kecil diampuni).

Rasulullah SAW bersabda pada putrinya Fatimah RA, “Wahai fatimah, jika wanita mengandung anak di perutnya, maka para malaikat akan memohonkan ampunan baginya, dan Allah SWT menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, menghapuskan seribu kejelekannya. Ketika wanita itu merasa kesakitan karena melahirkan, maka Allah SWT menetapkan pahala para pejuang di jalan Allah SWT, jika ia melahirkan bayinya maka keluarlah dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan oleh ibunya. Dan akan keluar dari dunia dengan tidak membawa dosa apapun. Dikuburnya ditempatkan di taman-taman surga. Allah SWT memberinya pahala seribu ibadah haji dan umroh dan seribu malaikat memohon ampunan baginya hingga hari kiamat.”

Subhanallah … Subhanallah … Subhanallah … Begitu besar segala yang Allah SWT berikan kepada hambanya ….

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah beberapa kunci-kunci rizki dalam Islam yang memang sudah selayaknya seorang muslim untuk yakin terhadap apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan Rasul-Nya r supaya kita tidak terjerumus kedalam I'tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan yang bathil.

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada segenap keluarga, shahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai akhir zaman nanti. Wallahu A'lam.


* * * * * *
Sumber :

Dari berbagai sumber dan (Abu Ghailan, disarikan dari kutaib "Mafaatihur Rizq fii Dhau'il Kitab was Sunnah"
karya Dr. Fadhi Ilahi. (Judul edisi Indonesia "Kunci-kunci Rizki menurut Al Qur-an dan Sunnah")

Menangkal Pemurtadan Kristenisasi

Mukaddimah

Gejala pemurtadan yang dialami umat Islam di Indonesia mengalami eskalasi yang luar biasa. Hal itu ditandai dengan data statistik yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1990, tercatat bahwa dari 200.000.000 (dua ratu juta) jiwa,.......
prosentasi umat Islam mencapai 87,3% (dibulatkan menjadi 90%). Sementara umat Kristen protestan hanya 6%, umat Katolik hanya 3,6%, Hindu 1,8%, Budah 1% dan agama lain 0,3%. Sebagai mujahid kita tidak boleh berbangga dengan besarnya angka-angka mayoritas di atas, sebab data-data terkini mencatat bahwa jumlah umat Islam menurun drastis dari 90% menjadi 75% (Tabloid STAR edisi no. 43, tanggal 18-24 Nopember 1999, hal. 41).

Oleh karena itu, kita sebagai umat bertanggung jawab untuk menyelamatkan mereka yang menjadi target pemurtadan tersebut. Semoga dengan mengungkap fakta dan data realitas pemurtadan yang dialami oleh umat Islam dapat kiranya memperoleh perhatian serius untuk membuat langkah-langkah kongkrit guna menangkalnya. Karena, membela agama adalah kewajiban dasar bagi setiap muslim.

Tiga Serangkai

Kristenisasi, orientalisme dan penjajahan menjadi tiga serangkai yang tidak dapat dipisahkan. Masing-masing mempunyai tugas untuk menghancurkan umat Islam.

Kristenisasi bertugas untuk merusak akidah, orientalisme memporak-porandakan pemikiran Islam dan penjajahan melumpuhkan fisik.

Mereka bersusah payah siang malam untuk memadamkan cahanya agama Allah. Namun, walau bagaimana pun akhirnya kemenangan berada di pihak Islam.

Allah SWT berfirman yang artinya, "Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sedang Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahanya-Nya sekalipun orang-orang kafir benci," (at-Taubah: 32).

Penjajahan fisik sudah berakhir di dunia Islam, namun tujuan penjajahan masih terus dicanangkan dan dijalankan oleh kristenisasi dan orientalisme. Hanya saja sarananya berbeda. Sarana yang dipergunakan oleh musuh Islam yang dimotori oleh jiwa kristiani adalah planning budaya melalui lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, yayasan penyantun, bantuan-bantuan, media cetak, media elektronika dan sebagainya.

Pada tahun 1924, Raymond Lull berhasil menemui Paulus V. Dia mengajukan dua buku yang mencakup dua rancangan Lull untuk mengkristenkan umat Islam.

Pertama, menjadikan ilmu dan sekolahan sebagai sarana kristenisasi. Kedua, kristenisasi dengan kekerasan jika tidak dapat dicapai dengan cara halus, (lihat al-Isti'mar wat Tabsyiir, Dr. Umar Farukh dan Dr. M. Khalidi, hal. 77).

Adwin Balls menyatakan dalam bukunya Sejarah Ringkas Misionarisasi, bahwa Raymond Lull yang berkebangsaan Spanyol, sebagai orang pertama yang mengemban kristenisasi di dunia Islam setelah kegagalan Perang Salib.

Ia besusah payah belajar bahasa Arab dan berkeliling dunia Islam untuk mendebat ulama Islam, (lihat La Couquette Du Monde Musulman, A. Le Chatelier, terjemahan M. Khatib, hal. 29 dan 262).

Tujuan utama misionaris zending adalah menyeret orang-orang Islam ke Kristen. Jika hal itu sulit dilakukan, maka akan ditempuh dengan cara mengaburkan pengertian Islam bagi mereka. Dari segi religi, apakah mereka masuk Kristen atau tetap Islam, itu tidak penting. Segi politik, misioner sebagai antek-antek dan mata-mata penjajah Eropa demi merusak kesatuan Islam. Tujuan itu diperjelas oleh Pendeta Simon, misionaris adalah faktor penting sebagai penghancur kekuatan persatuan umat Islam, (lihat Mabahits fits Tsaqofah Islamiyah, Dr. Nukman Samarrani, hal. 174).

Negara yang pertama kali mengembangkan kristenisasi adalah Belanda yang pernah menjajah Indonesia dan memecah Jawa menjadi kawasan-kawasan yang dibangun untuk gereja dan sekolahan. Kemudian langkah tersebut diikuti oleh negara Eropa lainnya, (lihat al-Isti'mar wat Tabsyiir, Dr. Umar Farukh dan Dr. M. Khalidi, hal. 37).

Memang, musuh-musuh Islam sangat memperhitungkan umat Islam, melihat pengikut yang demikian cepat bertambah banyak, sehingga apabila mereka menjadi satu di bawah kesatuan bendera untuk menuju cita-cita Islam akan menjadi momok bagi dunia. Maka, upaya pemecahannya terus dilakukan untuk menghindarkan titik temu tersebut, disamping memang ajaran Kitab suci Kristen mengharuskan penyebaran agama, (lihat Injil Matius, 28:29 dan Marcus, 16:15).

Strategi penyebaran ditujukan pada sasaran Non Cristian World (negara selain Kristena) dan Non Roman Catholic Word (negara selain Katolik Roma) termasuk warga Kristen yang bukan di bawah pengaruh Paulus, disebut juga Schismatics dan Heretucs. Dalam buku yang berjudul Out Line of Hostory of Protestan, G. Warneck, hal. 155 dijelaskan bahwa di dunia terdapat dua blok gereja Katolik, yaitu:
Terra Cathclica (bagian negara-negara Katolik).
Terra Missions (bagian negara-negara yang di bawah misionaris).

Selain itu, terdapat juga dua macam organisasi misionaris yang dinamakan Mission Aid Societies dan Mission Zending Societies, (lihat The Encyclopedia for School and Home, Oo 7, P. 234).

Pergoloakan pengaruh di dunia memang cukup terasa, sehingga menjadikan kalangan pemimpin menunjukkan kekhawatirannya, terutama pada pengaruh Islam. Sebagaimana pernyataan Sowrens Brown, "Banyak para pemimpin yang khawatir akan bahaya berbagai bangsa, tetapi kekhawatiran itu sebenarnya kurang beralasan."

"Mereka takut pada Yahudi, Jepang dan Komunis. Padahal, Yahudi sebenarnya adalah sahabat kita, komunis adalah sindikat kita danJepang masih ada negara-negara demokrat yang akan melawannya. Tapi, kami melihat bahaya sebenarnya itu terdapat pada Islam, (lihat Dammirul Islam Abiidu Ahlahu, Jalal Amin, hal. 37).

Jadi Islam dikerumuni oleh musuh dari segala arah. Dari dalam digerogoti oleh munafikin (kelompok hipokrat), fasikin (kelompok yang menamakan dirinya Islam tapi mereka meninggalkannya) dan mudhallibin (kelompok yang berafiliasi pada Islam tetapi merobek-robek dari dalam. Misalnya Ahmadiyah, Islam Jama'ah, tarekat, dan lainnya). Sedangkan dari luar, Islam terus dicurigai dan diserbu oleh kafirin (kelompok diluar Islam yang selalu memeranginya, seperti Komunis, Zionis dan lainnya). Tidak ketinggalan juga Kristen yang menjadikan Islam sebagai musuh dan medan. Itulah yang menjadikan Mr. Bills menerangkan bagaimana perkembangan kristenisasi di Afrika, dan hanya muslimlah (orang-orang Islam saja) musuh paling tengik, (lihat Al-Gharah alal Alam Islami, Muhibuddin al-Khatib, hal. 31-35).

Demikian itu merupakan tujuan di dunia luar. Sekarang marilah kita melihat lebih dekat lagi mengenai perkembangan kristenisasi di Indonesia. Dalam wawancara dengan majalah Al-Ummah tahun 1986, Dr. Fuad Fachruddin menyebutkan, "Menurut statistik Dewan Gereja Indonesia (DGI) di Indonesia terdapat 10.000 gereja protestan, 4.000 pendeta protestan, dan 9.000 misioner. Katolik mempunyai 8.000 gereja, 3.000 pendeta dan 6.000 misioner," (lihat majalah Al-Ummah terbitan Qatar, vol. 65, Januari 1986, hal. 45).

Sebagai bahan contoh, berdasarkan pada data Departemen Agama tahun 1997, jumlah pendeta Kristen di Propinsi Irian (Papua) sebanyak 9.564 orang, pendeta Katolik sebanyak 541 orang dan dai muslim sebanyak 2.489 orang. Sementara jumlah gereja Kristen mencapai 5.128 buah, gereja Katolik mencapai 1.280 dan masjid mencapai 1.169 buah.

Selanjutnya, kita ikuti penjelasan Prof. Dr. Rasyidi dalam konferensi yang telah diadakan pada tahun 1968 di Tokyo. Beliau mengemukakan realita yang dihadapi umat Islam di Indonesia, yang buruknya keadaan ekonomi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dimanfaatkan oleh pihak missionaris zending untuk mengkristenkan orang-orang Islam di Indonesia, dengan cara-cara berikut:
Gereja di bangun di tengah-tengah desa Islam dan daerah pertanian.
Misionaris membeli tanah di daerah strategis dengan harga tinggi (berlipat dua bahkan tiga) dengan tujuan membangun gereja.
Bila pemilik tidak rela menjualnya, maka seseorang dikirim untuk membeli atas nama pribadi, kemudian dijual kepada pihak misionaris.
Gereja membagikan beras, uang dan pakaian.
Gereja meminjamkna kepada orang yang membutuhkan dengan syarat mau menyekolahkan anaknya ke sekolah misionaris.
Para bekas anggota partai Komunis yang sedang mendekam di penjara didekati oleh misioner untuk mengajukan bantuan beras dan keuangan kepada famili mereka secara kontinyu, selama mereka mau menandatangani perjanjian bahwa mereka mau masuk Katolik.
Para pekerja perusahaan tekstil yang kehilangan pekerjaannya ditawari bantuan seperti beras dan uang.
Rumah-rumah besar milik orang kaya yang meninggal dunia dan ditinggalkan untuk ahli waris dibeli oleh misionaris.
Beberapa toko dan tempat tinggal dirubah menjadi gereja.
Klub, ruang baca, perpusatakaan, kolam renang dan lapangan olah raga dibangun untuk pemuda non Kristen.
Wanita-wanita Kristen berusaha merayu pemuda muslim.
Pemuda-pemuda Kristen berusaha merayu wanita muslim.
Pemuda-Pemuda Kristen membujuk pemuda-pemuda muslim agar mau menonton bioskop dan datang ke tempat-tempat rekreasi untuk memberi rangsangan, kemudian diajak menemani mereka ke gereja.
Guru-guru agama Islam yang kebetulan menerangkan al-Qur'an yang berhubungan dengan Yesus, ditangkap oleh pejabat Kristen atau diadukan kepada pemerintahan oleh pemuda-pemuda Kristen.
Rumah-rumah keluarga muslim, termasuk rumah saya (Rasyidi) didatangi misionaris yang mendesak agar mau mendengarkan keterangan kepercayaan Kristen, (diambil dari The One World Only).

Demikianlah sekilas tentang gambaran mengenai kristenisasi, baik di dunia luar maupun di Indonesia.

Solusi Menghadapi Kristenisasi
Menguatkan kesadaran berislam.
Meningkatkan ukhuwah Islamiyah.
Memberdayakan lembaga-lembaga Islam (ormas, pendidikan, pesantren, perguruan tinggi dan lainnya).
Mengintensifkan kajian dan pelatihan tentang bahaya kristenisasi dan cara penangkalannya bagi aktivis dakwah.
Mengirim para da'i yang sudah dibekali pengetahuan yang cukup tentang Islam dan tantangannya ke daerah-daerah terpencil terutama daerah basis kristenisasi.
Terus menerus memberi penyadaran kepada umat Islam akan bahaya kristenisasi lewat berbagai media baik elektronik, cetak, maupun pengajian dan majelis taklim.
Menyelenggarakan lembaga khusus untuk kaderisasi penangkalan.
Selalu mengadakan studi lapangan tentang kondisi umat dan perkembangan kristenisasi dengan membuka berbaga macam termasuk berkedok Islam.
Mengefektifkan para muhtaddin atau muaallaf sebagai counter attack kepada gerakan-gerakan kristenisasi dalam membuat jaringan bagi mereka bersama para kristolog muslim.
Mengungkap fakta dan data kristenisasi kepada semua pihak, terutama kepada para pejabat muslim dengan metode power point agar mereka terbelalak atas kerja mereka.
Mengantisipasi gerakan penyusunan kekuatan kristenisasi melalu laskar-laskar mereka seperti laskar kristenisasi, laskar mahoni dan lainnya.
Menggalang kekuatan ulama dalam menangkal kristenisasi termasuk kebangkitan internasional dunia Islam.

Wallahua'lam

(Artikel disampaikan oleh Ust. Farid Ahmad Okbah, MA pada acara Training Dua Hari Perbandingan Agama dan Perlawanan Strategi Kristenisasi di Islamic Center Al-Islam, Pondok Gede, Bekasi pada tanggal 23-24 Januari 2008).

Ketika dua kekuatan hati bersatu dalam haq

Hati memiliki dua kekuatan; yaitu kekuataan ilmu sehingga mampu untuk membedakan sesuatu dan kekuatan iradah yang menghasilkan rasa cinta terhadap yang ia inginkan tersebut.......
Kesempurnaan dan keshalihan hati akan bisa dicapai ketika dua kekuatan ini digunakan dalam hal yang bermanfaat. Dan dalam hal itulah kebahagiaan dan kesempurnaan hati akan bisa diraih.
Kesempurnaan hati adalah dengan menggunakan kekuatan ilmu yang ada didalamnya untuk mencari tahu dan mengenal kebenaran sehingga mampu membedakannya dengan kebatilan.
Disamping itu, kekuatan iradah dan rasa cinta yang ada didalamnya juga digunakan untuk menggali kebenaran sehingga kecintaan kepada kebenaran tersebut semakin menguat dan lebih mengutamakannya atas kebatilan.
Barangsiapa yang tidak mengenal dan mengetahui kebenaran maka niscaya akan menjadi orang yang tersesat (Dhool), dan barangsiapa yang mengenal kebenaran tapi ia lebih mengutamakan kebatilan daripadanya maka niscaya ia akan mendapat murka (maghdub 'alaih)
Hal ini sebagaimana yang Allah swt perintahkan dalam shalat kita, yakni untuk selalu memohon dan meminta agar Dia menunjuki jalannya orang-orang yang telah Dia beri nikmat dan bukan jalannya orang-orang yang dimurkai ataupun orang-orang yang sesat.
Dengan demikian kaum nashrani dikhususkan sebagai kaum yang tersesat karena mereka adalah umat yang jahil lagi bahlul. Dan kaum yahudi dikhususkan sebagai kaum yang dimurkai karena mereka adalah umat pembangkang ('inad). Sedangkan umat ini adalah umat yang dikaruniai nikmat oleh Allah.
Syufyan bin 'uyainah berkata :
مَنْ فَسَدَ مِنْ عُبَّادِنَا فَفِيْهِ شَبَهٌ مِنَ النَّصَارَى، وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَائِنَا فَفِيْهِ شَبَهٌ مِنَ الْيَهُوْدِ
"Barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita, maka ia menyerupai kaum nashrani. Dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama' kita maka ia menyerupai kaum yahudi"
Hal itu disebabkan karena kaum nashrani beribadah tanpa disertai dengan ilmu. Dan kaum yahudi mengetahui dan mengenal yang haq tapi mereka berpaling dari kebenaran tersebut.
Dan ini sangat sesuai sekali dengan alQuran, sebab Allah telah menyebutkan tentang hal itu di berbagai ayat yang cukup banyak yang mengabarkan bahwa "Orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup adalah mereka yang mengenali kebenaran dan mengikutinya, dan orang-orang yang mendapatkan kecelakaan adalah mereka yang tidak mengenal kebenaran dan tersesat ataupun mereka yang mengenalinya tapi justru ia berpaling dan menyelisihinya serta mengikuti kebatilan."
Allah berfirman : "Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Qs. Al Ashr : 1-3)
Wal akhir fastabiqul khairat mari kita selalu tingkatkan amal ibadah kita, dan kita mohon kepada Allah agar dikumpulkan bersama orang-orang yang telah Ia beri nikmat yakni para nabi, shiddiqin, syuhada', dan sholihin…!!! Amien… wallahu a'lam bish showab.
(dinukil dari kitab Ighotsatul Lahfan, hal 21
Cet I tahun 2003/1424 Daar al Aqidah)

Minggu, 14 November 2010

Bahasa Arab Sumbang 40 Persen Bahasa Dunia

Di bawah pengaruh dan perkembangan Islam, bahasa Arab menyumbang 40-60 persen kosakata untuk berbagai bahasa di dunia hingga berpengaruh pada tata bahasa, ilmu nahu, dan kesusastraan......
Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Departemen Agama, Prof Dr Machasin, di Medan, Selasa (13/10), mengatakan, bahasa Arab mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan Muslim di berbagai belahan dunia.

"Bahasa Arab mempengaruhi bahasa Persia, Turki, Urdu, Melayu, Hausa, dan Sawaili. Artinya di bawah pengaruh Islam, kosakata bahasa Arab banyak dipakai dalam berbagai bahasa di dunia," katanya pada seminar internasional "Bahasa Arab Dalam Perpektif Sosial Budaya".

Ia mengatakan, dewasa ini bahasa Arab merupakan bahasa daerah sekitar 150 juta orang di Asia Barat dan Afrika Utara yang merupakan 22 negara yang menjadi anggota liga negara-negara Arab.

Bahasa Arab juga merupakan bahasa agama untuk lebih dari satu miliar umat Muslim di seluruh dunia, yang diucapkan dalam ibadah sehari-hari.

Bahasa ini juga merupakan bahasa hukum Islam yang mendominasi kehidupan semua Muslim dan digunakan sebagai bahasa kebudayaan Islam yang diajarkan di ribuan sekolah di luar dunia Arab.

"Dari Senegal sampai Filipina, bahasa Arab dipakai sebagai bahasa pengajaran dan kesusastraan, pemikiran di bidang sejarah, etika hukum dan fiqih serta kajian kitab," katanya.

Didukung dengan beberapa doktrin ajaran dalam Islam, bahasa Arab terus memengaruhi masyarakat Muslim di berbagai tempat. Misalnya, doktrin bahwa Al Quran harus ditulis dan dibaca dalam bahasa aslinya, yakni bahasa Arab.

Hal ini berbeda dengan kitab suci lain yang justru harus diterjemahkan ke berbagai bahasa tanpa menyertakan teks aslinya. Doktrin pendukung lainnya adalah berbagai ucapan ritual ibadah yang hanya dianggap sah jika dilakukan dalam bahasa Arab.

Doktrin-doktrin seperti ini telah memacu motivasi masyarakat Muslim untuk mempelajari dan menguasai bahasa Arab sejak dini agar kelak menjadi Muslim yang baik.

Fakta Bahasa Arab Mendominasi Dunia Dikomentari Sinis

Kami memperoleh berita dari situs online Kompas, berita aslinya dapat dilihat disini kompas-online. Fakta terlihat bahwa di Indonesia sendiri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia masih bisa dilecehkan oleh para kometator news tersebut.

Sinisme nampak jelas terlihat manakala berita yang mengangkat kemajuan peradaban Islam akan dikomentari dengan bahasa yang cenderung 'kotor'.



coba lihat komentator tak bertanggungjawab ini bisa lolos admin kompas.com :

cina murtad @ Rabu, 14 Oktober 2009 | 16:13 WIB
"bisa bilang 40% itu buktinya apa yah? kalau cuma kosakata sih bahasa latin jauh lebih banyak, bisa sampai 80%. tapi kalau dibilang 40% bhs arab dan sisanya bukan, berarti sisanya itu 60% bahasa lain? itu sih ngawur abis. yang paling banyak berpengaruh itu budaya semitik, jauh sebelum arab. bahasa yang sekarang masih paling banyak dipakai bahasa inggris. gak mungkin bahasa arab sumbang 40% trus inggris lebih dr 40%, sisanya bahasa lain di dunia? overrated tuh."

Inilah yang terjadi jika Islam tak mampu diadopsi oleh mayoritas penduduk Indonesia. Islam dilabeli dengan image yang konservatif dan kemudian dibenturkan dengan budaya barat sehingga begitu 'deras' resistensi penduduk yang terlanjur sekuler karena budaya dan pengkondisian oleh media yang didominasi oleh arus kaplitalis liberal. Hal ini dianggap wajar karena memang telah terjadi bertahun-tahun dan ternyata 60% penduduk kita adalah remaja usia belasan hingga mid-twenty yang cenderung western minded.

Kini saatnya lembaga islam maupun ormas-ormas islam lebih pro-aktif mengawal jalannya media cetak, online maupun televisi dan melakukan fungsi check and balances atas serangan arus sekuler yang sporadis. (rojul/voa-islam.com)

10 Tipe Umat Muslim Saat Ini, Lalu Dimanakah Anda??

Dengan melihat fakta yang terjadi pada saat ini, dengan jelas kita dapat lihat berbagai tipe kaum muslim yang berbeda-beda, beberapa memang seorang muslim dan beberapa mengaku dirinya sebagai muslim. Kami telah sepakat untuk mengelompokkan umat tersebut ke dalam 10 golongan utama.......
agar umat Muhammad saw. berhati-hati terhadap golongan tersebut dan senantiasa menjaga jarak dengan mereka. Di antara 10 golongan tersebut adalah mereka yang melakukan korupsi, kekufuran dan nifaq (kemunafikan).

1. Az-Zalamiyun
(orang yang tidak perduli/orang yang mengatakan “aku tidak peduli”)
Golongan ini hidup dalam kegelapan dan tidak peduli akan urusan kaum muslimin. Secara politik dan sosial mereka tidak peduli pada apa yang ada disekitarnya dan hidup dalam kehidupannya sendiri serta menjauhkan diri dari masyarakat. Mereka tidak peduli akan kepentingan kaum muslimin di Iraq, Palestina, Chechnya, para mujahidin serta ulama; Mereka hanya peduli pada “aku, diriku sendiri dan aku.”Sebagai seorang muslim tidak seharusnya berkata “Aku tidak peduli”, karena kita harus peduli akan kepentingan kaum muslim dan para mujahidin, peduli akan kehidupan sosial dan penegakan negara Islam. Rosululloh SAW bersabda: “Tidak beriman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. Oleh karena itu seorang muslim harus peduli pada saudaranya sesama muslim baik laki-laki maupun perempuan, bukan hanya masyarakat disekitarnya tetapi juga diseluruh dunia.Ada banyak golongan Zalamiyun diantara umat pada saat ini. Mereka tidak peduli akan pemimpin-pemimpin yang murtad dan berkata bahwa ‘hal tersebut tidak ada urusannya denganku’: Allah SWT. akan mencatat amal perbuatanku bukan amal perbuatan orang lain. Orang-orang seperti ini sungguh tidak memiliki pengetahuan dan tidak sesuai jika dia disebut sebagai orang beriman.

2. Az-Zanaadiqah (orang-orang yang menyebarkan kekufuran, syirik dan bid’ah atas nama Islam)
Seperti yang telah disebutkan dan dijelaskan sebelumnya bahwa golongan Zanaadiqah ini merupakan bentuk kejahatan dari segala kejahatan. Mereka yang termasuk kedalam golongan zindiq ini, misalnya: • Salman Rushdie orang ini adalah murtad Zindiq karena ia melawan Islam dan menggunakan bukti-bukti dari Al-Qur`an dan As-Sunnah.• Golongan Qadiyaanis (Ahmadiyah) Golongan ini adalah kafir zindiq (tidak murtad) sepetinya mereka muslim atau mengaku dirinya seorang muslim. Mereka percaya Muhammad SAW sebagai utusan Allah tapi bukan utusan/nabi yang terakhir. Mereka menamakan dan mempunyai tempat suci (masjid) dan tempat ibadah sendiri. Mereka kafir karena mereka tidak mengakui Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, menyebarkan bid’ah, syirik dan kekufuran atas nama Islam.• Islam Nasionalis (nation of Islam) Mereka juga kafir zindiq karena mereka mengumbar kekufuran mereka atas nama Islam. Mereka membenarkan ras mereka dengan agama dan mempunyai kitab sendiri yang mereka sebut “Qur’an”.Kebanyakan kaum muslim melakukan Zandaqah baik sengaja maupun tidak sengaja. Mereka menghalalkan yang haram dan membenarkan pemikiran serta hawa nafsunya dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur`an dan Al-Hadist sebagai dalilnya.

3. Ahlul Ahwaa wal bida’i wat tasawwuf (orang yang memperturutkan hawa nafsu, pelaku bid’ah dan sufisme/percaya takhayul)
Golongan ini lebih mencintai thoghut yakni memperturutkan hawa nafsu dan melakukan bid’ah; Mereka adalah yang memuja orang tua mereka dan para nabi dan sebagainya melebihi dari yang diperbolehkan oleh agama. Mereka telah terlena dan terjerumus dalam godaan dunia. Bid’ah dan memilih menyembah pemikirannya dari pada mengikuti aturan Allah SWT.Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Terangkanlah bagi Ku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”.(QS. 25:43)dan…


”Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan nabi Muhammad SAW) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”.(QS. 5:77)



Seperti syaiton, mereka adalah orang-orang yang tidak mematuhi perintah-perintah Allah SWT.dan senantiasa mengajak manusia ke jalan yang sesat dan menjerumuskan mereka ke dalam api neraka.

4. Ahlul Fisq Wal Mujun (golongan yang berlaku curang dan berbuat kejahatan)
Golongan ini merupakan kelompok yang paling banyak dalam masyarakat di sistem kufur. Mereka bahkan mengatakan bahwa mereka tidak melaksanakan perintah agama. Mereka sering pergi ke klub-klub malam, diskotik, bioskop bahkan ketika kuliah di perguruan tinggi mereka melakukan pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan. Mereka sering mendengarkan musik, berpacaran, minum-minuman keras, memakai obat-obatan terlarang.Contoh tipe kaum muslim seperti ini umumnya adalah mahasiswa di kampus, pemuda-pemuda Islam.

5. As-Salafiyyah ut-Talafiyyah (Penipu, orang yang tidak menghargai dan menjelek-jelekkan kaum salafis)
Mereka biasanya mempelajari Al-Qur`an, Al-Hadist dan potensi kehidupan manusia (fitroh). Mereka juga mengikuti usul/kaidah dari Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, menyatakan dirinya sebagai pelindung agama dan ahlul haq, tapi semuanya dengan syarat mereka tidak mau bergabung dengan jama’ah atau gerakan apapun untuk berjuang melawan kekufuran, syirik, dan thoghut. Mereka memilih untuk mengikuti thariqoh yang berbeda. Bagaimanapun mereka cukup senang hanya dengan menyebut nama dan sifat Allah SWT. Mereka juga termasuk dalam kategori Zanaadiwah, Ahlul irjaa’ (memisahkan iman dan perbuatan) dan Az Zalamiyyun.

6. Praktisi Muslim Sekuler/orang-orang Muslim yang sekuler/orang-orang yang duduk dalam pemerintahan sekuler Mereka ahli ibadah wal iltizam (orang suka beribadah dan melaksanakan Islam).
Pada umumnya mereka melaksanakan dan mempraktikkan tentang makanan halal, sholat, melaksanakan haji, puasa di bulan Ramadhan dan mengikuti seluruh hukum syar’i. Meskipun demikian, mereka cendeung berdiam diri dan tidak berbicara bebas (al-haq) karena takut dicap sebagai teroris. Meskipun demikian mereka senantiasa mendukung perjuangan mujahidin secara rahasia dan sungguh-sungguh mendukung aktivis-aktivis muslim secara finansial.Mereka tidak punya walaa’ dan baraa’ dalam beberapa hal misalnya mereka mengatakan bahwa tidak semua orang kafir itu jahat dan memisahkan diri dari umat muslim dunia. Mereka berada di antara yang haq dan bathil. Mungkin mereka adalah kriteria muslim yang terbaik di antara kesepuluh kriteria muslim yang menyimpang pada saat ini.

7. Ahlul Irjaa’ (orang yang memisahkan agama dengan perbuatan)
Kebanyakan kaum muslim pada saat ini termasuk dalam kategori ini. Mereka memisahkan iman dengan perbuatan. Mereka tidak menyebut penguasa atau pembuat undang-undang negeri muslim itu murtad seperti dengan mengatakan bahwa apa yang mereka kerjakan adalah kufur, tapi kita tidak bisa menyebut mereka kaum kafir. Mereka senantiasa menyebarkan ajaran-ajaran Murji’ah diantara umat Islam. Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan kekufuran dan agak munafik dalam beberapa hal seperti misalnya mereka tidak meyatakan pada apa yang mereka percaya atau pada bukti-bukti yang kuat. Mereka mengatakan “ itu adalah pendapatmu sendiri”,. Dan “ kami ingin diakui.”

8. Golongan bertangan besi
Golongan ini mencari kekuasaan atau pelaku kudeta dan tidak segan-segan membunuh siapa saja yang tidak sesuai dengan cara-caranya. Jika seseorang tidak setuju dengan mereka, mereka menyebutnya sebagai orang kafir. Mereka senantiasa bekerja sama dan berkomplot dengan kaum sosialis yang kufur dan orang-orang Yahudi serta mengambil hukum-hukumnya.

9. Al Tajammu’aat Ul ‘Ilmaniyyah (paham kebangsaan dan patriotisme)
Kebanyakan kaum muslim jatuh dalam kategori ini, khususnya dari Palestina dan Benua asia. Mereka mencintai negerinya dan menyatakan bahwa itu tercipta untuk Islam, ketika itu juga tercipta untuk kekufuran. Nasionalisme adalah bencana dan penyabab utama perpecahan umat. Inilah bentuk dari thoghut dan seorang muslim harus menghindarinya dan berpegang pada iman dan Islam.

10. Ilmaanis (kaum sekuler)
Kaum sekuler tidak pernah melakukan perintah agama. Mereka senantiasa memisahkan Islam dengan urusan kehidupannya. Mereka tidak mau terhadap hukum-hukum syari’ah yang diterapkan. Mereka adalah golongan yang menentang yang haq dan berdiri di atas kesyirikan, kekufuran, nifaq, kemurtadan, zandaqoh, kemungkaran, bid’ah dan kebathilan, dsb. Mereka pada umumnya murtad karena tidak ada sekulerisme di dalam Islam dan sekulerisme itu adalah agama itu sendiri.

KESIMPULAN

Sangat penting bagi seorang muslim untuk berhati-hati dan menjauhi kelompok-kelompok ‘menyimpang’ tersebut. Bagaimana pun kita harus ingat bahwa mereka masih seorang muslim (ahlul qiblat) dan wajib untuk di-dakwahi serta ber-amar ma’ruf nahi munkar kepadanya. Untuk memastikan bahwa kita selalu mengikuti jalan yang benar, kita harus meneladani para sahabat sebagai standar pemecahan semua masalah yang distandarkan agama Islam. Hanya dengan pelaksanaan hukum syari’ah yaitu Khilafah (negara Islam) yang dapat mempersatukan umat dan mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya Iman. Wallahu’alam bis showab! sumber :http://gurobabersatu.blogspot.com/l

Minggu, 07 November 2010

Urgensi Kalimat Tauhid dan Syarat-syaratnya

Dari Ubadah bin Shamith radhiyallaahu 'anhu berkta, Rasululllah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,........ مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ

“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang hak disembah) selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersaksi pula bahwa) surga adalah benar adanya dan nerakapun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya kedalam surga betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)



Di dalam hadits ini terdapat beberapa point penting, di antaranya sebagai berikut:

Pertama, sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ini adalah kalimat yang agung yang membedakan antara iman dan kufur. Dia memiliki petunjuk yang agung dan makna yang besar. Menurut para ulama makna من شهد أن لا إله إلا الله : Siapa yang mengucapkan kalimat ini dengan mengetahui maknanya, mengamalkan tuntutannya yang dzahir maupun yang batin. Hal ini seperti yang diterangkan oleh firman Allah ta’ala:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak disembah) melainkan Allah.” (QS. Muhammad: 19)

Dan firman-Nya 'Azza wa Jalla,

إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“… akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya).” (QS. al-Zukhruf: 86)

Sedangkan mengucapkannya tanpa mengetahui maknanya dan tidak mengamalkan tuntutannya, maka hal itu tidaklah membawa manfaat baginya, berdasarkan ijma’.

Dan makna Laa Ilaaha Illallaah: Tidak ada yang diibadahi dengan benar kecuali satu tuhan saja, yaitu Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal ini sesuai dengan yang ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".” (QS. Al-Anbiya’: 25)

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’.” (QS. Al-Nakhl: 36)

Dari sini dapat dipahami, bahwa tidak ada tuhan yang diibadahi dengan benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Dia semata yang berhak mendapat peribadahan sebagaimana Dia semata yang telah menciptakan dan memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, mengadakan dan menghilangkan, memberikan kebaikan dan menimpakan keburukan, memuliakan dan menghinakan, menunjuki dan menyesatkan, dan bentuk-bentuk macan rububiyah lainnya. Tidak seorangpun yang berserikat dengan-Nya dalam mencipta makhluk-makhluk, dan tidak pula ada yang bersama-Nya dalam mengatur mereka. Dia semata yang memiliki al-asma’ al-husna (nama-nama yang mahaindah) dan sifat-sifat yang mahatinggi. Tidak seorangpun selain-Nya yang memiliki sifat seperti itu dan tidak seorang pun yang menyerupai dia dalam nama-nama dan sifat-sifat tersebut.

Bahwa tidak ada tuhan yang diibadahi dengan benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Dia semata yang berhak mendapat peribadahan sebagaimana Dia semata yang telah menciptakan dan memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, mengadakan dan menghilangkan, . . .

Begitu juga Dia sendirian yang berhak mendapat peribadahan, tidak ada yang boleh menjadi sekutu-Nya dalam hal itu. Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Hajj: 62)

مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ () عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al-Mukminun: 91-92)

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al-Maaidah; 73)

“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS: Ali Imran: 62)

“Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaratan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".” (QS. Al-Ra’d: 16)

Dan ayat-ayat lain yang cukup banyak yang menunjukkan secara tersurat atau tersirat bahwa tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala Esa dalam rububiyah, mencipta, memberi rizki dan selainnya, juga Esa dalam Nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang Mahaindah dan sempurna, maka Allah Ta’ala Esa dalam ibadah, maka bagaimana pun jua tidak boleh ada ibadah yang ditujukan kepada selain-Nya.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala Esa dalam rububiyah, mencipta, memberi rizki dan selainnya, juga Esa dalam Nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang Mahaindah dan sempurna, maka Allah Ta’ala Esa dalam ibadah, . .

Kedua, bahwa seorang hamba tidak bisa melaksanakan hak dari kalimat syahadat ini kecuali dengan merealisasikan syarat-syaratnya, yaitu: ilmu, yakin, qabul, inqiyad, shidiq, ikhlash, dan cinta.

Maksudnya: orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat tidak akan mendapatkan manfaat di dunia dan akhirat dari kalimat ini hanya sebatas mengucapkannya. Tapi haruslah terpenuhi ketujuh syaratnya sebagai berikut:

1. Al-Ilmu. Maksudnya: Mengetahui maknanya, yakni dari masalah nafyun (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Ilmu ini meniadakan kejahilan sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak disembah) melainkan Allah.” (QS. Muhammad: 19)

Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dari Utsman radhiyallaahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang meninggal sedangkan dia mengetahui bahwa tiada Illah (yang berhak disembah) kecuali Allah, pasti masuk surga.”

Dari sini dapat dipahami, orang yang mengucapkannya wajib mengetahui apa yang dimaksud dan ditunjukkannya. Sedangkan orang yang mengucapkannya namun jahil terhadap hakikat dan maknanya, maka pengucapannya itu tidaklah mendatangkan manfaat untuknya.

Sedangkan orang yang mengucapkannya namun jahil terhadap hakikat dan maknanya, maka pengucapannya itu tidaklah mendatangkan manfaat untuknya.

2. Al-Yaqin. Maksudnya: Orang yang mengucapkan kalimat syahadat ini harus yakin dengan makna yang dimau dengan keyakinan yang mantap yang menghilangkan keraguan. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: 15)

Terdapat dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فَيُحْجَبَ عَنْ الْجَنَّةِ

“Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasulullah, tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan keduanya tanpa ragu-ragu akan terhalang dari surga.” HR. Muslim)

Supaya orang yang mengucapkannya bisa masuk surga, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menjadikan syarat agar dalam mengucapkannya tidak ragu terhadapnya dan hatinya meyakininya dengan penuh.

3. Al-Qabul. Maksudnya: Hati dan lisannya menerimanya. Ayat-ayat yang menunjukkan hal ini sangatlah banyak yang semuanya menunjukkan bahwa kalimat tauhid tersebut tidak mendatangkan manfaat kecuali bagi orang yang menerimanya untuk mengucapkannya. Dari sini Allah menceritakan tentang orang kafir terdahulu,

وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ () قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آَبَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ () فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi Peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka." (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya." Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” (QS. Al-Zukhruf: 23-25)

Kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallaah tidak mendatangkan manfaat kecuali bagi orang yang menerimanya untuk mengucapkannya.

4. Al-Inqiyad (tunduk dan patuh) terhadap tuntutannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan. . .” (QS. Al-Nisa’: 125)

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى

“Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (QS. Luqman: 22)

Makna Yuslim Wahjahu: dia menyerahkan diri dan tunduk dengan banyak berbuat baik dan bertauhid. Sedangkan orang yang tidak menyerahkan diri dan tidak tunduk kepada Allah, maka dia tidak termasuk berpegang teguh dengan tali yang kuat (Laa Ilaaha Illallaah).

Sedangkan orang yang tidak menyerahkan diri dan tidak tunduk kepada Allah, maka dia tidak termasuk berpegang teguh dengan tali yang kuat (Laa Ilaaha Illallaah).

Dalam sebuah hadits, “Tidaklah beriman salah seorang kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaranku).” (HR. Thabrani). Ini merupakan bentuk kesempurnaan inqiyad (ketundukan).

5. Al-Shidqu (jujur) yang meniadakan dusta. Yaitu mengucapkannya dengan jujur dari dalam hatinya. Hatinya sesuai dengan lisannya dan lisan sesuai dengan hatinya. Allah ta’ala berfirman dalam masalah tersebut,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ () وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3)

Allah menceritakan tentang kondisi orang-orang munafikin,

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 8-10)

Dalam sebuah hadits shahih, dari Mu’adz bin jabal radhiyallaahu 'anhu, dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“Tak seorang pun bersaksi Laa Ilaaha Illallaah dan Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya dengan kejujuran hati kecuali Allah mengharamkan neraka untuk menyentuhnya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Syarat untuk selamat dari neraka setelah mengucapkan kalimat ini haruslah mengucapkannya dengan jujur dari hatinya. Sebatas menggucapkan dengan lisan tidaklah memberikan manfaat tanpa kesesuaian hati.

Syarat untuk selamat dari neraka setelah mengucapkan kalimat ini haruslah mengucapkannya dengan jujur dari hatinya.

Sebatas menggucapkan dengan lisan tidaklah memberikan manfaat tanpa kesesuaian hati.

6. Ikhlas. Yaitu membersihkan amal shalih dengan niat dari berbagai noda syirik. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

“Ketahuilah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Al-Zumar: 3)

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Zumar: 2)

Dalam shahih Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

“Orang yang paling berbahagia mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah dia yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah ikhlash dari hatinya atau dirinya.”

Dari 'Itban bin Malik radhiyallaahu 'anhu, dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka menyentuh orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah karena semata-mata mencari wajah Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

7. Al-Mahabbah (cinta). Maksudnya mencintai kalimat ini dan apa saja yang ditunjukkannya, dituntutnya, dan orang-orang yang menggucapkannya, mengamalkan dan berpegang teguh dengannya, serta membenci semua hal yang bertentangan dengannya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. (Al Baqoroh: 165)

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.” (QS. Al-Mujadilah: 22)

Dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Tiga hal, apabila ketiganya ada pada diri seseorang maka ia akan bisa merasakan manisnya Iman; Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang hanya karena Allah, dia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Wallahu a'lam....

[PurWD/voa-islam.com]