Menuntut Ilmu

Seandainya tanpa ilmu, maka manusia itu ibarat binatang

Lebih Dekat Dengan Qur'an

Tidaklah sekelompok orang berkumpul untuk mempelajari al-Quran, melainkan akan turun kepada mereka berkah dari Allah.

Jangan Lupa Qiyamul Lail

Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.

Sholat berjamaah

mari semangat sholat lima waktu di masjid.

Halaqoh Quran

Hidup Makmur, Mulia dan Bahagia bersama Al Quran.

Minggu, 05 Desember 2010

Alangkah Indahnya Islam (2)

Tujuan Mulia Syari'at Islam

Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama, Jiwa, akal, kehormatan, nasab, dan harta.

Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur .....
serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.

Syahadat “Laa Ilaaha Illa Allah”, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat “Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tidak mengikuti ra’yu (pendapat) keluarga, ra’yu kelompok, ra’yu jama’ah, ra’yu tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.

Bagi seorang dai, dalam melaksanakan dakwahnya tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhan (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai ilmu syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, “Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”

Bagi seorang dai, dalam melaksanakan dakwahnya tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu.

Telah disinggung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan syirik dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan ikhtilath (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan tabdzir (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita.

Syariat Islam telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.

Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Bahkan tersenyumpun kepada saudara muslim yang lain, juga bagian dari keimanan.

Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Amiin…

Tamat . . .

Alangkah Indahnya Islam (1)

Urgensi Islam

Satu-satunya agama yang diridlai Allah hanyalah Islam. Barang siapa yang beramal kebajikan untuk Allah di atas Islam, akan diterima oleh Allah. Sebaliknya, yang beramal kebajikan di atas agama selain Islam, amalnya tertolak, tidak diterima. Dasarnya adalah firman Allah Ta'ala......
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali Imran: 19)

Juga firman-Nya.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ

“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.” (Qs. Ali Imran: 85)

Karena, hanya agama Islam saja yang berisi ketundukan kepada Allah dengan ikhlas dan tunduk kepada para rasul-Nya. Barang siapa yang tidak beragama dengan Islam, tidak akan selamat dari siksa Allah dan tidak pula bisa masuk surga. Setiap agama selain Islam adalah agama batil di sisi-Nya.

Agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi pemberi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.

Allah berfirman.

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.” (Qs. Asy-Syura: 13)

Barang siapa yang tidak beragama dengan Islam, tidak akan selamat dari siksa Allah dan tidak pula bisa masuk surga.

Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.

Allah berfirman.

يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.” (Qs. Asy-Syura: 42)

Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhai Allah, niscaya Allah akan meridhainya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,

يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.” (Qs. Al Maaidah: 54)

Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,

رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ

“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.” (Qs. At-Taubah: 100)

Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,

ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ

“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.” (Qs. At-Taubah: 118)

Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. "Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit." (QS. Al-An'am: 125)

Dalam Shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku, kemudian dia mati dan belum beriman dengan risalah yang kubawa kecuali ia termasuk penghuni neraka.” (Hadits Riwayat Muslim)

Oleh karenanya, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Padanya terdapat kemuliaan mereka. Jika mereka mencari kemuliaan dengan selain (ajaran) Islam maka Allah akan menghinakan mereka. Oleh karena itu, persatuan mereka harus bertumpu pada Islam.

Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Padanya terdapat kemuliaan mereka. Jika mereka mencari kemuliaan dengan selain (ajaran) Islam maka Allah akan menghinakan mereka. Oleh karena itu, persatuan mereka harus bertumpu pada Islam.

Islam sebagai agama penutup akan senantiasa terjaga eksistensinya hingga menjelang kiamat. Karena Allah telah menjamin penjagaan terhadapnya. Dia berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Qs. Al-Hijr: 9)

Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.

Allah berfirman.

بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ

“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.” (Qs. Al Maaidah: 44)

Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam al-Quran, demikian juga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam Sunnahnya.

Allah Ta'ala berfirman:

مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ

“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.” (Qs. Al-Hajj: 15)

Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, “Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.” Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, “dengan akalku,” tapi jawablah, “dengan fitrahku.” Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. “Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?” Ia menjawab, “Pernah.” (Abu Hanifah bertanya lagi), “Apakah engkau merasa akan tenggelam?” Jawabnya, “Ya.” “Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?” “Ya,” jawabnya. “Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya hadits Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”

Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhai Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai shalat lima waktu, haji, puasa di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.

Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Bersambung. . . . Insya Allah

Menata Cinta

Secara Fitrah manusia sebagai makhluk mencintai KhaliqNya yaitu Allah. Namun tak dapat dipungkiri banyak cinta jenis lain yang ada di hati manusia dan ditujukan kepada selain Allah. Cinta kepada selain Allah ini kerap mendominasi hati manusia dan mengacaukan tujuan hidupnya. Sebagai Muslim kita harus.....
hati-hati dalam menata cinta jangan sampai cinta kepada sesuatu selain Allah menyebabkan keburukan pada diri kita sendiri maupun pihak lain.

Cinta Tertinggi seorang muslim haruslah hanya kepada Allah SWT, baru kemudian kepada yang lainnya.

Berikut adalah tingkatan cinta dari yang terendah sampai ke yang tertinggi.

1. Cinta kepada Materi
Sifatnya haruslah biasa saja atau sekedarnya. Cinta jenis ini diberikan kepada fasilitas hidup di dunia, berupa tumbuhan, hewan, maupun benda-benda lainnya. Semua yang ada di langit dan di bumi telah ditundukkan Allah bagi manusia, sebagai fasilitas yang mendukung kehidupan manusia dan tugasnya beribadah kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan.

2. Cinta kepada sesama manusia
Cinta jenis ini hanya boleh sampai pada tingkat Athf (simpati). Tanpa memandang perbedaan apapun, cinta jenis ini diwujudkan dalam bentuk menyampaikan kebenaran dan mengajak kepada keselamatan dunia akhirat, dan menghindar dari hal-hal buruk.

3. Cinta kepada sesama Muslim
Cinta, pada tingkatan ini, diikuti Shabaabah ( Empati ). Diwujudkan dalam kedekatan hubungan layaknya dengan orang yang memiliki hubungan persaudaraan dengan kita.

4. Cinta kepada orang Mukmin
Cinta, pada tingkat ini, diikuti perasaan yang lebih dalam yaitu berupa As Syauq (kerinduan) dan diberikan kepada sesama Mukmin. Kepada mereka dapat kita berikan cinta dan kasih sayang.

5. Cinta kepada Rasulullah dan Islam yang diajarkannya
Tingkatannya tidak boleh sampai kepada penghambaan, tetapi hanya sampai tingkat ‘Isyq (kemesraan) dan diwujudkan dengan cara meneladani beliau dan menghidupkan sunnahnya.

6. Cinta kepada Allah
Adalah cinta yang tingkatannya tertinggi, terbesar dan utama, hanya boleh diberikan kepada Allah saja. Cinta tingkatan ini mencakup penghambaan dan penyembahan terhadap yang dicintai (Allah).

Hubungan dengan tingkatan cinta yang lebih tinggi tentunya meliputi perasaan yang ada pada tingkat cinta dibawahnya, namun cinta dan perasaan pada tingkat yang lebih rendah tidak boleh melebihi cinta dan perasaan yang diberikan kepada tingkatan cinta yang diatasnya.

Cinta kepada materi hanya boleh sampai kecintaan yang sekedarnya / biasa saja, tidak boleh sampai pada tingkat simpati terlebih sampai kepada penghambaan.

Contohnya cinta kepada materi hanya boleh sampai kecintaan yang sekedarnya / biasa saja, tidak boleh sampai pada tingkat simpati terlebih sampai kepada penghambaan.

Cinta kepada selain Allah harus tetap dalam kerangka cinta kita kepada Allah. Mencintai kesemuanya dalam rangka cinta kita kepada Allah.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ

“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari “ (Fathir : 13)

إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”
(Fathir : 14 ).

Cinta kepada selain Allah harus tetap dalam kerangka cinta kita kepada Allah. Mencintai kesemuanya dalam rangka cinta kita kepada Allah.

Dengan demikian kemampuan menata cinta itu sangat penting, agar kita mampu membagi dan menempatkan setiap jenis cinta sesuai porsinya. Selain itu akan memudahkan kita dalam menentukan prioritas, menentukan mana yang harus didahulukan ketika di hadapkan pada pilihan-pilihan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang pada hakekatnya kesemuanya itu kelak akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dan supaya kita berhati-hati agar tidak terjatuh pada lembah kemusyrikan. (Prima Yuniarti/voa-islam.com

Karakteristik Wanita Shalehah

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar shalehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah SWT.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:....
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:

1- Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah SAW?
- Mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada muhrim bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami
- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya
selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut di hadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga

Sumber : Miftachul Arifin, http://wanita-sholihah.blogspot.com/

Jangan Tertipu Dengan Amalmu!

Seorang muslim jika melakukan beberapa amal ibadah dan taqarrub kepada Allah akan merasakan hatinya tentram, jiwanya tenang, menerima serta qana’ah dengan pemberian Allah Ta’ala. Bahkan, terkadang lahir dalam dirinya perasaan sudah memberikan hak-hak Allah. Terkadang......
perasaan ini mendatangkan kekaguman dan bangga dengan ibadahnya.

Orang-orang shaleh tidak akan melakukan hal tersebut. Karena orang-orang shaleh selama-lamanya selalu rindu kepada Allah dan takut kalau-kalau ibadahnya tidak diterima. Bahkan, dia beranggapan amalnya tidak pantas diterima oleh Allah.

Allah Ta’ala berfirman tentang mereka,

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (QS. Al-Mukminun: 60)

Aisyah radliyallaahu 'anha berkata, “Aku telah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tentang ayat ini, apakah mereka orang-orang yang minum khamer, pezina, dan pencuri? Beliau menjawab, “Tidak, wahai putri al-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, menunaikan shalat dan shadaqah namun mereka takut kalau amalnya tidak diterima.” (HR. Muslim, kitab al Imarah, bab man qatala li al Riya wa al sum’ah istahaqqa al naar, no. 1905)

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Puas dengan ketaatan yang telah dilakukan adalah di antara tanda kegelapan hati dan ketololan. Keraguan dan kekhawatiran dalam hati bahwa amalnya tidak diterima harus disertai dengan mengucapkan istighfar setelah melakukan ketaatan. Hal ini karena dirinya menyadari bahwa ia telah banyak melakukan dosa-dosa dan banyak meninggalkan perintah-Nya."

Allah telah memerintahkan kepada para hujjaj untuk mengucapkan istighfar setelah mereka rampung dari melaksanakan ibadha haji. Hal ini sebagai penyempurna dan kemuliaan. Allah Ta’ala berfirman:

فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah: 198-199)

Syaikh al-Sa'di mengatakan, "Beginilah seharusnya yang dilakukan hamba, setiap selesai dari melaksanakan ibadah dia beristighfar (meminta ampun) kepada Allah atas kealpaan dan bersyukur kepada Allah atas taufiq-Nya. Tidak seperti orang yang melihat dirinya telah menyempurnakan ibadah dan berbangga di hadapan Tuhannya."

Dalam surat lain Allah menjelaskan,

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ

"(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali Imran: 17)

Imam al Hasan menjelaskan ayat ini, bahwa mereka adalah orang-orang yang lama dalam menjalankan shalat sampai menjelang waktu sahur (akhir malam) kemudian mereka duduk dengan mengucapkan istighfar (meminta ampunan) kepada Allah.

Dalam hadits shahih dijelaskan bahwa ketika Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam selesai mengucapkan salam dari shalatnya, maka beliau mengucapkan istighfar tiga kali. (HR. Muslim dari Tsauban)

Diriwayatkan dari Tsauban radliyallah 'anhu, berkata: "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, apabila telah selesai melaksanakan shalat beliau beristighfar tiga kali." (HR. Muslim)

Jangan Bersandar Pada Amal

Bersandarkan pada amal saja akan melahirkan kepuasan, kebanggaan, dan akhlak buruk kepada Allah Ta’ala. Orang yang melakukan amal ibadah tidak tahu apakah amalnya diterima atau tidak. Mereka tidak tahu betapa besar dosa dan maksiatnya, juga mereka tidak tahu apakah amalnya bernilai keikhlasan atau tidak. Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk meminta rahmat Allah dan selalu mengucapkan istighfar karena Allah Mahapengumpun dan Mahapenyayang.

Masuk Surga Bukan Karena Amal

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا

"Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga." Mereka bertanya, "tidak pula engkau ya Rasulallah?" Beliau menjawab, "Tidak pula saya. Hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendor atau lemah)." (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik al-Bukhari)

Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali dengan rahmat Allah. Dan di antara rahmat-Nya adalah Dia memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah untuk taat kepada-Nya. Karenanya, dia wajib bersyukur kepada Allah dan merendah diri kepada Allah.

Tidak layak dia bersandar kepada amalnya untuk menggapai keselamatan dan mendapatkan derajat tinggi di surga. Karena tidaklah dia sanggup beramal kecuali dengan taufiq Allah, meninggalkan maksiat dengan perlindungan Allah, dan semua itu berkat rahmat dan karunia-Nya.

Karena tidaklah dia sanggup beramal kecuali dengan taufiq Allah, meninggalkan maksiat dengan perlindungan Allah, dan semua itu berkat rahmat dan karunia-Nya.

Seorang hamba tidak pantas membanggakan amal ibadahnya yang seolah-olah bisa terlaksana karena pilihan dan usahanya semata, apalagi ada perasaan telah memberikan kebaikan untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan amal ibadah hamba-hamba-Nya. Dia Mahakaya, tidak butuh kepada makhluk-Nya.

Allah Ta'ala berfirman dalam hadits Qudsi, "Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, dari kalangan manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antaramu, maka tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, dari kalangan manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kamu, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga." (HR. Muslim dari Abu Dzar al Ghifari, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam)

Oleh: Badrul Tamam

Koreksi Ucapan ''Maa Syaa Allah'' Ketika Kagum terhadap Sesuatu

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semiga terlimpah kepada Rasulullah, beserta keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang senantiasa berpegang dengan sunnah-sunnahnya......
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ وَمِنْ نَفْسِهِ وَمِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ العَيْنَ حَقٌّ

"Apabila salah seorang kalian melihat kekaguman pada saudaranya, pada dirinya, dan hartanya, hendaknya dia mendoakan barakah untuknya, karena pengaruh 'ain itu benar adanya." (HR. Ahmad 3/447, al-Hakim 4/215 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam al Silsilah al Shahihah no. 2572 dan al Kalim al Thayyib no. 244)

Menurut petunjuk hadits di atas, jika kita melihat kekaguman pada diri saudara kita, hartanya, anaknya, kendaraannya, atau yang lainnya maka kita mendoakan keberkahan. Manfaatnya, agar tidak tertimpa penyakit ‘ain, yaitu penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk pandangan mata yang yang takjub dengan diiringi iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya. Namun, terkadang pandangan yang tidak disertai rasa dengki-pun, dengan izin Allah, bisa menyebabkan pengaruh buruk ‘ain, walaupun orang tersebut tidak bermaksud menimpakan ‘ain. Bahkan ini terjadi pada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang sudah terkenal akan kebersihan hati mereka.

Namun, ada sebagian orang apabila kagum dengan sesuatu lalu dia berucap, Maa Syaa Allaah Laa Quwwata Illaa Billaah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Mereka berdalil dengan firman Allah Ta'ala dalam surat al-Kahfi dan dengan hadits Anas.

Pertama, Firman Allah Ta'ala:

وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

"Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu Maa Syaa Allaah Laa Quwwata Illaa Billaah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (QS. Al Kahfi: 39)

Ayat tersebut tidak tepat dijadikan dalil untuk mengucapkan dzikir di atas ketika melihat sesuatu yang mengagumkan agar selamat dari pengaruh 'ain yang timbul dari kedegkian. Sebabnya, karena ayat tersebut tidak memiliki kaitan dengan tema bahasan tentang kedengkian. Sesungguhnya Allah menghancurkan kebunnya dikarenakan kekufuran dan sikapnya yang melampaui batas.

Menurut keterangan dari Syaikh Utsaimin, dzikir di atas disyari'atkan bagi sesorang yang kagum dan ta'ajub dengan hartanya sendiri. Fungsinya, sebagai ungkapan rasa syukur dan pengakuan bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah Ta'ala. Sebagaimana kisah dua pemilik kebun ketika salah seorang diantara mereka berkata kepada yang lainnya:

وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

"Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu Maa Syaa Allaah Laa Quwwata Illaa Billaah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (QS. Al Kahfi: 39)

Adapun doa yang diucapkan untuk mencegah ‘ain ketika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan dari hartanya adalah dengan mendoakan keberkahan, sebagaimana dalam hadits pertama di atas.

Kedua, dalil dari hadits Anas bin Malik radliyallah 'anhu. Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang melihat sesuatu yang membuatnya kagum, hendaknya dia berucap: Maa syaa Allaah Laa Quwwata Illa Billaah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) karenanya dia tidak tertimpa kedengkian 'Ain." (Hadits ini sangat lemah) Imam al Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari riwayat Abu Bakar al Hudzali, dia seorang yang sangat lemah. (Majmu' al Zawaid: 5/21) karenanya tidak bisa digunakan dasar untuk membenarkan dzikir di atas ketika melihat sesuatu yang membuat takjub.

Jika Melihat Kebaikan Pada Orang Lain

Jika ia melihat sesuatu yang menakjubkan pada orang lain, maka hendaklah ia mendoakan keberkahan. Di antaranya dengan mengucapkan: Baarakallah 'alaihi (Semoga Allah memberkahi atasnya), Baarakallah Fiihi (Semoga Allah memberikan berkah padanya), Allahumma Baarik 'Alaihi (Ya Allah berkahilah atasnya) atau kata-kata yang sejenisnya.

Dan jika ia melihat sesuatu yang menakjubkannya dari perkara dunia, maka hendaklah mengatakan:

لَبَّيْكَ إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشَ الآخِرَةِ (Labbaika, innal ‘aisy ‘aisyal Aakhirah). Artinya, "Kupenuhi panggilan-Mu (yaa Allah), sesungguhnya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 4/107, al-Baihaqi 7/48 dan al-Hakim 1/465, dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabi).

Fungsinya, untuk mengingatkan dirinya bahwasanya kehidupan dunia bagaimanapun juga akan hilang dan tidak ada kehidupan yang hakiki di sana, dan kehidupan yang hakiki adalah di akhirat nanti. Wallahu a'lam bil shawab. Oleh : Badrul Tamam

Adakah Kaitan antara Kemaksiatan dengan Gempa Bumi?

Adakah hubungan antara gempa bumi yang sering terjadi akhir-akhir ini dengan banyaknya kemaksiatan, khususnya berkaitan dengan syahwat?. Seorang ulama Iran Hojatoleslam Kazem Sedighi menyatakan.......
ada. Dia menuturkan gempa bumi yang di Teheran, Iran disebabkan banyak wanita yang tidak berpakaian dengan layak sehingga membuat para pria tersesat, merusak kesucian mereka, dan menyebarkan perzinahan di masyarakat. Akibatnya gempa bumi yang terjadi meningkat. (sebagaimana yang dilansir web.orange.co.uk, Jumat 23/4/2010)

Pernyataan Sedighi tersebut diprotes seorang pelajar di Amerika Serikat, Jen McCreight dengan membuat Facebook yang diberi judul Boobquake. Dia ingin menunjukkan apa yang dikatakan Sedighi itu salah. Tidak tanggung-tanggung, aksi ini mendapatkan dukungan tiga ratusan ribu facebooker. Dukungan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan sebanyak mungkin belahan dada wanita dan membuktikan bahwa payudara tidak menyebabkan gempa bumi. Begituah kondisi zaman akhir, kemaksiatan banyak mendapatkan dukungan.

“Pada 26 April nanti, saya akan menggunakan pakaian yang memperlihatkan belahan dada,” ujarnya.

“Saya mendorong semua wanita untuk bersama-sama, serta menunjukkan kekuatan supranatural dari payudara mereka. Atau sekalian menggunakan pakaian minim, jika itu dikatakan tidak layak,” lanjutnya yang dilansir okezone (Jum'at, 23 April lalu).

Dan tidak disangka, tepat hari yang dijanjikan pendukung aksi seronok untuk memperlihatkan belahan dada mereka, Senin (26/4) siang, gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter terjadi di Taiwan sampai terasa ke Filipina.

Hubungan Kemaksiatan Dengan Bencana Alam

Tentang kaitan antara musibah dan kemaksiatan, Al-Qur'an dan Sunnah telah menyinggungnya. Di samping menerangkan bahwa seluruh kejadian di muka bumi atas izin dan kehendak Allah, Al-Qur'an dan Sunnah juga menerangkan adanya hukum kausalitas terjadinya bencana alam, di antaranya gempa bumi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ

"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah." (QS. At-Taghaabuun: 11)

Dan tiada satu musibah yang terjadi di muka bumi kecuali akibat dari kesalahan mereka sendiri. Allah berfirman: (artinya) "Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura: 30)

Juga firman Allah Ta'ala:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa maksiat mempunyai banyak akibat buruk yang akan menimpa pelakunya dan keluarga pelakunya, atau menimpa masyarakat dan umatnya, atau menimpa bumi, langit, lautan, hewan-hewan dan selainnya. Karenanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

العبدُ الفاجرُ يستريح منه العبادُ والبلادُ والشَّجرُ والدوابَّ

"Seorang hamba pelaku maksiat (kalau dia mati) maka para hamba, negeri-negeri, pepohonan dan hewan-hewan ternak akan tenang dari (akibat maksiat) nya." (HR. Al-Bukhari no. 6147 dan Muslim no. 950)

Bahkan maksiat bisa memberikan pengaruh buruk pada suatu benda yang suci, sebagaimana yang pernah menimpa Hajar Aswad. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits Ibnu Abbas:

نزل الحجر الأسود من الجنة وهو أشد بياضا من اللبن فسودته خطايا بني آدم

"Dulu hajar aswad turun dari surga dan warnanya lebih putih daripada susu, lalu dia dibuat menjadi hitam oleh kesalahan-kesalahan anak Adam.” (HR. At-Tirmizi no. 877 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmizi no. 695)

Lebih khusus lagi dengan maksiat asusila, pornografi, dan perzinahan; Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menerangkannya sebagai salah satu tanda dekatnya kiamat dan menjadi sebab utama datangnya berbagai bencana alam, di antaranya gempa bumi dan tanah longsor.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan pada Qatadah, “Sungguh aku akan memberitahukan pada kalian suatu hadits yang tidak pernah kalian dengar dari orang-orang sesudahku. Kemudian Anas mengatakan,

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا

"Di antara tanda-tanda hari kiamat adalah: sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan, diminumnya khamr, merebaknya perzinaan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Di antara tanda-tanda hari kiamat adalah: . . . merebaknya perzinaan." al hadits

Makna "merebaknya perzinahan" adalah zina tersebar dan dianggap biasa sehingga orang-orang yang berzina tidak lagi sembunyi-sembunyi karena banyaknya orang yang melakukan zina. (Disarikan dari Fathul Baari)

Sesungguhnya sunnah Allah berlaku pada makhluk-Nya, di mana jika perzinaan merajalela, maka Allah murka kepada mereka. Jika kemurkaan Allah terus berlangsung, maka Dia akan menurunkan adzab-Nya ke bumi. Abdullah bin Mas’ud, berkata, "Tidaklah muncul perzinaan di sebuah negeri, kecuali Allah mengumumkan kehancurannya."

Beberapa hadits lain juga menyebutkan gempa bumi menjadi tanda dekatnya kiamat. Seperti yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "tidak terjadi hari kiamat sehingga dihilangkannya ilmu, banyak gempa bumi, . . . ." (HR. Bukhari, no. 978).

Dan dalam Musnad Imam Ahmad, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam duduk-duduk bersama para sahabatnya, di antaranya Salamah bin Nufail perawai hadits ini, beliau menyebutkan sebuah hadits yang di antara isinya; "Sebelum terjadinya kiamat akan terjadi kematian-kematian yang mengerikan, dan sesudahnya akan terjadi tahun-tahun gempa bumi."

Beberapa hadits di atas menunjukkan adanya korelasi antara dua tanda tersebut, bahwa banyaknya perzinahan menyebabkan terjadinya banyak bencana, di antranya gempa bumi yang keduanya menjadi tanda semakin dekatnya akhir dunia ini. Hal ini diperkuat dengan beberapa riwayat yang disebutkan oleh Ibnul Qayim rahimahullah dalam kitabnya Ad-Da’ Wa Ad-Dawa’ berikut ini:

Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, bahwasanya beliau dan seorang lagi masuk menemui ibunda ‘Aisyah radhiallahu anha, lalu orang tersebut berkata: “Wahai Ummul Mukminin! Beritahukanlah kepada kami tentang gempa.” Ibunda ‘Aisyah menjawab: “Apabila mereka telah memperbolehkan perzinahan, meminum khamer, memainkan alat musik, maka Allah subhanahu wa ta’ala marah di langit-Nya dan berfirman kepada bumi: 'Bergoncanglah atas mereka!' Jika mereka bertaubat dan meninggalkan perbuatan tersebut (berhentilah), jika tidak, maka hancurkanlah mereka!” Orang tersebut berkata: “Wahai Ummul Mukminin! Apakah itu adzab atas mereka?” Beliau menjawab: “Itu adalah peringatan dan rahmat bagi orang-orang beriman, dan hukuman, adzab serta murka atas orang-orang kafir.”

Berkata Anas radhiallahu anhu: “Aku tidak pernah mendengar hadis sepeninggal Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam yang lebih menyenangkanku daripada hadis ini.”

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah meriwayatkan dari Shafiyyah radhiallahu 'anha, beliau berkata: “Bumi bergoncang di Madinah pada masa Umar radhiallahu anhu, lalu beliau berkata: 'Wahai manusia! Ada apa ini? Alangkah cepat penyimpanganmu! Kalau sekiranya bumi telah kembali seperti semula aku tidak akan tinggal bersamamu di sana.'"

Berkata Ka’ab rahimahullah, “Sesungguhnya terjadinya gempa bumi adalah apabila dilakukan kemaksiatan di atasnya, lalu bumipun bergetar takut apabila Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahuinya.” (Sampai di sini keterangan Ibnul Qayim).

Bahwa banyaknya perzinahan menyebabkan terjadinya banyak bencana, di antranya gempa bumi yang keduanya menjadi tanda semakin dekatnya akhir dunia ini.

Riwayat-riwayat yang disebutkan Ibnul Qayim di atas diperkuat dengan beberapa hadits berikut ini:

Dari Aisyah radliyallaahu 'anha berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:

يكون في آخر الأمة خسف ومسخ وقذف قالت قلت يا رسول الله أنهلك وفينا الصالحون قال نعم إذا ظهر الخبث

"Pada periode akhir umat ini akan terjadi tanah longsor, perubahan muka dan kerusuhan." Aisyah berkata, “saya bertanya, wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa padahal di tengah-tengah kami masih ada orang-orang shalih?” Beliau shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab, “ya, yaitu apabila telah tersebar keburukan.” (HR. Tirmidzi. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Jami’ al Shaghir 6/358 no. 8012)

Dari Imran bin Husain, bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:

في هذه الأمة خسف ومسخ وقذف فقال رجل من المسلمين يا رسول الله ومتى ذاك قال إذا ظهرت القينات والمعازف وشربت الخمور

“Pada umat ini akan terjadi tanah longsor, perubahan bentuk muka, dan kerusuhan. Lalu ada salah seorang dari kaum muslimin bertanya, “wahai Rasulullah, kapankah terjadinya hal itu?” beliau menjawab, “Apakah di sana-sini telah banyak biduan (penyanyi) dan alat-alat musik serta khamar sudah biasa diminum.” (HR. Tirmidzi. Dishaihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shaghir 4/103. No. 4119)

Kesimpulan

Sesungguhnya alam raya ini tunduk di bawah perintah Allah, Tuhan dan pemilik alam semesta. Apa yang Dia perintahkan, maka alam ini akan melaksanakannya dengan suka rela atau terpaksa. Alam tidak bisa menolak ketentuan Allah Ta'ala. Mereka tidak diberi pilihan untuk tunduk atau menolak keputusan Allah, berbeda dengan manusia yang diberi pilihan untuk taat atau durhaka.

Allah Ta'ala berfirman:

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ

"Lalu Dia (Allah) berkata kepadanya (langit) dan kepada bumi, 'datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa'. Keduanya menjawab, 'kami datang dengan suka hati'." (QS. Fushilat: 11).

Bumi tidak bergerak dan bergeser sehingga terjadi musibah gempa kecuali dengan perintah dan izin dari Allah Ta'ala, penguasa alam semesta. Dan berdasarkan hadits-hadits di atas, Allah tidak memerintahkan bumi untuk bergerak sehingga terjadi gempa kecuali karena kemaksiatan manusia dalam bentuk umbar aurat dan perzinahan. Wallahu a'lam bil shawab.

Allah tidak memerintahkan bumi untuk bergerak sehingga terjadi gempa kecuali karena kemaksiatan manusia dalam bentuk umbar aurat dan perzinahan.

Oleh: Purnomo

Senin, 29 November 2010

Kitab-kitab yang Hendaknya Dipelajari Oleh Penuntut Ilmu

Pertama : Aqidah :

1. Kitab Tsalatsatul Ushul (Tiga landasan utama).

2. Kitab Al Qowaidul Arba’ (Empat Kaidah)

3. Kitab Kasyfusy Syubuhat ( Membongkar syubhat)

4. Kitab At Tauhid

Keempat kitab tersebut adalah karangan Syaikhul Islam Imam Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah........
5. Kitab Al Aqidah Al Wasithiyah yang mencakup tauhid Asma dan sifat. Inilah kitab tebaik yang dikarang dalam bab ini dan amat penting untuk dibaca dan dipelajari.

6. Kitab Al Hamawiyah.

7. Kitab At Tadmuriyah.

Keduanya merupakan risalah yang lebih luas dari pada aqidah al wasithiyah.

Inilah tiga kitab karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah

8. Kitab Aqidah Thahawiyah karya Syaikh Abu Ja’far Ahmad Bin Muhammad At Thahawy.

9. Kitab Syarah Aqidah Thahawiyah karya Abul Hasan Ali Bin Abul ‘Izzy.

10. Kitab Ad Durus Sunniyah Fil Ajwibah An Najdiyah. Disusun oleh Syaikh Abdurrahman Bin Qasim Rahimahullah.

11. Kitab Ad Durroh al Madhiyah fi aqidah al firqah al mardhiyah, karya Muhammad Bin Ahmad As Safaarainy Al Hambaly. Di dalamnya ada beberapa poin yang menyimpang dari madzhab salaf. Seperti ucapannya :

وَلَيْسَ رَبُنَا بِجَوْهَرَ وَلاَ عَرَض

وَلاَ جِسْـــمَ تَعَالَى فِي اْلعُلْيَ

Tuhan kami bukanlah mutiara ataupun materi

Tidak pula berjisim Tuhan kita yang Tinggi dalam ketinggian-Nya.

Oleh karena itu seorang penuntut ilmu harus mempelajarinya melalui seorang syaikh yang memahami akidah salafiyah dengan benar tetapi dia menjelaskan poin-poin yang menyimpang dari akidah salafus salih yang ada di dalamnya.

Kedua : Hadis.

1. Kitab Fathul Bary Syarah Sahih Bukhory karya Ibnu Hajar Al Asqalany Rahimahullah .

2. Kitab Subulus Salam Syarah Bulughul Maram karya Ash Shan’any dan kitabnya ini memadukan antara hadis dan fikih.

3. Kitab Nailul Authar Syarah Muntaqa al Akhbar, karya As saukany.

4. Kitab Umdatul Ahkam karya Al Maqdisy. Ini adalah kitab yang ringkas dan sebagian besar hadis-hadisnya terdapat dalam dua kitab sahih (Shahih Bukhori dan Shahih Muslim) sehingga tidak perlu dibahas kesahihannya.

5. Kitab Arbain An Nawawiyah, karya Abu Zakariya An Nawawy Rahimahullah. Ini adalah kitab yang baik karena di dalamnya terkandung adab dan manhaj yang baik dan kaidah-kaidah yang bermanfaat sekali, seperti hadis :

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

” Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak ada artinya.”[1]

Inilah satu kaidah yang seandainya engkau menjadikannya sebagai jalan yang engkau tempuh maka pasti akan mencukupi. Demikian pula kaidah berbicara (seperti) dalam hadis :

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

” Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”[2]

6. Kitab Bulughul Maram karya Al Hafizh Ibnu hajar Al Asqalany. Ini adalah kitab yang bermanfaat terutama karena dia menyebutkan para perawi dan menerangkan pula orang yang mensahihkan dan mendhaifkan hadis dan memberi komentar terhadap hadis-hadis itu.

7. Kitab Nukhbatul fikr karya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalany yang dianggap mencakup. Bila seorang penuntut ilmu memahaminya secara sempurna maka hal ini akan membuat dia tidak memerlukan kitab lain dalam ilmu mushthalah. Ibnu Hajar Rahimahullah mempunyai metoda yang baik dalam menyusunnya yaitu : yang pokok dan pembagian (cabang). Maka seorang penuntut ilmu dia akan merasa semangat jika membacanya karena dibangun berdasarkan hasil pemikiran akal. Dan saya katakan : Amat baik bagi penuntut ilmu untuk menghafalkannya karena merupakan ringkasan yang amat bermanfaat dalam ilmu mushthalah.

8. Kitab yang enam (Al Kutubus Sittah) yaitu : Sahih Bukhary, Sahih Muslim,Sunan An Nasai, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan At Tirmidzi. Saya nasihatkan agar para penuntut ilmu banyak membaca kitab-kitab ini karena di dalamnya terkandung dua faidah :

a). Merujuk kepada yang ushul (pokok).

b). Mengulang-ulang nama-nama perawi dalam ingatannya. Bila engkau mengulang-ulang nama-nama perawi, hampir tidak pernah dalam sanad manapun yang tidak bertemu dengan salah seorang rawi Bukhari – umpamanya – maka akan lebih dikenal bahwa dia adalah perawi Bukhari maka dia bisa mengambil faidah dalam ilmu hadis ini.

Ketiga : Fikih.

1. Kitab Adabul Masyyi ilaash Shalah karya Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah.

2. Kitab Zaadul Mustaqni’ fi Ikhtisharil Muqni’ karya Al Hijawy, dan ini adalah sebaik-baik matan dalam hal fikih dan merupakan kitab yang diberkahi, ringkas, dan padat. Guru kami telah mengisyaratkan kepada kami untuk menghafalkannya padahal beliau telah menghafalkan matan Daliluth Thalib.

3. Kitab Ar Raudhul Murabbi’ Syarah Zaadul Mustaqni’ karya Syaikh Mansur Al Bahuty.

4. Kitab Umdatul Fiqh, karya Ibnu Qudamah Rahimahullah.

Keempat : Faraidh.

1. Matan Ar Rahabiyyah, karya Ar Rahabby

2. Kitab Matan Al Burhaniyyah, karya Muhammad Al Burhany. Ini adalah kitab tang ringkas, bermanfaat, dan mencakup semua masalah faraa-idh. Dan saya melihat bahwa Al Burhaniyyah lebih baik dari pada Ar Rahabiyyah, karena Al Burhaniyyah lebih lengkap dari Ar Rahabiyyah dari satu aspek dan informasinya lebih lengkap dari aspek yang lain.

Kelima : Tafsir.

1. Kitab Tafsir Al Quran Al Adhim karya Ibnu Katsir Rahimahullah. Ini adalah kitab yang bagus dalam masalah tafsir dengan atsar, bermanfaat dan aman, tetapisedikit kandungan I’rab dan balagahnya.

2. Kitab Taisir Al Karim Ar Rahman Fi Tafsir Al Manan karya Syaikh Abdur Rahman As Sa’dy Rahimahullah. Ini adalah kitab yang bagus, mudah dan aman. Saya nasihatkan untuk dibaca.

3. Kitab Muqaddimah Syaikhul Islam Fii Tafsiir dan ini adalah muqaddimah yang penting dan bagus (dalam ilmu tafsir).

4. Kitab Adhwa ul Bayan, karya Al Allamah Muhammad Asy Syinqithy Rahimahullah. Ini adalah kitab yang memadukan antara hadits, fikih,tafsir, dan ushul fiqh.

Keenam : Kitab-kitab umum dalam beberapa disiplin ilmu.

1. Dalam hal Nahwu : Matan Al Ajuruumiyyah. Ini adalah kitab yang ringkas namun padat.

2. Dalam hal Nahwu : Alfiyyah Ibnu Malik. Ini adalah ringkasan ilmu Nahwu

3. Dalam masalah siirah (sejarah) kitab terbaik yang saya lihat adalah : Zaadul Ma’ad, karya Ibnul Qayyim Rahimahullah. Ini adalah kitab yang bermanfaat sekali yang menerangkan sejarah Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Salam dalam segala aspek (kehidupan), kemudian banyak diterangkan aspek hukumnya.

4. Kitab Raudatul ‘Uqala, karya Ibnu Hibban Al Busty Rahimahullah. Ini adalah kitab yang amat bermanfaat sekalipun amat ringkas dan banyak menghimpun pelajaran dan kisah-kisah para ulama, para ahli hadis, dan yang lainnya.

5. Kitab Siyar A’laamin Nubalaa’. Karya Adz Dzahabi. Ini adalah kitab yang amat banyak manfaatnya dan banyak mengandung pelajaran yang harus dibaca dan dipelajari oleh para penuntut ilmu.

Diterjemahkan dari Kitab Al-Ilmu Karya Syaikh Al-Utsaimin Rohimahulloh
[1] Dikeluarkan oleh Imam Ahmad (1/201). Tirmidzi (2318) dan dihasankan oleh An Nawawy dalam riyadhus salihin halaman 73 dan disahihkan oleh Ahmad Syakir (musnad/1737). [2] Dikeluarkan oleh Bukhary, kitab adab. Muslim, kitab luqathah, bab bertamu.

Sumber: http://ustadz.abuhaidar.web.id/

TIPS BELAJAR EFEKTIF

Musim liburan sudah berlalu sekarang waktunya balik lagi ke sekolah. Ada baiknya
kamu buat persiapan yang baik buat satu semester ke depan. Persiapannya itu bukan
hanya masalah buku tulis atau baju seragam saja, bahkan ada yang lebih penting lagi.
Pertama, tentukan target kamu di semester ini apa trus........
buat jadwal harian yang isinya
langkah-langkah menuju target tersebut. Nah, supaya target belajarmu lebih cepat golnya,
simak deh tips-tips dari teman kamu di seluruh dunia soal belajar yang efektif.
1.

Seorang teman dari Amerika memberi saran belajar yang dia dapat dari ayahnya.
Hari pertama sekolah, ulang kembali pelajaran yang telah didapat. Setelah itu baca
singkat dua halaman materi berikutnya buat cari kerangkanya saja. Begitu pelajaran
tersebut diterangkan guru esoknya, kamu sudah punya gambaran atau dasarnya, tinggal
menambahkan saja apa yang belum kamu tahu. Jadi begitu pulang sekolah, kamu hanya
mengulang saja untuk mencari kesimpulan atau ringkasan.
2.

Usahakan selalu konsentrasi penuh waktu mendengarkan pelajaran di sekolah. Materi yang kamu dengar bakal mudah dipanggil lagi begitu kamu menghapal ulang pelajaran.
3.

Beberapa temanmu merekomendasikan untuk mengetik ulang catatan pelajaran ke
dalam komputer. Logikanya, dengan mengetik ulang catatan berarti sama saja dengan
membaca ulang pelajaran yang baru saja kamu dapat dari sekolah. Materi yang diulang
tadi bisa tersimpan di memori otak buat jangka waktu yang lama. Lebih bagus lagi kalo
kamu mau membaca kembali atau mempelajari catatan tersebut setelah diketik. Susah
lupanya!
4.

Cara lain adalah dengan membaca ulang catatan pelajaran kemudian buat
kesimpulan dengan kata-katamu sendiri. Supaya dapat terpatri lama di memori, tulis
kesimpulan kamu tadi di secarik kertas kecil seukuran kartu nama. Kartu-kartu tersebut
efektif untuk mengulang dan membaca singkat kala senggang.
5.

Teman lainnya menyarankan untuk selalu menggunakan buku catatan yang
berbeda pada setiap mata pelajaran. Cara ini dinilai lebih teratur sehingga pada waktu
ingin mengulang suatu pelajaran kita tidak perlu lagi harus membuka semua buku.
6.

Mengulang pelajaran tidak selamanya harus dengan membaca atau menulis. Mengajari teman lain tentang materi yang baru diulang bisa membuatmu selalu ingat akan materi tersebut. Bagusnya lagi, kamu menjadi lebih paham akan materi tersebut.
7.

Belajar mendadak menjelang tes memang tidak efektif. Paling nggak sebulan
sebelum ulangan adalah masa ideal buat mengulang pelajaran. Materi yang banyak bukan
masalah. Caranya : selalu buat ringkasan atau kesimpulan pada setiap pelajaran, kalau
perlu pakai tabel atau gambar ilustrasi supaya mudah diingat.

ABU HURAIRAH

Nama beliau yang sebenarnya sebelum masuk islam adalah Abu Syamsi, kemudian setelah beliau masuk islam ia diberi nama oleh Rasulullah dengan nama Abdurrahman bin Shohrin Adduwaysie , adapun kemudian ia dijuluki dengan Abu Hurairah .........
karena Ia sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seeokor kucing, yang selalu diberi makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberi tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang-bayangnya. Inilah sebabnya ia diberi gelar "Bapak kucing" Semoga Allah ridlo kepadanya dan menjadikannya ridla kepada Allah….!

B. Otaknya Menjadi Gudang Pembendaharaan Pada Wahyu.
Sahabat mulia Abu Hurairah termasuk salah seorang yang memiliki bakat yang istimewa, beliau mempunyai bakat yang luar biasa dan kekuatan ingatannya. Abu Hurairah mempunyai kelebihan dalam seni menghafal dan menyimpan apa yang didengarnya, ditapungnya lalu dihafalkan hingga ia tak pernah melupakan satu kata atau satu hurufpun dari apa yang telah ia dengarnya, sekalipun usia telah bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah ia mewakafkan hidupnya lebih banyak untuk mendampingi Rasulullah sehingga termasuk orang yang terbanyak menghafal dan menerima hadits dari Rasulullah.
Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah. Mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalah gunakan ketenarannya dalam meriwayatkan hadits dari Nabi Saw; hingga sering mereka mengeluarkan sebuah hadits dengan menggunakan kata-kata ”bekata Abu Hurairah…."
Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai hadits dari Nabi Saw. Menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usah susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di telah dihabiskan oleh tokoh-tokoh ulama hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berkhidmat kepada hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan kedalamnya.
Abu Hurairah berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak kedalam islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.
Beliau adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi islam, dengan segala perubahan yang ia buat. Dari orang upahan menjadi induk orang yang mengupah atau majikan, dari seorang yang terlunta-lunta ditengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan ikutan! Dan dari seorang yang sujud kepada batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah. Beliau berkata ; _"Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin, aku menerima upah sebagai pembantu pada Basrah binti Ghazwan demi untuk mengisi isi perutku. !aku lah yang melayani keluarga itu bila sedang ingin berpergian, sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Bushrah, maka segala puji bagi Bagi Allah yang telah menjadikan agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah ikutan umat…!"
Ia datang kepada Nabi Saw pada tahun ketujuh hijriyah sewaktu beliau berada di khoibar; ia memeluk islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan, dan semenjak ia bertemu dengan Nabi Saw dan berabaiat kepadanya, hampir-hampir ia tidak pernah berpisah lagi dari padanya kecuali pada saat-saat waktu tidur. Begitulah berjalan selama empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah Saw, yakni sejak ia masuk islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke Maha Tinggi. Kita katakan, "Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan sampai keapada seluruh perbuatan dan pendengaran.
Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan penting dalam berbakti kepada agama Allah, beliau adalah orang yang mampu melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajaran agama, pada waktu memang ada para sahabat yang mampu menulis, tetapi jumalah mereka sedikit sekali, apalagi sebagiannya tak mempunyai kesempatan untuk mencatat hadits-haits Rasulullah.
Sebenarnya Abu Hurairah bukanlah seorang penulis, ia hanyalah seorang yang menghafal, disamping memiliki kesempatan dan mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan, karena ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak pula perniagaan yang akan diurus.
Ia pun menyadari bahwa ia termasuk orang yang masuk islam belakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti rasul terus menerus dan secara tetap mengikuti majelisnya, kemudian disadari pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan doa Rasul, agar pemilik bakat ini deberi Allah berkat.
Ia menyiapkan dirinya menggunakan bakat dan kemampuan karuia ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian. Dan beliau adalah seorang yang misikin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka dia hadir disaat yang lainnya absen keran kesibukan, dan disuatu hari Rasul pernah berbicara kepada para sahabat :
"Siapa yang membentangkan surbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian ia meraihnya kedirinya, maka ia takkan terlupa akan suatupun dari apa yang telah didengarnya dari padaku." (HR. Bukhori no 2047, Muslim 2492)
Maka kuhamparkan kainku, lalu ia berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu kederiku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang aku dengar dari padanya. Demi Allah kalau bukan karena tidak adanya ayat didalam kitabullah niscaya tidak akan ku kabarkan kepada kalian sedikitpun ! ayat ini adalah ;
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, (Qs. Albaqarah 159)
Oleh sebab itu ia harus saja memberitakan, tak suatu pun yang menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya, hingga pada suatu hari Umar berkata kepadanya, "Hendaklah kamu hentikan menyampaikan kabar dari Rasulullah! Jika tidak maka akan kukembalikan kamu ketanah Daus.
Tetapi larangan ini tidak mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hal itu hanyalah sebagai pengukuhan dari suatu pandangan yang dianul oleh Umar, yaitu agar ornag-orang islam dalam jangka waktu tersebut, tidak mebaca dan menghafalkan yang lain, kecuali Al-Qur'an sampai ia mantap dan melekat dalam hati sanubari dan pikiran.
Al-Qur'an adalah kitab suci Islam, undang-undang dasar dan kamus lengkapnya, dan terlalu banyaknya cerita tentang Rasulullah, terlebih lagi saat menyusul wafatnya Saw, saat sedang dihimpunnya Al-Qur'an, dapat menyebabkan kesimpangan dan campur baur yang tak perlu terjadi.
Oleh karena itu Umar berkata kepadanya, "Sibukkanlah dirimu dengan Al-Qur'an karena dia adalah kalamullah." Dan katanya lagi, "Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah, kecuali yang mengenai amal perbuatannya, "
Dan sewaktu beliau mengutus Abu Musa Al-As'ary ke Irak ia berpesan kepadanya, "Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum yang dalam masjid mereka terdengar bacaan al-qur'an seperti suara lebah. Maka biarkanlah seperti itu dan jangan engkau bimbangkan mereka, dengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukaung kamu dalam hal ini.
Abu Hurairah menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan ia teguh juga terhadap dirinya dan memenuhi amanat, hingga ia tak mau menyembunyikan suatu pun dari hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa menyebunyikan adalah dosa dan kejahatan.
Pada suatu hari Marwan bin Hakam, bermaksud ingin menguji kemampuan hafalan dari Abu Hurairah, maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits dari Rasulullah, sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dindig. Sesudah berlalu selama satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali, dan dimintanya membacakan hadits-hadits yang dulu itu yang telah ditulis oleh sekretarisnya, ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah, walau sepatah katapun.
Ia berkata tentang dirinya, "Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin Amr bin Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak..!"
Abu Hurairah termasuk ahli ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, selalu melakukan ibadat bersama-sama istrinya dan anak-anaknya semalam-malaman secara bergiliran; mula-mula ia berjaga-jaga sampai sambil shalat sepertiga malam kemudian dilanjutkan oleh istrinya sepertiga malam dan sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh putrinya..,"dengan demikian tak ada saat pun yang berlalu setiap malam dirumah Abu Hurairah, melainkan berlangsung disana ibadat, dzikir dan shalat. !
Karena keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasul, ia pernah menderita kepedihan lapar yang jarang diderita orang lain. Rasa sakit menggigit perutnya, maka diikatnya batu dengan surbannya dengan kedua tangannya, lalu terjatuhlah ia dimasjid sambil menggeliat-geliat kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan, padahal sama sekali bukan..!
Abu Hurairah hidup sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid, tak pernah ia ketinggalan perang, dan tidak pula dari ibadat. Dizaman Umar bin Khatthab ia diangkat sebagai seorang amir untuk daerah Bahrain, sedang umar sebagaimana yang kita ketahui adalah seorang yang keras dan teliti terhadap pejabat-pejabat yang diangkatnya. Apa bila ia mengangkat seseorang sedang ia mempunyai dua pasang pakaina, maka sewatu meninggalkan jabatannya nanti, haruslah orang itu hanya mempunyai dua pasang pakain juga, malah lebih utama kalau ia memiliki satu pasang saja! Apabila waktu meninggalkan jabatan itu terdapat tanda-tanda kekayaan, maka ia takkan luput dari interogasi Umar, sekalipun harta tersebut berasal dari hartanya yang halal! Suatu dunia lain yang di isi oleh Umar dengan hal-hal luar biasa dan mengagumakan..!
Rupanya sewaktu Abu Hurairah memangku jabatan sebagai kepala daerah Bahrian ia telah menyimpan harta yang berasal dari sumber yang halal. Hal ini diketahui oleh Umar, maka ia pun dipanggilnya kemadinah, dan Umar berkata, "Hai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, apa engkau telah mencuri harta Allah ? maka beliau menjawab, "Aku bukan musuh Allah dan tidak juga kitab-Nya, akan tetapi aku menjadi musuh orang yang memusuhi keduanya dan aku bukanalah orang yang mencuri harta Allah ! dari mana kamu peroleh sepuluh ribu itu ? beliau menjawab kuda kepunyaanku beranak pinak dan pemberian orang berdatangan. Kembalikan harta itu keperbendaharaan negara (baitul mall).
Abu Hurairah menyerahakan hartanya itu kepada Umar, kemudian ia mengangkat tangannya kearah langit sambil berdoa. "Ya Allah ampunilah Amirul Mukminin…'
Tak selang beberapa lamanya. Umar memanggil Abu Hurairah kembali dan menawarkan jabatan kepadanya diwilayah baru. Tapi ditolaknya dan dimintanya maaf karena tak dapat menerimanya. Kata Umar kepadanya, "Kenapa apa sebabnya?" jawab Abu Hurairah; "Agar kehormatanku tidak sampai tercela, hartaku tidak dirampas, punggku tidak dipukul…!' kemudian katanya lagi: "Dan aku takut menghumi tanpa ilmu dan bicara tanpa belas kasih.."
Pada suatu hari sangatlah Abu Hurairah rindu hendak ketemu dengan Allah, selagi orang-orang mengunjunginya dan mendoakannya supaya cepat sembuh dari sakitnya, ia sendiri berulang-ulang memohon kepada Allah dengan berkata, "Ya Allah sesungguhnya aku sudah sangat rindu hendak bertemu dengan-Mu Semoga Engkau pun demikian..!" dalam usia 78 tahun, tahun yang ke-59 H ia pun berpulang kerahmatillah, disekeliling orang-orang shalih penghuni pandam pengkuburan Baki', ditempat yang beroleh berkah, disanalah jasadnya dibaringkan..! dan sementara orang-orang yang mengiringi jenazahnya kembali dari kuburan, mulut dan lidah mereka tiada henti-hentinya membacakan hadits yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasulullah yang mulia.

C. Periwayatan Hadits
Beliau adalah salah seorang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah, beliau meriwatkan hadits sebanyak 5374 hadits. Dan lebih dari 800 orang yang meriwatkan hadits darinya.

D. Guru-Guru dan Murid-Muridnya
 Guru-guru besar Abu Hurairah
 Umar bin Khattab
 Ibnu Abbas
 Ali bin Abi Tholib
 Hasan bin Tsabit Almundzir
 Hamil bin Basroh bin Waqosh
 Saad bin Malik bin Sinan bin Ubaid
 Aisyah binti Abi Bakar
 Abdullah ibnu Salam bin Harits
 Abdullah ibnu Utsman bin Amir
 Utsman bin Affan
 Ubay bin Ka'ab
 Usamah bin zaid
 Ka'ab bin Mati'
 Basroh bin Abi Basroh

 Murid-Murid Abu Hurairah
 Ibrahim bin Ismail
 Ibrahim bin Ibrahim
 Ibrahim bin Abdullah
 Ubad bin Anas
 Abdullah bin harmuz
 Abu Walid Maula Amru khodas
 Abdul Malik bin Abi Hurairah
 Marwan bin Hakam
 Suud bin Malik
 'urak bin Malik
 'amir bin Saad bin Abi waqash
 Muhammad bin Mungkadir
 Atho'
 Urwah bin Zubair

E. Derajat Udul dan Tsiqoh
Pada dasarnya semua sahabat mereka adalah Udul dan Tsiqoh, dan Abu Hurairah adalah merupakan seorang sahabat yang paling tinggi derajat Udul dan Tsiqohnya diantara sahabat-sahabat yang lain.

F. Tempat Tinggal dan Wafatnya Abu Hurairoh
Sebelum beliau meninggal beliau bermukin di Madinah, kemudian pada tahun 57 H beliau wafat, dan kemudian dikuburkan di Baqi'

G. Ringkasan Singkat Biodata Abu Hurairoh
Nama : Abdurrahman bin Sohrin
Nama Ibu : Maimunah binti Shobih
Nasab : Ad-Dausy Al-Yamany
Julukan : Abu Hurairoh
Tempat Tinggal : Madinah
Wafat : Madinah 59 H

H. Daftar Pustaka
 Al-Qur'an Al-Karim
 Mukhtashor shohih bukori
 Shohih Muslim
 Tarikh Tasryi' Al-Islamy. Manna'ul Qatthan. Maktabah Wahbah, Mesir, Cet ke 5/2005 M
 Tarikh Tasryi' Al-Islamy, Hudloir Bik, Darul Ihya', Indonesia
 Rijal Haular Rasul , Kholid Muhammad Kholid, Edisi Indonesia, Cv Diponogoro, Bandung Cet ke 16/2000 M
 Tarikh Khulafa', Imam Suyuty, Maktab Al'asriyah, Beirut 1979 M
 Alkitab Mu'tamar Al'aly Ar-Rabi' Lissiroh Wa Sunnah An-Nabawiyah, Al-Azhar, November 1985 M
 Riyadlus Sholihin, Imam An-Nawawi, Dar As-Salam Riyadh Cet Ke 13/1991 M

ABU DZAR AL GHIFARI

Abu Dzar, nama aslinya adalah Jundub bin Junadah, termasuk dari a'yan sahabat dan ahli zuhud di kalangan mereka. Islam sejak lama di Makkah kemudian kembali kepada kaumnya, .......
tinggal bersama Nabi di Madinah, sakanur rabdzah dan meninggal pada tahun ke-32 H. [Bulughul maram min adillatil ahkam, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalany, hlm.45]

Awal mula keislamannya
SEORANG LELAKI MUDA bernama Jundub bin Junadah, datang ke tempat pemujaan. Suku pemuda itu, Ghifar, memang penyembah berhala bernama Munat. Jundub orang miskin, dan datang ke pemujaan itu untuk mempersembahkan susu. Jundub menanti. Ternyata, berhala Munat tidak meminum susu itu. Toh demikian, Jundub tetap ada di hadapannya.
Beberapa waktu kemudian, muncul seekor rubah yang langsung meminum susu persembahan Jundub tersebut. Sebelum pergi rubah itu mengangkat satu kakinya dan ... mengencingi berhala itu.
Munat tidak bereaksi apa-apa. Akhirnya Jundub tertawa geli. “Kenapa aku menyembah batu bodoh seperti ini?” katanya pada diri sendiri. “Dikencingi pun, dia tidak bereaksi apa-apa! Benar-benar bodoh!”
“Kalau begitu” fikir pemuda itu. “Berhala yang lain pun, seperti Hubal, Latta dan lainnya, juga tidak bisa berbuat apa-apa kalau dikencingi seperti Munat”
Dalam pencariannya, Jundub akhirnya sampai pada kesimpulan: “pasti ADA SESUATU yang lebih dari itu semua. Yang menguasai semua ini!”
Pada saat-saat itulah, Jundub mendengar : katanya ada ‘nabi baru’ di Mekkah. Hal itu katanya juga sudah diramalkan dalam kitab-kitab terdahulu. Dan dikatakan para ahli agama pula.
Penasaran, Jundub mengirim saudaranya, Anis, untuk mengecek kebenaran berita itu. Anis pun melakukan perjalanan sangat jauh, ratusan kilometer, menuju Mekkah. Setelah itu, dia pulang memberitahukan apa yang dilihat.
Jundub lebih penasaran lagi. Karena itu, dia merasa ‘harus membuktikan sendiri’. Gambaran Anis tidak lengkap, karena Anis takut mendekati nabi baru itu !
Sampai di Mekah, Jundub tidak tahu harus pergi ke mana. Untung ada anak muda yang menyapanya dengan ramah. Bahkan kemudian mengajaknya ke rumah. Omong-omong, anak muda itu akhirnya tahu keinginan Jundub. Pemuda itu bersedia mengantarkannya ke Nabi baru yang disebutnya itu.
Anak muda itu bernama Ali.

Perjalanan hidupnya
ABU Dzar al-Ghifari adalah seorang yang berani berterus-terang memberikan pendapat, meskipun kepada seorang khalifah. Menurut riwayat, suatu peristiwa berlaku selepas Saidina Usman bin Affan dilantik menjadi khalifah.
Pada masa itu, Usman memberikan 300,000 dirham kepada seorang yang bernama Marwan, sementara 100,000 dirham lagi kepada Zaid bin Sabit. Peristiwa itu dilihat oleh Abu Dzar.
Disebabkan tidak bersetuju dengan pemberian itu, Abu Dzar menegur khalifah dengan kata-kata: "Gembirakanlah kaum kafir itu dengan neraka." Di samping itu, Abu Dzar juga menyebut ayat al-Quran daripada surah at-Taubah yang antara lain bermaksud: "Dan mereka yang menghimpun emas dan perak dan tidak mengeluarkannya bagi kepentingan menegakkan agama Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang amat pedih pada hari kemudian."
Kata-kata itu memang meninggalkan kesan kepada mereka yang mendengarnya, termasuk Marwan sendiri yang kemudian bertindak mengadukan hal itu kepada khalifah.
Apabila Usman mendapat tahu perkara itu, beliau menghantar seorang utusan yang juga pembantunya untuk menemui Abu Dzar bagimenasihatkannya supaya tidak mengkritik khalifah dengan begitu keras.
Apa yang disampaikan oleh utusan daripada khalifah itu sebaliknya tidak mendatangkan apa-apa kesan kepada Abu Dzar. Beliau tidak menghiraukannya sama sekali. Sebaliknya, lebih menguatkan keazaman Abu Dzar untuk menyuarakan pendapatnya berasaskan kepada kebenaran itu.
Selepas mendengar teguran khalifah yang disampaikan melalui utusan itu, Abu Dzar bertanya kembali: "Apakah Usman mahu melarang aku daripada membaca kitab Allah?"
Pertanyaan itu mengelukan lidah sesiapa saja untuk menjawabnya kerana kata-kata itu tentulah berdasarkan kepada hakikat kebenaran kerana ia bersandar kepada kitab Allah.
Abu Dzar seterusnya melanjutkan kata-katanya: "Sesungguhnya aku lebih memilih mendapatkan keredaan Allah, sekalipun dimarahi Usman, daripada mendapat keredaan Usman tetapi dimurkai Allah."
Mendengar kata-kata itu, utusan berkenaan tidak dapat mempertikaikan apa pun mengenai Abu Dzar. Sikapnya yang jujur, ikhlas dan berani berterus-terang menyuarakan isi hatinya demi kebenaran itu akan ‘mematikan’ apa juga hujah yang di luar landasan agama.
Dengan sikap dan semangat waja itulah, Abu Dzar terus membuat teguran membina kepada Khalifah Usman, termasuk dalam urusan pemerintahannya.
Berikutan kritikannya itu, pada suatu ketika, Usman memerintahkan agar Abu Dzar meninggalkan Madinah dan ke Syam.
Perintah itu tidak diingkarinya, sebaliknya Abu Dzar mematuhinya lalu berpindah ke Syam.
Bagaimanapun, dengan perpindahan itu tidak bermakna Abu Dzar turut menghentikan sikap jati dirinya yang rela menegur sesuatu yang dilihatnya sebagai tidak sesuai atau tidak sejajar dengan ajaran Islam.
Beliau berpegang kepada kebenaran Allah. Justeru, apa saja yang tergelincir daripada dasar itu, beliau tetap menegurnya sekalipun kini tidak tinggal lagi di Madinah.
Ketika di Syam, Abu Dzar terus menegur pembesar yang dilihatnya tidak begitu sesuai dengan ajaran Islam. Di Syam, dia pernah menegur Gabenor Syam, Muawiyah.
Keutamannya
Pada hakikatnya, apa yang disuarakan oleh Abu Dzar dalam pelbagai kritikannya terhadap pembesar negara, termasuk Khalifah Usman dan Muawiyah adalah suara yang mewakili suara majoriti umat Islam.
Sekiranya ada tindakan khalifah yang tidak wajar seperti memberikan banyak kelonggaran kepada tokoh penting sahabat meninggalkan Madinah untuk ke daerah yang jauh dengan memiliki banyak kekayaan, Abu Dzar tetap menegurnya.
Tegurannya dibuat atas dasar membina. Sebaliknya jika pembesar negara berasakan mereka tidak sanggup menerima kritikan setajam itu terpulang kepada mereka.
Abu Dzar sedia menerima apa saja hukuman, termasuk berpindah ke tempat lain tetapi hasratnya untuk menyuarakan pendapat yang benar tetap akan dilaksanakan walaupun tidak menjadi seorang tokoh popular.
Sifat berterus-terang dan berani menyuarakan pendapat demi kebenaran Islam ini adalah suatu ciri yang menjadikannya seorang perawi hadis yang bertanggungjawab.
Kesempurnaan jiwanya
a. Kezuhudan dan ketaqwaannya
Pada suatu hari seorang laki-laki datang ke rumah Abu Dzar. Oang itu melayangkan pandangannya ke setiap pojok rumah Abu Dzar. Dia tidak menemukan apa-apa dalam rumah itu. Karena itu orang tersebut bertanya kepada Abu Dzar :
"Hai Abu Dzar! dimana barang-barangmu ?"
Jawab Abu Dzar, "Kami mempunyai rumah yang lain (di akhirat), barang-barang kami yang bagus telah kami kirimkan ke sana."
Orang tersebut rupanya mengetahui maksud Abu Dzar. Lalu dia berkata pula, "Tetapi nukankah kamu memerlukan juga barang-barang itu di rumah ini (di dunia) ?"
"Tetapi yang punya rumah (Allah) tidak membolehkan kami tinggal di sini (di dunia) selama-lamanya." Jawab Abu Dzar.
Pada suatu ketika Wali Kota Syam mengirimkannya tigaratus dinar. Katanya, "Manfaatkanlah uang ini untuk memenuhi kebutuhan anda !"
Abu Dzar mengembalikan uang itu seraya berkata,
"Apakah Wali Kota tidak melihat lagi seorang hamba Allah yang lebih memerlukan bantuan ?" [Shuar min Hayatish Shahabah, DR. Adurraman Ra'fat Basya, hlm.114]
b. Ibadahnya
c. Takut kepada Allah
d. Ilmunya
e. Kemuliaan
f. Kesabarannya
g. Keberaniannya
Segera setelah Jundub bertemu Muhammad (SAW), dia langsung ‘jatuh cinta’. Lalu bersahadat masuk Islam. “Rahasiakanlah dulu keislamanmu, dan kembalilah ke kampung halamanmu!” perintah Nabi.
“Demi Allah” jawab Jundub yang kemudian lebih dikenal dengan nama Abu Dzar Al-Ghifari, “saya akan menyebarkan Islam di antara orang-orang Quraish!”
Abu Dzar membuktikan ucapannya. Keesokan harinya, dia pergi ke Ka’bah (yang waktu itu masih penuh berhala) dan berteriak: “aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad rasul Allah!”
Orang-orang Quraish kaget dan sangat marah. Lalu mendekati. Karena Abu Dzar terus omong, mereka kemudian memukulinya sampai pingsan.
Keesokan harinya, Abu Dzar berbuat yang sama. Dan orang-orang Quraish lebih ganas memukulinya, sampai Abu Dzar pingsan pula.
ABU DZAR tidak pernah berubah dari ‘sikap dasarnya’ itu. Kebenaran tidak untuk disembunyikan, tapi dibeberkan secara terbuka. Akibat dari sikap itu tidak ada artinya, asal hati tetap bersikukuh hanya Allah satu-satunya yang perlu ditakuti.
Abu Dzar kemudian mampu meng-Islam-kan sukunya, Ghifar. Bahkan juga suku lainnya, Aslam. Kedua suku itu, semuanya, tua-muda lelaki-perempuan, kemudian berbondong-bondong menemui langsung Nabi Muhammad (SAW) ketika telah hijrah ke Madinah.
Nabi Muhammad tersenyum kagum. “Takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar!” kata Nabi pula.
Suatu hari, Nabi bertanya: “Abu Dzar, bagaimana pendapatmu bila menjumpai ada pembesar yang mengambil barang upeti (kekayaan) untuk diri sendiri ?”. Jawab Abu Dzar tegas : “Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedangku!”
“Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu ? Yaitu bersabar sampai kamu menemuiku!”
‘Menemuiku’ artinya: sampai Abu Dzar meninggal. Janji Nabi itu dipegang teguh oleh Abu Dzar: para pembesar di mana pun, asal dijumpai hidup mewah dan berfoya-foya, maka Abu Dzar akan ‘menembaknya’ dengan teriakan kerasnya: “Beritakanlah kepada para penumpuk harta/yang menumpuk emas dan perak/ mereka akan diseterika dengan seterika api neraka/ menyeterika kening dan punggung mereka di hari kiamat!”
Sebagai konsekuensi tindakannya, Abu Dzar kemudian dikenal sebagai “mahaguru hidup sederhana”. Tentu saja, sikapnya itu tidak disenangi para pembesar yang sangat risih pada teriakan teriakan Abu Dzar itu.
“Pemimpin dan pembesar, haruslah yang pertama kali menderita kelaparan sebelum anak buah atau rakyatnya. Sebaliknya, paling belakang menikmati kekenyangan setelah mereka!”

Nasehatnya
Beliau berkata :
"Kesempurnaan taqwa adalah dengan meninggalkan sebagian yang halal karena takut jika hal itu menjadi haram" [Al Wafi fi Syarhil Arba'in an Nawawi, DR. Musthafa al Bugha & Muhyiddin Mistawi, hlm. 86]
Wafatnya
Ketika Rasulullah telah pergi berlalu dengan para sahabat-sahabatnya dan ternyata ada orang-orang yang tidak ikut atau tertinggal. Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, Fulan telah tertinggal". Maka Rasulullah menjawab, "Biarkan dia, maka andai ia masih memiliki kebaikan maka Allah akan menggabungkan dirinya dengan kalian, dan jika ia tidak demikian maka Allah telah menyelamatkan kalian darinya".
Salah seorang sahabat ada yang berkata, "Wahai Rasulullah, Abu Dzar telah tertinggal karena untanya lambat." Rasulullah menjawab, "Biarkan dia, maka andai ia masih memiliki kebaikan maka Allah akan menggabungkan dirinya dengan kalian, dan jika ia tidak demikian maka Allah telah menyelamatkan kalian darinya".
Dan Abu Dzar pun jadi tambah terlambat di atas untanya, maka ketika untanya tidak mampu berjalan lagi, maka Abu Dzar pun mengambil barang-barang bawaannya dan memanggulnya dan berjalan menyurusi jejak kaki Rasulullah. Dan Rasulullah pun turun dari kendaraanya dan kemudian salah seorang pengintai dari sahabat memandang ke jauh ke belakang, tiba-tiba ia berkata, "Wahai Rasulullah, Itu ada seorang laki-laki menuju kesini dengan berjalan kaki sendirian".
Maka Rasulullah bersabda, "Semoga benar dia Abu Dzar". Maka, ketika sekelompok sahabat memperhatikan dengan seksama, maka tiba-tiba mereka pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah, dia adalah Abu Dzar". Maka Rasulullah pun bersabda, "Semoga Allah mengasihi Abu Dzar, ia berjalan sendirian, dan meninggal sendirian, dan dibangkitkan kelak pun sendirian".
Dan sabda Rasulullah ini benar-benar terbukti, sebab Utsman bin Affan ketika itu ada perbedaan pendapat dengan Abu Dzar, dan Abu Dzar pun menjauh dan meninggalkan Utsman bin Affan. Dan tiada yang menemani kepergiannya kecuali isteri dan anaknya, maka beliau pun memberi wasiat kepada isteri dan anaknya itu agar keduanya yang memandikan dan mengkafaninya kalau ia meninggal. Kemudian, letakkanlah aku dipinggir jalan, dan katakanlah kepada orang pertama yang melewatiku bahwa ini adalah Abu Dzar, sahabat Rasulullah, tolonglah kami untuk menguburkannya."
Maka, tatkala Abu Dzar meninggal, keduanya pun melakukan apa yang diwasiatkannya, lalu meletakkan beliau di pinggir jalan.
Maka Abdulah bin Mas'ud dan sekelompok rombongan dari penduduk Iraq pun lewat untuk melakukan umrah. Tiada yang mereka dapati di perjalanan kecuali sebuah jenazah di pinggir jalan yang disampingnya ada seekor unta dan seorang anak yang sedang berdiri danberkata, "Ini adalah Abu Dzar sahabat Rasulullah, maka tolonglah kami untuk menguburkannya".
Maka, Abdullah bin Mas'ud pun menangis dan berkata, "Sungguh telah benar Rasulullah, beliau bersabda bahwa Abu Dzar, dia berjalan pergi sendirian, dan meninggalpun dalam kesendirian, dan akan dibangkitkan dalam kesendirian pula".
Kemudian, ibn Mas'ud pun turun dari kendaraannya, begitu juga para sahabatnya pun menguburkannya. Lalu Ibn Mas'ud pun menceritakan kepada mereka sebuah hadits, sebuah kisah yang di dalamnya Rasulullah bersabda tentang Abu Dzar ketika dalam suatu perjalanan menuju Tabuk. Nama asli Abu Dzar adalah Jundub bin Junadah, meninggal pada tahun 32H.
Sumber: Min Mu'jizatin Nabiy shallalahu 'alaihi wa sallam Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad Al-Salman

Peredaran Bulan, Matahari Dan Terjadinya Waktu (1)

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa matahari, bulan dan bumi mempunyai garis edaran tertentu dalam tata surya kita yang berpengaruh dalam terjadinya waktu atau terwujudnya hari-hari, bulan-bulan...........
dan tahun; terbentuknya siang dan malam serta panjangnya siang dan malam di planet kita, bumi. Waktu terkait erat secara mendasar dengan gerakan bumi, matahari dan bulan. Hari, bulan dan tahun menjadi bukti adanya rotasi peredaran planet bumi dan bintang-bintang tersebut.

Bulan bersama bumi berputar mengelilinggi matahari. Masa periode dari satu bulan ke bulan baru yang lain adalah 29 hari 12 jam dan 44.05 menit. Periode itu disebut periode sinodikal bulan, antara lain dijadikan patokan perhitungan almanak Hijriah.

Adapun matahari, periode puternya pada porosnya adalah 25 hari pada garis ekuatornya, sedangkan putaran rata-ratanya adalah 27 hari.

Garis Edaran Bulan dan Penentuan Kalender Qamariyah

Bulan berbeda dengan matahari dari segi garis edaran maupun waktu edarannya di sekeliling bumi. Jika hilal terbit di timur dan terlihat di satu tempat di bumi maka saat itu telah masuk bulan baru untuk seluruh daerah di bumi. Bukan hanya untuk daerah yang sudah melihat hilal itu saja; sebagaimana perhitungan waktu berdasarkan peredaran matahari (kalendar Matahari) dimana seluruh dunia mengunakan penanggalan yang sama baik dari segi ketentuan awal bulan, jumlah hari maupun bulan. Maka penentuan awal bulan menurut peredaran matahari adalah sama untuk seluruh dunia dan bukan hanya untuk daerah-daerah tertentu.

Penjelasannya bahwa jalur edar bulan berbeda dengan jaur edar matahari. Jalur edar matahri yang dua puluh delapan dapat ditempuh oleh matahari dalam tempo satu tahun. sedang bulan menempuhnya dalam waktu 27 hari, 7 jam, 43 menit dan 4 detik; dan kadang-kadang terjadi dalam waktu 29,5 hari, 44 menit dan 3 detik sebagaimana yang dikatakan oleh ahli hisab dan astronomi.

Ijtima'/Iqtiran (pertemuan antara bulan dan matahari dengan bumi) terjadi pada bujur ekliptik yang sama. Ijtima’ terjadi serentak, dan cuma sekali setiap bulan. Peristiwa ijtima tidak bisa dilihat karena matahari di belakang bulan sangat menyilaukan. Maka saat terjadinya ijtima’ bulan tidak bersinar dan tidak dapat dilihat, sedang sinar bulan berasal dari sinar matahari yang ia pantulkan ke bumi.

Setelah ijtima’/Iqtiran, bulan yang makin tinggi lambat laun akan menyentuh horison bagi tempat di muka bumi yang sedang mengalami matahari terbenam. Bila bulan ini tepat di horison, maka dikatakan irtifa’-nya nol dan sejak itu dia “wujud” (wujudul hilal) bulan sabit akan terlihat dan akan terhitung bulan baru. Makin lama irtifa’ ini hilal makin besar. Dalam 24 jam (sehari) dia akan naik sekitar 12 derajat.

Ijtima’nya Matahari, Bulan dan Bumi tidak Dihitung Bulan Baru Secara Syar’i

Jika para ahli hisab menganggap lahirnya bulan baru (hilal) adalah saat terjadinya ijtima bulan dengan matahari pada bujur ekliptik yang sama, sedangkan syara’ menganggapnya sebagai bulan baru setelah terpisah dan ru’yat atau imkanur ru’yat (kapan secara astronomis hilal mungkin dilihat) adalah setelah terpisahnya bulan dari ijtima’ dan bergeser sejauh jarak yang memungkinkan ru’yatul hilal.

Secara syar’i ru’yat selalu harus dilakukan setiap tanggal 29 Rajab, Sya’ban atau Ramadhan tanpa melihat sudah ijtima’ atau belum. Pada umumnya yang diandalkan adalah kesaksian orang yang dianggap jujur, walaupun untuk ru'yat hilal Ramadhan ru’yat tesebut berasal dari puluhan negara, tetap akan ditolak para ahli hisab di Timur, karena ru’yat dimustahilkan para ahli hisab (misalnya karena irtifa’ negatif atau belum ijtima’/masih bulan tua dll).

Setiap ada kesaksian ru’yat yang diterima, para ahli hisab akan melihat pada irtifa’ berapa laporan itu. Dari sini kemudian timbul berbagai teori tentang “kapan secara astronomis hilal mungkin dilihat”. Inilah konsep “imkanur ru’yat”. Masalahnya angka imkan yang ada berbeda-beda. Kitab-kitab ilmu falak tua masih memakai 7 derajat. Di Turki memakai 5 derajat. Di Indonesia Jama’ah Persis konsisten memakai hisab mutlak dengan imkan 2 derajat. PBNU tetap akan meru’yat namun akan menolak ru’yat sementara irtifa’ masih kurang dari 2 derajat.

Karena masalah imkan belum ada konsensus, Muhammadiyah akhirnya memutuskan memakai wujudul hilal. Dari sini kelihatan bahwa meski metode hisab sama, namun bila kriteria imkan berbeda, hasilnyapun bisa berbeda satu hari.

Di manakah bulan pertama kali mungkin di ru’yat (imkan awal)? Ternyata bisa di mana saja. Tidak ada sebuah tempat pun yang memiliki privilege (hak istimewa). Semua tergantung kondisi aktual. Secara astronomi, bisa dibuatkan garis tanggal hijri (Hijri Date Line/HDL), yaitu suatu garis tempat-tempat dengan irtifa’ (wujud, imkan) sama saat matahari terbenam di masing-masing tempat. HDL ini tiap bulan bergeser dan berubah bentuknya. Yang pasti, faktor cuaca tidak bisa diprediksi dengan hisab astronomi, karena tidak ada hubungannya.

Kesimpulannya menurut ahli hisab jika terlihat hilal dilangit di suatu tempat, maka pada kondisi itu dikatakan sudah masuknya bulan baru dalam pandangan syara’ sedang dalam pandangan ahli hisab/ astronomi bulan baru terjadi dua hari sebelumnya, hal itu tidak memiliki kedudukan kuat dihadapan syara’. Sebab ketika bulan terpisah maka mustahil untuk kembali berijtima’ dan bergeser lagi setelah satu hari atau dua hari sejarak yang memungkinkan ru’yat, sehingga bulan sabit berbeda antara negeri-negeri kaum Muslimin dan berbeda perhitungan bulan; maka hari pertama Ramadhan dan Syawal dianggap juga berbeda antara satu negeri dengan negeri lain. Ini merupakan khayalan dan tahayul yang tidak ada kebenarannya dalam realita lahirnya bulan. karena mustahil bulan kembali ijtima’ dan kembali bergeser sebelum bulan melalui garis edaran yang harus ia lalui untuk dapat dikatakan masuk bulan baru dan ini memakan waktu satu bulan.

Acap kali tempat ijtima’ bulan dengan matahari berbeda sesuai perbedaan garis edaran dan waktu setempat maka terlihatnya bulan pun dari bumi akan terjadi di waktu yang berbeda. Sedangkan di langit terlihatnya bulan itu tidak berbeda karena bulan lahir secara serentak pada waktu yang sama. Berbeda dengan ru’yat bagi penduduk bumi maka kadang kala terlihat di langit Jepang sebelum terlihatnya bulan itu di langit Indonesia, kadang terlihat terlebih dahulu di langit Hijaz (Arab Saudi) dan kadang terlihat di langit Maroko sebelum Hijaz, kadang terlihat di langit Hijaz lebih dahulu sebelum di langit India atau sebelum terlihatnya bulan di Indonesia. Begitulah akan berbeda-beda waktu terlihatnya bulan baru (hilal) pada setiap bulan sesuai waktu ijtima’ dan tempat ijtima’nya, waktu pergeserannya bulan pada waktu yang memungkinkan untuk di ru’yat.

Ru’yat Hilal Merupakan Tanda Masuknya Bulan Baru

Jika telah terjadi ru’yatul hilal di suatu daerah dari bumi (bukan dari langit sebagaimana yang dilakukan pilot pesawat challenger amir Sultan yang mulai berpuasa setelah melihat bulan baru di langit). Maka dengan terjadinya ru’yat telah masuk bulan qamariyah yang baru, dan kaum Muslimin di dunia terikat dengan ru’yat tersebut yakni harus berpuasa dan berlebaran, berhaji, mengeluarkan zakat, memenuhi nadzar dan lain-lain; sebagaimana mengikat juga ahlu dzimah (warga negara non Muslim) untuk membayar jizyah (sejenis pajak kepala) dan kharaj (sejenis pajak tanah) kepada negara, serta urusan-urusan sosial dan perdata ataupun keuangan yang lain baik bagi individu, masyarakat maupun negara.

Kaum Muslimin di seluruh dunia terikat dengan ru’yat tersebut baik mereka melihat hilal ataupun tidak. Sebab tidak disyaratkan kaum Muslimin seluruhnya untuk melihat hilal. Maka ru’yatnya kaum Muslimin akan hilal Ramadhan di Turki mengikat penduduk Albania, Rumania sekalipun mereka tidak atau belum melihat hilal. Ru’yat kaum Muslimin di Tunisia dan Maroko mengikat penduduk Amerika sekalipun mereka tidak melihat hilal. Begitu juga ru’yat hilal penduduk Hijaz mengikat penduduk Mauritania sekalipun tidak terlihat hilal oleh mereka. Begitu pula ru’yat hilal Syawal penduduk Kuwait, Saudi dan Yaman mengikat penduduk Mesir, syria dan Jordan sekalipun mereka tidak melihat hilal.

Ditempat manapun terlihat hilal baru dan disakasikan ru’yat itu oleh sebagian masyarakat (minimal 1 orang saksi asal Muslim dan jujur untuk hilal Ramadhan dan 2 orang saksi untuk hilal Syawal) dan ditetapkan ru’yat tersebut secara resmi oleh negara, maka hal itu merupakan tanda masuknya bulan baru, dan ru’yat tersebut mengikat seluruh kaum Muslimin di dunia tanpa diperhatikan lagi apakah mereka melihat hilal atau tidak dan atau apakah hilal mungkin terlihat di negeri-negeri Islam lainnya atau tidak.

Sebagaimana halnya hari dan bulan menurut kalendar matahri (penanggalan Masehi) tidak boleh berbeda-beda di dunia. Demikian juga hari dan bulan menurut kalendar bulan (penanggalan Hijriyah) tidak berbeda-beda karena menyalahi realita hukum syara’ maupun sunnatullah yang ditetapkan Allah Swt. untuk seluruh alam semesta.

Oleh karena itu, jika hari Jum’at merupakan hari pertama bulan Ramadhan di Makkah tahun 1430H ini, maka sesungguhnya hari itu juga merupakan hari pertama bulan Ramadhan untuk seluruh dunia: di Cairo (Mesir), di Istanbul (Turki), Asfahan (Iran), Kabul (Afganistan), Karachi (Pakistan), Nouakchott (Mauritania), Tripoli (Libanon), Rabat (Maroco), Kualalumpur (Malaysia), Jakarta (Indonesia) dsb; bahkan merupakan juga hari yang sama di luar dunia Islam, di New York, Los Angeles, Swiss, Denmark, Amesterdam, London, Sydney, Melbourne, Fiji dan lain-lain. Hukum ru’yat itu mengikat kaum Muslimin di seluruh dunia, yakni mereka harus berpuasa.

Kamis, 18 November 2010

Kunci-Kunci Rizki

Di antara hal yang menyibukkan hati manusia adalah mencari rizki. Tidak sedikit dari kalangan manusia ini yang mencari rizki dengan cara yang diharamkan Allah. Baik dari golongan tingkat atas maupun........
tingkat paling bawah, baik oleh pejabatnya maupun oleh buruh sekalipun.Mereka tidak lagi peduli terhadap larangan Allah dan Rasul-Nya r, Mereka tidak lagi bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram karena akal sehatnya sudah tak dapat lagi berfungsi lantaran rakusnya terhadap dunia dan lupa terhadap Allah Ar Razzaaq.

Kita dapat menyaksikan dengan mata kepala kita sendiri, banyak dari kaum muslimin mendatangi tempat-tempat yang haram dikunjungi seperti dukun-dukun, paranormal, orang pintar atau apa saja sebutan mereka yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib. Mereka meminta melalui perantaraan orang orang yang dianggap bisa mengeluarkan mereka dari musibah dan mereka juga memohon pertolongan untuk mengetahui urusan yang ghaib. Dan ketahuilah, bahwa rizki adalah salah satu dari perkara yang ghaib itu.

Adalah suatu kewajiban bagi kita untuk bertawakkal kepada Allah yang telah menciptakan dan menanggung rizki semua makhluk-Nya. Dan sudah keharusan bagi kita untuk mengembalikan semua perkara yang ghaib itu kepada Allah saja.

Allah dan Rasul-Nya r telah memerintahkan kita untuk mencari rizki yang halal dan baik, yang tentunya dengan cara berusaha yang halal dan baik pula. Namun disamping itu Allah dan Rasul-Nya r memberi jalan kepada kita dengan dibukanya kunci-kunci rizki yang tentu saja tanpa meninggalkan kasab (usaha).

Kita akan bertanya dimanakah letak kunci-kunci rizki tersebut? Inilah 10 kunci-kunci rizki yang dikhabarkan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya r :

1. Istighfar dan Taubat

Nabi Nuh u berkata kepada kaumnya : "Maka aku katakan kepada mereka, mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) sungai-sungai". (QS Nuh : 10-12)

2. Taqwa

Fiman Allah : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS. Ath-Thalaq : 2-3)

3. Bertawakkal (berserah diri) kepada Allah

Rasulullah r bersabda : "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi dengan perut lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnul Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha'i dan Al Baghawi dari Umar bin Khaththab t)

4. Beribadah sepenuhnya kepada Allah semata

Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. (Dan) jika kalian tidak melakukannya, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah t)

5. Menjalankan Haji dan Umrah

Rasulullah r bersabda : "Kerjakanlah haji dengan umrah atau sebaliknya. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran (karat) besi." (HSR Nasa,i. Hadits ini shahih menurut Imam Al Albani. Lihat Shahih Sunan Nasa'i.)

6. Silaturrahim (menyambung tali kekerabatan yang masih ada hubungan nasab)

Rasulullah r bersabda : "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturrahim" (HSR. Bukhari)

7. Berinfak dijalan Allah

Allah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)

8. Memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu

Anas bin Malik t berkata : "Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah r. Salah seorang mendatangi (menuntut ilmu) pada Rasulullah r, sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah r (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu), maka Beliau r bersabda : "Mudah-Mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia". (HSR.Tirmidzi dan Al Hakim, Lihat Shahih Sunan Tirmidzi)

9. Berbuat baik kepada orang-orang lemah

Mush'ab bin Sa'd t berkata, bahwasanya Sa'd merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah r bersabda : "Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah diantara kalian?". (HSR. Bukhari)

10. Hijrah dijalan Allah

Allah berfirman : "Barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak". (QS. An Nisa : 100)

Pahala orang-orang yang mati syahid

Tak hanya itu, ada kunci Rizki yang lain yang kerap dilihat sebelah mata oleh banyak Kaum Muslimin, Yaitu Berjihad Fii Sabiillah dan meraih Pahala Mati Syahid Fii Sabilillah, diantaranya yaitu:

11. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup [248] disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

- MATI SYAHID : Dari Ubadah bin Samit r.a bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda Bagi muslim yang mati Syahid di sisi allah ada tujuh perkara:

a. Pertama dosanya diampuni sejak darahnya memancar.

b. Dapat melihat tempatnya di Jannah.

c. Dihiasi dengan perhiasan iman.

d. Diselamatkan dari azab kubur dan aman dari kedahsyatan hari kiamat.

e. Diberi mahkota kewibawaan, sebuah yaqut (mutiara) darinya lebih dari dunia dan seluruh isinya.

f. Dinikahkan dengan 72 bidadari.

g. Dapat memberi syafaat kepada 70 ahli keluarganya

(Riwayat Ahmad dan Thabrani)

h. Bau darahnya seperti aroma misk

“Demi dzat yang jiwaku ditanganNya! Tidaklah seseorang dilukai dijalan Allah-dan Allah lebih tahu siapa yang dilukai dijalanNya-melainkan dia akan datang pada hari kiamat : berwarna merah darah sedangkan baunya bau misk” (HR. Ahmad dan Muslim)

Dr. Abdullah Azzam menyampaikan, “Subhanallah ! Sungguh kita telah menyaksikan hal ini pada kebanyakan orang yang mati syahid. Bau darahnya seperti aroma misk (minyak kasturi). Dan sungguh disakuku ada sepucuk surat-diatasnya ada tetesan darah Abdul wahid(Asy Syahid, insya Allah)- dan telah tinggal selama 2 bulan, sedangkan baunya wangi seperti misk.”

i. Tetesan darahnya merupakan salah satu tetesan yang paling dicintai Allah.

“Tidak ada sesuatu yang dicintai Allah dari pada dua macam tetesan atau dua macam bekas : tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang tertumpah dijalan Allah; dan adapun bekas itu adalah bekas (berjihad) dijalan Allah dan bekas penunaian kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah” (HR. At Tirmidzi - hadits hasan)

j. Syahid itu tidak merasakan sakitnya pembunuhan

“Orang yang mati syahid itu tidak merasakan (kesakitan) pembunuhan kecuali sebagaiman seorang diantara kalian merasakan (sakitnya) cubitan.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i - hadits hasan)

dan diriwayat yang shahih :

“Orang yang mati syahid itu tidak mendapatkan sentuhan pembunuhan kecuali sebagaimana salah seorang diantara kalian mendapatkan cubitan yang dirasakannya.”

12. IMAN, HIJRAH, JIHAD :

Dari surat At Taubah : 20 “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di Jalan Alloh dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Alloh.

Mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”


13. JIHAD Fii Sabilillah dengan JIWA dan HARTA, Surat Ash Shaff : 10, 11, 12 :

” Wahai orang-orang beriman! Maukah kamu Aku (Allah SWT) tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih??

(Yaitu) kamu beriman kepada Alloh dan rasul-Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.

Niscaya Alloh mengampini dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam Jannah (syurga) yang mengalir dibawahnya sungai-sungai,

dan tempat-tempat tinggal yang baik di dalam Syurga And. ITULAH KEMENANGAN YANG AGUNG.”

14. Kehamilan

Mail bin Yasar RA, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kawinilah wanita yang penyayang dan beranak banyak, karena (pada hari kiamat), akan berlomba-lomba dengan umat lain dan berbangga karena jumlahnya.”

Dalam Hadist lain Rasulullah SAW bersabda, “Bahkan bayi yang keguguran akan menarik ibunya kedalam jannah, apabila ia bersabar …”

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita menyusui, maka setiap isapan susunya yang diberikan kepada anaknya, ia akan menerima pahala bagaikan telah menghidupkan makhluk dan apabila ia menyapih anaknya, maka para malaikat akan menepuk punggungnya dan berkata “selamat”, semua dosamu yang telah lalu diampuni, sekarang mulailah lagi,” (dosa-dosa kecil diampuni).

Rasulullah SAW bersabda pada putrinya Fatimah RA, “Wahai fatimah, jika wanita mengandung anak di perutnya, maka para malaikat akan memohonkan ampunan baginya, dan Allah SWT menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, menghapuskan seribu kejelekannya. Ketika wanita itu merasa kesakitan karena melahirkan, maka Allah SWT menetapkan pahala para pejuang di jalan Allah SWT, jika ia melahirkan bayinya maka keluarlah dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan oleh ibunya. Dan akan keluar dari dunia dengan tidak membawa dosa apapun. Dikuburnya ditempatkan di taman-taman surga. Allah SWT memberinya pahala seribu ibadah haji dan umroh dan seribu malaikat memohon ampunan baginya hingga hari kiamat.”

Subhanallah … Subhanallah … Subhanallah … Begitu besar segala yang Allah SWT berikan kepada hambanya ….

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah beberapa kunci-kunci rizki dalam Islam yang memang sudah selayaknya seorang muslim untuk yakin terhadap apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan Rasul-Nya r supaya kita tidak terjerumus kedalam I'tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan yang bathil.

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada segenap keluarga, shahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai akhir zaman nanti. Wallahu A'lam.


* * * * * *
Sumber :

Dari berbagai sumber dan (Abu Ghailan, disarikan dari kutaib "Mafaatihur Rizq fii Dhau'il Kitab was Sunnah"
karya Dr. Fadhi Ilahi. (Judul edisi Indonesia "Kunci-kunci Rizki menurut Al Qur-an dan Sunnah")