Menuntut Ilmu

Seandainya tanpa ilmu, maka manusia itu ibarat binatang

Lebih Dekat Dengan Qur'an

Tidaklah sekelompok orang berkumpul untuk mempelajari al-Quran, melainkan akan turun kepada mereka berkah dari Allah.

Jangan Lupa Qiyamul Lail

Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.

Sholat berjamaah

mari semangat sholat lima waktu di masjid.

Halaqoh Quran

Hidup Makmur, Mulia dan Bahagia bersama Al Quran.

Senin, 16 November 2009

Khutbah Idhul Adha


- Allahu Akbar- ALLahu Akbar- Allahu Akbar – WaliLlahil Hamd.

Jama’ah Idul Adha yang senantiasa mengharapkan ridha Allah swt.

Alhamdulillah, tentu merupakan satu kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terhingga bahwa pada hari ini kita merayakan hari raya Idul Adha,

hari raya terbesar bagi umat Islam yang bersifat internasional, setelah dua bulan sebelumnya kita merayakan hari raya Idul Fithri. Pada hari ini sekitar tiga juta umat Islam dari beragam suku, bangsa dan ras serta dari berbagai tingkat sosial dan penjuru dunia berkumpul dan berbaur di kota suci Makkah Al-Mukarramah untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji: “Dan serulah manusia untuk menunaikan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh“. (Al-Hajj: 27)

Hari raya Idul Adha juga merupakan hari raya istimewa karena dua ibadah agung dilaksanakan pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun hijriyah, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Kedua-duanya disebut oleh Al-Qur’an sebagai salah satu dari syi’ar-syi’ar Allah swt yang harus dihormati dan diagungkan oleh hamba-hambaNya. Bahkan mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah merupakan pertanda dan bukti akan ketaqwaan seseorang seperti yang ditegaskan dalam firmanNya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”. (Al-Hajj: 33) Atau menjadi jaminan akan kebaikan seseorang di mata Allah seperti yang diungkapkan secara korelatif pada ayat sebelumnya, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya”. (Al-Hajj: 30)

Kedua ibadah agung ini yaitu ibadah haji dan ibadah qurban tentu hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang memiliki kedekatan dengan Allah yang merupakan makna ketiga dari hari raya ini: “Qurban” yang berasal dari kata “qaruba – qaribun” yang berarti dekat. Jika posisi seseorang jauh dari Allah, maka dia akan mengatakan lebih baik bersenang-senang keliling dunia dengan hartanya daripada pergi ke Mekah menjalankan ibadah haji. Namun bagi hamba Allah yang memiliki kedekatan dengan Rabbnya dia akan mengatakan “Labbaik Allahumma Labbaik” – lebih baik aku memenuhi seruanMu ya Allah…Demikian juga dengan ibadah qurban. Seseorang yang jauh dari Allah tentu akan berat mengeluarkan hartanya untuk tujuan ini. Namun mereka yang posisinya dekat dengan Allah akan sangat mudah untuk mengorbankan segala yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah Allah swt.

Mencapai posisi dekat “Al-Qurban/Al-Qurbah” dengan Allah tentu bukan merupakan bawaan sejak lahir. Melainkan sebagai hasil dari latihan (baca: mujahadah) dalam menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah. Karena seringkali terjadi benturan antara keinginan diri (hawa nafsu) dengan keinginan Allah (ibadah). Disinilah akan nyata keberpihakan seseorang apakah kepada Allah atau kepada selainNya. Sehingga pertanyaan dalam bentuk “muhasabah: evaluasi diri ” dalam konteks ini adalah: “mampukan kita mengorbankan keinginan dan kesenangan kita karena kita sudah berpihak kepada Allah?…Sekali lagi, ibadah haji dan ibadah qurban merupakan gerbang mencapai kedekatan kita dengan Allah swt.

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar WaliLLahil Hamd

Icon manusia yang begitu dekat dengan Allah yang karenanya diberi gelar KhaliluLlah (kekasih Allah) adalah Ibrahim. Sosok Ibrahim dengan kedekatan dan kepatuhannya secara paripurna kepada Allah tampil sekaligus dalam dua ibadah di hari raya Idul Adha, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Dalam ibadah haji, peran nabi Ibrahim tidak bisa dilepaskan. Tercatat bahwa syariat ibadah ini sesungguhnya berawal dari panggilan nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah swt dalam firmanNya: “Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ serta sujud. Dan kemudian serulah manusia untuk menunaikan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh“. (Al-Hajj: 26-27).

Ibadah ini harus diawali dengan kesiapan seseorang untuk menanggalkan seluruh atribut dan tampilan luar yang mencerminkan kedudukan dan status sosialnya dengan hanya mengenakan dua helai kain ‘ihram’ yang mencerminkan sikap tawaddu’ dan kesamaan antar seluruh manusia. Dengan pakaian sederhana ini, seseorang akan lebih mudah mengenal Allah karena dia sudah mengenal dirinya sendiri melalui ibadah wuquf di Arafah. Dengan penuh kekhusyu’an dan ketundukkan seseorang akan larut dalam dzikir, munajat dan taqarrub kepada Allah sehingga ia akan lebih siap menjalankan seluruh perintahNya setelah itu. Dalam proses bimbingan spritual yang cukup panjang ini seseorang akan diuji pada hari berikutnya dengan melontar jumrah sebagai simbol perlawanan terhadap syetan dan terhadap setiap yang menghalangi kedekatan dengan Rabbnya. Kemudian segala aktifitas kehidupannya akan diarahkan untuk Allah, menuju Allah dan bersama Allah dalam ibadah thawaf keliling satu titik fokus yang bernama ka’bah. Titik kesatuan ini penting untuk mengingatkan arah dan tujuan hidup manusia: “katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (Al-An’am: 162)Akhirnya dengan modal keyakinan ini, seseorang akan giat berusaha dan berikhtiar untuk mencapai segala cita-cita dalam naungan ridha Allah swt dalam bentuk sa’I antara bukit shafa dan bukit marwah. Demikian ibadah haji sarat dengan pelajaran yang kembali ditampilkan oleh Ibrahim dan keluarganya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumuLlah.

Dalam ibadah qurban, kembali Nabi Ibrahim tampil sebagai manusia pertama yang mendapat ujian pengorbanan dari Allah swt. Ia harus menunjukkan ketaatannya yang totalitas dengan menyembelih putra kesayangannya yang dinanti kelahirannya sekian lama. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash-Shaffat: 102). Begitulah biasanya manusia akan diuji dengan apa yang paling ia cintai dalam hidupnya.

Jama’ah Shalat Idul Adha RahimakumuLlah.

Andaikan Ibrahim manusia yang dha’if, tentu akan sulit untuk menentukan pilihan. Salah satu diantara dua yang memiliki keterikatan besar dalam hidupnya; Allah atau Isma’il. Berdasarkan rasio normal, boleh jadi Ibrahim akan lebih memilih Ismail dengan menyelamatkannya dan tanpa menghiraukan perintah Allah tersebut. Namun ternyata Ibrahim adalah sosok hamba pilihan Allah yang siap memenuhi segala perintahNya, dalam bentuk apapun. Ia tidak ingin cintanya kepada Allah memudar karena lebih mencintai putranya. Akhirnya ia memilih Allah dan mengorbankan Isma’il yang akhirnya menjadi syariat ibadah qurban bagi umat nabi Muhammad saw.

Dr. Ali Syariati dalam bukunya “Al-Hajj” mengatakan bahwa Isma’il adalah sekedar simbol. Simbol dari segala yang kita miliki dan cintai dalam hidup ini. Kalau Isma’ilnya nabi Ibrahim adalah putranya sendiri, lantas siapa Isma’il kita? Bisa jadi diri kita sendiri, keluarga kita, anak dan istri kita, harta, pangkat dan jabatan kita. Yang jelas seluruh yang kita miliki bisa menjadi Isma’il kita yang karenanya akan diuji dengan itu. Kecintaan kepada Isma’il itulah yang kerap membuat iman kita goyah atau lemah untuk mendengar dan melaksanakan perintah Allah. Kecintaan kepada Isma’il yang berlebihan juga akan membuat kita menjadi egois, mementingkan diri sendiri, dan serakah tidak mengenal batas kemanusiaan. Allah mengingatkan kenyataan ini dalam firmanNya: “Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik“. (At-Taubah: 24)

Karena itu, dengan melihat keteladanan berqurban yang telah ditunjukkan oleh seorang Ibrahim, apapun Isma’il kita, apapun yang kita cintai, qurbankanlah manakala Allah menghendaki. Janganlah kecintaan terhadap isma’il-isma’il itu membuat kita lupa kepada Allah. Tentu, negeri ini sangat membutuhkan hadirnya sosok Ibrahim yang siap berbuat untuk kemaslahatan orang banyak meskipun harus mengorbankan apa yang dicintainya.

Hadirin Jama’ah Shalat Idul Adha yang berbahagia.

Keta’atan yang tidak kalah teguhnya dalam menjalankan perintah Allah adalah keta’atan Isma’il untuk memenuhi tugas bapaknya. Pertanyaan besarnya adalah: kenapa Isma’il, seorang anak yang masih belia rela menyerahkan jiwanya?. Bagaimanakan Isma’il memiliki kepatuhan yang begitu tinggi?. Nabi Ibrahim senantiasa berdoa: “Tuhanku, anugerahkan kepadaku anak yang shalih (Ash-Shaffat: 100). Maka Allah mengkabukan doanya: “Kami beri kabar gembira kepada Ibrahim bahwa kelak dia akan mendapatkan ghulamun halim”. (Ash-Shaffat: 101). Inilah rahasia kepatuhan Isma’il yang tidak lepas dari peran serta orang tuanya dalam proses bimbingan dan pendidikan. Sosok ghulamun halim dalam arti seorang yang santun, yang memiliki kemampuan untuk mensinergikan antara rasio dengan akal budi tidak mungkin hadir begitu saja tanpa melalui proses pembinaan yang panjang. Sehingga dengan tegar Isma’il berkata kepada ayahandanya dengan satu kalimat yang indah: : “Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Allah, niscaya ayah akan mendapatiku seorang yang tabah hati, insya Allah”. (Ash-Shaffat: 102)

Orang tua mana yang tak terharu dengan jawaban seorang anak yang ringan menjalankan perintah Allah yang dibebankan kepada pundak ayahandanya. Ayah mana yang tidak terharu melihat sosok anaknya yang begitu lembut hati dan perilakunya. Disinilah peri pentingnya pendidikan keagamaan bagi seorang anak semenjak mereka masih kecil lagi, jangan menunggu ketika mereka remaja apalagi dewasa. Sungguh keteladanan Ibrahim bisa dibaca dari bagaimana ia mendidik anaknya sehingga menjadi seorang yang berpredikat ‘ghulamun halim’.

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar WaliLlahil Hamd

Setelah mencermati dua pelajaran kehidupan keberagamaan yang sangat berharga di atas, Prof. Dr. Mushthafa Siba’i pernah mengajukan pertanyaan menarik yang menggugah hati: “Akankah seorang muslim di hari raya ini menjadi sosok egois yang mencintai dirinya sendiri dan mementingkan kepentingan dirinya sendiri di atas kepentingan orang lain? Ataukah ia akan menjadi pribadi yang mementingkan orang lain di bandingkan dirinya, lalu mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan dirinya tersebut?

Memang secara fithrah, manusia cenderung bersikap egois dan mementingkan diri sendiri. Ia melihat kepentingan orang lain melalui kepentingan dirinya. Namun demikian, disamping itu semua, manusia pada dasarnya adalah makhluk zoon politicon, yang cenderung untuk saling bekerjasama, memilih untuk bermasyarakat dibandingkan menyendiri, dan pada gilirannya akan mendorong dirinya untuk merelakan sebagian haknya untuk orang lain, sehingga dari kerjasama tersebut ia dapat mengambil manfaat berupa perwujudan kehormatan dan kepentingannya. Oleh karena itu, beberapa macam pengorbanan dan pendahuluan kepentingan orang lain, menjadi bagian dari keharusan dalam bangunan masyarakat yang tanpa keberadaannya, masyarakat tidak akan dapat hidup dengan bahagia.

Dalam hal ini, tentu kita sepakat bahwa kita sangat berhutang budi dalam setiap kenikmatan hidup material maupun non-material terhadap orang-orang yang telah berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain. Kita berhutang budi dalam bidang kelezatan ilmu pengetahuan kepada para pengarang, seperti sastrawan, ulama, muhadditsin, mufassirin dan filosof yang dengan tekun menghabiskan usia mereka untuk menulis dan memenuhi lembaran-lembaran kertas dengan hikmah dan ilmu pengetahuan. Sementara orang lain sedang nyenyak tidur atau sedang sibuk dengan syahwat mereka. Ungkapan Az Zamakhsyari berikut ini menggambarkan apa yang mereka lakukan untuk ilmu pengetahuan: “Aku begadang untuk mempelajari dan meneliti ilmu pengetahuan, lebih ni`mat bagiku dibandingkan bersenda gurau dan bersenang-senang dengan wanita yang cantik Aku bergerak kesana kemari untuk memecahkan satu masalah ilmu pengetahuan lebih enak dan lebih menarik seleraku dibandingkan hidangan yang lezat”.

Hadirin wal Hadirat RahimakumuLlah.

Kita juga sadar bahwa kita berhutang budi dalam memanfaatkan negeri ini kepada orang tua generasi pendahulu, para perintis dan mereka yang telah berjasa untuk itu. Kita juga berhutang budi dalam masalah aqidah dan agama yang kita banggakan ini, kepada generasi salaf saleh yang menanggung bermacam kesulitan dan derita dalam mempertahankan risalah ini pada masa pertamanya, dan yang telah mengorbankan harta dan jiwa mereka menghadapi musuh-musuh Islam untuk menyampaikan agama ini kepada orang-orang setelah mereka, mereka pula yang telah menghilangkan banyak rintangan yang disebarkan oleh para pencela, pengingkar dan pendusta agama ini.

Demikian sungguh pelajaran yang sangat berharga. Kita selaku generasi masa kini telah berhutang budi kepada generasi-genersai sebelumnya dalam seluruh apa yang kita ni`mati saat ini sebagai hasil dari pengorbanan, perjuangan dan sikap mereka yang mendahulukan kepentingan orang lain. Maka sepatutnyalah jika kita melanjutkan rangkaian pengorbanan mereka itu sehingga kita dapat menyampaikan keni`matan ini kepada generasi berikutnya seperti yang telah dilakukan oleh generasi sebelum kita. Akankah generasi kita saat ini mampu menghargai makna pengorbanan dan mendahulukan kepentingan orang lain? Apakah generasi kita mampu mempertahankan akhlak luhur seperti ini yang memang telah diperintahkan oleh Allah swt?. “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Hasyr: 9)

Disini hari raya Idul Adha kembali hadir untuk mengingatkan kita akan ketinggian nilai ibadah haji dan ibadah qurban yang sarat dengan pelajaran kesetiakawanan, ukhuwwah, pengorbanan dan mendahulukan kepentingan dan kemaslahatan orang lain. Semoga akan lahir keluarga-keluarga Ibrahim berikutnya dari bumi tercinta Indonesia ini yang layak dijadikan contoh teladan dalam setiap kebaikan untuk seluruh umat.

Jumat, 02 Oktober 2009

Agar iman kuat saat datang bulan


Telah menjadi fenomena, ketika seorang muslimah kedatangan ‘tamu’-nya, ia mengalami krisis ruhiyah. Ketika dia dilarang untuk shalat dan shaum, seakan semua pintu ibadah telah tertutup baginya. Sehingga aktivitasnya di saat haidh berkisar antara perkara-perkara yang sia-sia atau bahkan untuk yang haram. Sudah maklum, ketika nafsu tidak disibukkan

dengan kebaikan, maka nafsu akan menyibukkan untuk keburukan.
Hal ini menyebabkan ruh menjadi kering, hati menjadi keras, dan keyakinan menjadi lemah. Godaan dan gangguan setan serasa demikian mudah membobol benteng pertahanan imannya. Bahkan sering kita dengar, seorang wanita yang taat terkena kesurupan jin atau sihir di saat sedang haidh.
“Sesungguhnya amalan hati lebih agung dan lebih berat dari pada amal jawarih (anggota badan).” (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah) beliau juga berkata, “Amalan hati adalah inti, sedangkan amalan anggota badan mengikuti dan melengkapi.”
Sebab-sebab lemah iman
Tak ada yang salah dalam taqdir Allah. Tak ada yang tak adil dalam kebijakannya. Semuanya tergantung bagaimana para hamba menyikapinya. Begitupun dalam perkara haidh. Tentu banyak hikmah yang terkandung di balik itu. Kalaupun akhirnya banyak muslimah yang mengalami penurunan iman secara drastic setiap kali mengalami haidh, itu lebih karena salah dalam persepsi, atau keliru dalam meyikapi. Diantara factor-faktor itu adalah;
1. Minimnya ilmu terhadap jenis-jenis ibadah, terutama ibadah hati. Padahal ibadah hati lebih luas cakupannya, lebih kontinyu tuntutan untuk dikerjakan dan tetap diperintahkan dalam situasi apapun. Termasuk ketika haidh, nifas, maupun junub. Ibadah seringkali juga dimaknai sempit, sebatas ibadah-ibadah khusus.
2. Jauh dari dzikrullah. Berangkat dari minimnya ilmu terhadap jenis ketaatan, maka sibuk dengan perkara mubah dan lalai dari dzikrullah juga sering menjadi tradisi wanita yang sedang haidh. Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata : “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan, maka bagaimana nasib ikan bila dikeluarkan dari air?”. Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir, ibarat orang yang hidup dan yang mati.” Baca QS. Ali-Imran: 191 ( HR. Al-Bukhari, no. 5928)
3. Sibuk dengan dosa. Kemana lagi larinya nafsu ketika sepi dari dzikir dan ketaatan. Ia akan kembali kepada kecenderungannya, ‘Ammaaratun bis suu’ kepada keburukan dan dosa
Agar Kuat Iman Saat Datang Bulan
1. hendaknya wanita menerima fithrah yang telah Allah tetapkan bagi wanita. Tidak menyesalinya atau ber-suuzhan kepada Allah. Tidak mungkin Allah bermaksud menjatuhkan iman kaum wanita lalu mentaqdirkan mereka dengan haidh. Ketika ‘Aisyah menangis lantaran haidh saat berhaji, nabi bersabda, “Kelihatannya engkau mendapatkan haidh?” Aisyah Radhiallahu ‘Anha menjawab, “Benar!” Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya itu adalah ketetapan Allah bagi puteri-puteri Adam.” (HR. Al-Bukhari, no: 294)
2. Meluruskan persepsi yang menganggap bahwa masa haidh adalah masa libur wanita dari seluruh ibadah.
3. Menyibukkan diri dengan ketaatan.
4. menjauhi diri dari maksiat.
Amalan Hati Penyejuk Ruhani
1. Menghadirkan keikhlasan.
Ikhlas dalam setiap amalan yang dilakukan serta hanya mengharapkan ridha dan Pahala Allah dalam mengerjakan setiap ketaatan kepadaNya.
2. Muroqobatullah.
Senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan berbagai perkara yang diperintahkan dan diperbolehkan Allah dalam alQuran maupun Rasul dalam Sunnahnya.
3. Muhasabah.
Dengan selalu mengoreksi amalan yang telah dilakukan pada waktu yang telah dilaluinya dan berusaha memperbaiki dan memperbagus amalan kesehariannya.
4. Mujahadah.
Bersungguh-sungguh sangat dibutuhkan dalam segala hal, terlebih dalam menjalankan perintah Allah. Tanpa ada kesungguhan semua yang dicita-citakan akan sangat lamban untuk dicapai, maka sang pemimpi harus senantiasa memompa dirinya untuk selalu bersungguh-sungguh dalam menempuh impiannya.
Larangan Bagi Wanita Haidh
1. Shalat. Sebagaimana sabda beliau kepada kaum wanita, "Bukankah ketika wanita haidh itu tidak shalat dan tidak pula shaum?" (HR. Al-Bukhari, no: 1815)
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mendapatkan satu rakaat dari shalat, maka dia telah mendapatkan shalat itu." (HR. Al-Bukhari, no: 546)
Shalat yang ditinggalkan selama haidh tidak ada perintah untuk diqadha (diganti) di hari lain. Berbeda dengan shaum.
2. Shaum.
3. Thawaf. Baik yang wajib maupun yang sunnah. Rasulullah SAW bersabda, "lakukanlah apa yang dilakukan jama'ah haji, hanya saja jangan melakukan thawaf di Ka'bah sebelum kamu suci." (HR. Al-Bukhari, no: 1540)
Rasulullah SAW bersabda, "Diperintahkan kepada jama'ah haji agar saat-saat terakhir bagi mereka berada di Baitullah (melakukan thawaf wada'), hanya saja ada keringanan bagi wanita haidh." (HR. Al-Bukhari, no: 1636)
Adapun thawaf untuk haji dan umrah tetap wajib bagi wanita haidh, dan dilakukan setelah suci.
4. I’tikaf (berdiam diri di mesjid). Rasulullah SAW bersabda, dari Ummu 'Athiyyah berkata, "Kami disuruh untuk menghimbau keluar para wanita haidh di hari 'Idul Adhha dan 'Idul Fitri, juga para gadis yang dipingit; hendaknya mereka menyaksikan jama'ah kaum muslimin dan do'a mereka. Tetapi hendaknya wanita haidh menjauhi tempat shalat." (HR. Al-Bukhari, no: 338)
5. Jima’. "Lakukanlah apa saja, kecuali jima'.” (HR. Muslim, no: 455)
6. Talaq.
7. “Membaca Al-Qur’an”.
Amal Pilihan Saat Datang Bulan
1. Istighfar di waktu sahur.
2. Dzikir pagi dan sore.
3. Dzikir sehari semalam.
4. Menghidupkan sunnah dan ketaatan.
5. Thalabul ilmi.
6. Bersedekah.
7. Menjauhi perkara sia-sia dan dosa.
8. Memulai segala sesuatu dari yang kanan.
9. Taat kepada suami.
Suatu ketika Asma' binti Yazid bin Sakan menghadap Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan para wanita yang berada di belakangku, mereka sepakat dengan apa yang aku katakan dan sependapat dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta'ala mengutus anda kepada laki-laki dan juga wanita. Kamipun beriman dan mengikuti anda. Sedangkan kami para wanita terbatas gerak-geriknya, kami mengurus rumah tangga dan menjadi tempat menumpahkan syahwat bagi suami-suami kami, kamilah yang mengandung anak-anak mereka. Namun Allah memberikan keutamaan kepada kaum laki-laki dengan shalat jama'ah, mengantar jenazah dan berjihad. Jika mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga hartanya dan memelihara anak-anaknya, maka apakah kami mendapatkan pahala sebagaimana yang mereka dapatkan?"
Mendengar tuntutan Asma' tersebut, nabi menoleh kepada para sahabat seraya bersabda, "Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agamanya yang lebih bagus dari pertanyaan ini?" kemudian beliau bersabda, "Pergilah wahai Asma' dan beritahukan kepada para wanita di belakangmu bahwa perlakuan baik kalian terhadap suami dan upaya kalian mendapat ridha Allah darinya serta ketaatan kalian kepadanya pahalanya sama dengan apa yang engkau sebutkan tadi."
Legalah hati Asma' mendengar janji Nabi, iapun kembali sambil mengucapkan tahlil dan takbir." (Al-Istii'aab, Ibnu Abdil Barr, IV/223)
Rasulullah SAW bersabda : "Jika seorang wanita shalat lima waktu, shaum ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, maka kelak dikatakan kepadanya, "Silahkan masuk Jannah dari pintu manapun yang anda suka." (HR. Ahmad, no: 1573)

Sebenarnya mimpi itu apa sich ??


I. PENGERTIAN
الرؤيا" " adalah mufrod dari ""رؤى yang berarti sesuatu yang dilihat manusia dalam tidurnya. Dikatakan رأيت عنك رؤى حسنة (aku bermimpi baik tentangmu).

Perbedaannya dengan hulm
الحلم, والحام" artinya mimpi sedang bentuk jamaknya adalah أحلام" ".Dikatakan "حلم يحلم " jika seseorang bermimpi. Dan "حلم يه وحلم عنه" jika seseorang

tentang orang lain atau melihatnya dalam mimpi. Dan "تحلم" jika seseorang mengaku bermimpi tetapi bohong.
Dengan demikian kata ru'ya dan hulm masing-masing menunjukkan arti sesuatu yang dilihat oleh orang dalam tidurnya. Akan tetapi kata ru'yah lebih banyak dipakai untuk mimpi baik sedang kata hulm lebih cenderung digunakan dalam mimpi buruk, tetapi masing-masing kata bisa digunakan untuk makna yang lain. [Lisanul Arab,12/145]
Jadi kata ru'ya dan hulm adalah sinonim. Tetapi kata ru'yah lebih banyak digunakan untuk mimpi yang baik sedang kata hulm untuk mimpi yang buruk. Perbedaan ini menurut Al Qosimi diletakkan oleh syar'ie untuk memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Adapun tentang hakikat mimpi, Ibnu Qoyyim berkata, "Ia adalah beberapa perumpamaan yang diberikan oleh malaikat yang ditugasi oleh Allah dalam masalah mimpi sehingga orang yang bersangkutan dapat mengambil pelajaran atas hal yang sama dan menta'birkannya dengan sejenis. [I'lamul muaqqi'in,1/252]

II. MACAM-MACAM MIMPI
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Bukhori Muslim tentang mimpi, disebutkan bahwa mimpi terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, mimpi tentang berita gembira yang datang dari Allah. Kedua, mimpi yang merupakan bisikan manusia terhadap jiwanya. Ketiga, mimpi karena perdayaan setan. [Petunjuk Nabi tentang mimpi hal.53]
Kemudian didalam hadits shohih dari Auf bin Malik juga disebutkan bahwa mimpi itu ada tiga macam. Pertama, penakut-nakut setan sehingga manusia menjadi sedih. Kedua, sesuat yang diinginkan oleh seseorang saat ia jaga, sehingga terbawa dalam mimpi. Ketiga, mimpi merupakan satu bagian dari 46 kenabian. [Mukhtashor Shohih Bukhori, kitab ta'bir, bab ru'ya sholihin hal 495]
Berdasarkan keterangan dari hadits Nabi maka dapat disimpulkan bahwa mimpi-mimpi garis besarnya ada dua macam
Pertama, mimpi yang baik. Ia adalah berita gembira dari Allah, bahkan ia dianggap sebagian dari kenabian. Sebagaimana mimpi yang dialami oleh para Nabi, orang-orang sholeh dan semisalnya. Mimpi tersebut juga bisa berlaku kepada selain mereka, tetapi sangat jarang terjadi.
Kedua, adhghats (mimpi yang buruk) dan ia terdiri dari beberapa macam. Diantaranya berupa penakut-penakut dan permainan setan untuk membuat sedih manusia. Seperti bermimpi memotong kepalanya sendiri. Sebagaimana diceritakan oleh seseorang kepada nabi, maka nabi bersabda,
"Jika setan mempermainkan salah seorang diantara kalian dalam tdurnya, maka janganlah sekali-kali ia menceritakannya kepada orang lain."
Termasuk adhgots adalah mimpi basah. Termasuk juga orang yang membisikkan sesuatu kepada dirinya sendiri serta sesuatu yang ia ingini saat terjaga lalu hal yang sama ia lihat dalam mimpinya. Atau sesuatu itu sangat ia dambakan, lalu mucul dalam mimpi. Juga orang yang bermimpi melihat malaikat yang menyuruhnya untuk berbuat maksiat atau sejenisnya dari hal-hal yang mustahil.

III. PENTINGNYA MIMPI DAN KEDUDUKANNYA MENURUT ISLAM
Mimpi memiliki kedudukan yang tinggi dalam islam. Bukti yang jelas adalah bahwa ia ada dan disebutkan dalam kitabullah dan sunnah Rosul-Nya.
Misalnya, al-qur'an mengisahkan tentang keinginan Ibrohim menyembelih puteranya karena mimpi yang ia alami, dan sang putera Isma'il mematuhinya. Allah berfirman:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama ibrohim, ibrohim berkata, "hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!". Ia menjawab "hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,insya Allah kamu akan mendapatiku tearmasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrohim telah meambaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan kami panggilah dia: "hai ibrohim, sesungguhnya kamu tealah membeanarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." [As Soffat, 102-10 ]
Dalam surat lain juga terdapat tentang mimpi para nabi. Diantaranya mimpi nabi Yusuf, mimpi kedua kawannya ketika berada di penjara serta mimpi raja. Kemudian mimpi Nabi ketika perang badar [Al Anfal, 43], dan mimpi beliau tentang masuknya ke mekkah bersama para sahabatnya dengan aman, dan ternyata mimpi itu terwujud dalam tahun pembukaan Fatkhu Mekkah. [ Al Anfal, 27]
Allah menganugerahi Nabi Yusuf pengajaran bagaimana mentakwilkan mimpi. Allah berfirman :
"Dan demikianlah Tuhanmu memilihmu untuk menjadi nabi dan diajarkannya kepadamu sebagian dari takwil ahadits.” [ Yusuf, 6]
Para ahli afsir berkata, "Yang dimaksud dengan ahadits dalam ayat diatas adalah mimpi". Tetapi perlu diketahui bahwa mimpi nabi itu adalah hak dan wahyu. Mimpi mereka tidak seperti umumnya mimpi kebanyakan orang. Dan kita singgung ayat-ayat yang berkaitan dengan mimpi para nabi karena didalamnya terdapat keterangan tentang kedudukan mimpi tersebut.
Mimpi juga terjadi sebelum islam, dan ia menjadi satu pertanda bagi kenabian Muhammad. diriwatkan bahwa nabi bersabda:
"Sesungguhnya aku adalah abdullah dan penutup para nabi dan sungguh ketika itu Adam masih terlentang di tanah dan kelak akan kukabarkan kepada kalian tentang yang demikian;seruan bapakku ibrohim, berita gembira dari Isa tentang diriku dan mimpi-mimpi segenap umatku, juga para ibu-ibu nabi-nabi bermimpi. Dan bahwasannya ibu nabi n ketika melahirkan bermimpi melihat cahaya yang menerangi istana-istana negeri Syam. [ H.R Muslim,dalam musnadnya, 2/127]
Disamping kedudukannya yang agung tersebut, mimpi juga memiliki banyak manfaat. Jika kita renungkan mimpi Rosulullah dalam masalah perang badar, tentu kita ketahui bahwa mimpi tersebut sangat berarti bagi pasukan dalam masalah pembukaan kota Mekkah. Mimpi tersebut sangat berpengaruh bagi kemantapan dan keteguhan umat islam, sekaligus ia merupakan salah satu diatara tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar. Lalu, mimpi raja Mesir dan Nabi Yusuf yang karenanya bisa mendatangkan kebaikan dan kenikmatan yang melimpah, berbagai hajat dan kebutuhan dapat dipenuhi. Bahkan karena mimpi itu pula Nabi Yusuf memiliki kedudukan terhormat ditengah-tengah masyarakatnya. Perhatikan pula Abdullah bin Yazid dan Umar bin Khattab dalam masalah adzan dan iqomah, sehingga mimpi tersebut menjadi sebab disyare'atkannya adzan dan iqomah, suatu syi'ar yang paling agug diantara syi'ar-syi'ar yang ada.
Manfaat serta hasil mimpi parta Nabi dan orang-orang sholeh sungguh tak terhingga. Ia termasuk diantara nikmat Allah kepada hamba-Nya, sebagai kabar gembira bagi orang-orang mukmin, peringatan bagi orang-orang yang lupa dan berpaling serta sebagai hujjah atas orang-orang yang yang menentang. Betapapun, mimpi adalah ciptaan Allah yang mengagumkan, sehingga menjadikan iman umat islam semakin teguh. Kenyataan ini tidak dipungkiri oleh para ahli ilmu bahkan hingga oleh mereka yang dikenal sebagi rasionalis. Dan hanya orang-orang atheis saja, dan segolongan kecil kaum mu'tazilah yang mengingkari mimpi.


IV. ADAB-ADAB MIMPI

Adab agar mimpinya benar.
Ibnul Qoyyim berkata, "Siapa saja yang ingin mimpinya benar, hendaknya ia berlaku benar, makan hanya dari yang halal serta menjaga semua perintah dan larangan. Ia harus tidur dalam keadaan suci yang sempurna, mengahadap kiblat lalu berdikir kepada Allah sampai ia tertidur. Sedang mimpi yang paling benar dan jujur adalah yang terjadi pada wakatu menjelang fajar. Sebab saat itulah adalah waktu turunnya ilahi (ke langit dunia), dekatnya rahmat dan ampunan serta saat tenangnya segenap setan. Sebaliknya mimpi yang paling dusta adalah yang terjadi pada waktu sholat isya'. Sebab pada waktu itu setan-setan bergentayangan dan ruh-ruh jahat berkeliaran. [ Madarijus sholihin, 1/76]
Jadi, agar mimpi seorang mukmin itu benar dan jujur hendaknya ia bertaqwa kepada Allah, baik di waktu sunyi maupun terang-terangan. Ia hendaknya berlaku benar dalam segala keadaannya, selalu menjaga adab tidur, membaca do'a-do'a ajaran Rosul sebelum tidur serta beberapa wirid yang membentenginya dari godaan setan. Di samping itu ia juga harus menjaga keseimbangan tubuh, sehingga tidak terlalu kenyang atau terlau lapar. Lalu, ia juga harus bersungguh-sungguh dalam berdo'a kepada Allah, sehingga menjadikannya diantara orang-orang yang bertaqwa dan jujur, baik dalam keadaan jaga maupun tidur.

Adab mimpi yang baik
Hendaknya ia memuji Allah atasnya sekaligus berdo'a agar mimpi tersebut menjadi kenyataan. Lalu menceritakannya kepada orang yang senang kepada dirinya serta orang yang diketahui kecintaannya, sehingga ia juga ikut merasa gembira dan mendo'akan. Sebaliknya ia tidak boleh menceritakan kepada orang yang membencinya, sehingga tidak mengganggunya dengan takwil-takwil sesuai dengan hawa nafsunya atau berusaha menghilangkan nikmat tersebut dari padanya karena dorongan iri dan dengki. Sebab orang yang mendapatkan nikmat selalu ada yang merasa iri. Rosul bersabda,
"Jika seseorang dari kalian mendapatkan mimpi yang disenanginya maka sesungguhnya itu adalah dari Allah karena itu hendaklah ia memuji Allah atasnya, lalu menceritakannya kepada orang lain. Dan jika mendapat mimpi yang lain(mimpi buruk) yang dibencinya, ketahuilah ia dari setan, karena itu ia berlindung kepada Allah dari kejahatannya dan tidak menceritakannya kepada seorangpun. Dan sesungguhnya ia tidak akan membahayakan dirnya. [H.R Bukhori, kitab Ta'bir bab ru'ya minallah(12/385, Fatkhul Bari)]

Adab mimpi yang tidak disukai
Pertama, membaca ta'awudz dari kejahatannya.
Kedua, menyembur tiga kali seketika bangkit dari tidur kesisi kiri. Hal tersebut untuk mengusir setan serta merendahkannya.
Ketiga, hendaknya ia tidak menceritakan mimpi tersebut kepada orang lain, karena ditakutkan ia serta merta mentakwilkan mimpi tersebut dengan sesuatu yang buruk, hal yang tentu bisa menggoncangkan jiwanya.
Keempat, melakukan sholat saat bangun dari tidur. Karena setan jauh dengan orang yang melakukan sholat dan dekat dengan Allah.
Kelima, mengubah posisi tidur semula.
Dan hal lain yang mewakili semuanya itu adalah sholat. Hal itu karena bila seorang muslim berdiri menegakkan sholat otomatis dia telah mengubah posisi dirinya. Juga berarti meludah dan menyembur saat ia berkumur-kumur ketika wudlu, dan dia pula berta'awudz sebelum membaca. Lalu dia berdo'a kepada Allah dalam keadaannya yang paling dekat kepada Allah. Dan diantara do'a yang diperintahkan Rosul adalah sebagi berikut;
"Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimat-Nya yang Maha Sempurna dari kemurkaan-Nya dan dari kejahatan hamba-hamba-Nya serta dari bisikan-bisikan setan dan dari kedatangannya. [Disahkan oleh Albani di dalam Shohih Abi Daud, 2/737 diriwayatkan oleh Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya]
"Aku berlindung kepada Allah dari apa yang berlindung kepada-Nya para malaikat Allah dan segenap Rosul-Nya dari kejahatan apa yang kulihat dalam mimpiku agar tidak menimpaku sesuatu yang kubenci di dunia dan di akhirat. [H.R Ibrohim An Nakho'I, disohihkan isnadnya oleh Ibnu Hajar dalam Fatkhul Bari, 12/388]


Produced by: abdul ghofur

Bermain Sihir, bolehkah ???


A. Secara Bahasa (Etimologi):
"Sesuatu yang tersembunyi, samar, tidak terlihat, dan sangat lembut (halus) faktor-faktor penyebabnya. dari sini kemudian ia di sebut sebagai sihir, karena ia selalu terjadi di penghujung malam secara tersembunyi dengan efek yang berpengaruh secara halus. untuk ma'na lain misalnya

kita temukan dalam sabda Rasulullah : ''Sesungguhnya sebagian dari bayan (penjelasan kata-kata atau orasi ) terdapat apa yang di sebut dengan sihir [HR.Bukhori, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, dan Imam Malik]
karena orang yang pandai membuat penjelasan dengan kata–kata (orator) memiliki kesanggupan menyembunyikan hakikat kebenaran dengan kemilau kata .

B. Secara Istilah Syar'I ( terminologi ):
Di bagi menjadi 2 macam definsi :
Pertama : "Buhul-buhul dan matera-mantera yang di gunakan oleh penyihir untuk meminta pelayanan (memperkerjakan) setan agar menimpakan mudhorot kepada pihak yang di sihir.
Kedua : Semacam obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang berpengaruh pada jiwa dan badan kepada pihak yang di sihir,sehingga dapat memalingkan dan mencondongkan seseorang kepada sesuatu dan inilah yang di namai dengan Sharf dan Athf .
kedua macam defiinisi sihir ini terangkum dalam dalam surat Al-Baqarah ayat 102 .
Syaikh Asy-Syinqiti mengatakan : 'ketahuilah bahwa istilah sihir itu tidak bisa di batasi dengan istilah yang bersifat Jami (universal) dan mani( menghalangi ma'na lain) di sebabkan kaerena banyaknya jenis-senis sihir itu,sehingga tidak dapat di buat definisi tertentu yang dapat meliputi seluruh pengertian yang ada (jami). inilah yang menyebabkan adanya perbeda'an-perbeda'an para ulama dalam membuat definisi-definisi sihir tersebut
DALIL-DALIL ADANYA SIHIR

A. Dari Al-Qur'an
Firman Allah :
''Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.''[ Qs. Al-Baqarah ;102]
Segala bentuk-bentuk sihir ini tidak lepas dari campur tangan dari para setan.dan memiliki hakikat yang nyata dan pengaruh nyata pada obyek yang di sihir, sehingga bisa membuat seseorang menjadi sakit,terbunuh dan dapat memisahkan seorang suami dari istrinya ,dan semua itu terjadi atas kehendak dan Takdir kuniyah Allah swt.dan karena hakikat yang nyata itulah Allah swt melukiskannya sebagai sihir dengan kebesarannya , sebagaimana dalam firman Allah :
Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan). [Qs.Al-A'raf :116]
Allah juga telah menyuruh kita untuk berlindung dari sihir dan tukang sihir, sebagaimana dalam firmannya : ''Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul''[ Qs.Al-Falaq; 4]

B. Dari As-sunnah
'' Di riwayatkan dari Aisyah j: bahwa sesungguhnya Rasulullah n pernah terkena sihir , sehingga sihir itu membuatnya seakan-akan melakukan sesuatu ,padahal beliau tidak melakukannya .kemudian beliau berkata keapdanya (Aisyah) pada suatu hari ,''Aku kedatangan dua malaikat ,salah satunya duduk di dekat kepalaku dan salah satunya lagi duduk di deka kakiku , lalu malaikat itu berkata," sakit apa orang ini ? malaikat yang lain berkata ;'' tersihir ,malaikat yang lain berkata '' labid bin Al- A'sham dengan sisir di bungkus dengan pelepah kurma lalu di masukan ke sumur Dzarwan [ HR.Bukhori]

MACAM-MACAM SIHIR SECARA GLOBAL
Pertama : Sihir yang bersifat hakiki (mempunyai fakta yang nyata ) misalnya pelet yang menyebabkan perceraian antara seorang suami dengan isrinya ,atau teluh yang bisa membunuh seseorang. sebagaimana firman Allah :
"Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya.[ Qs.Al-Baqarah :102]
Dalam ayat ini di terangkan bahwa sihir itu ada yang bersifat hakiki karena dengan sihir itu dapat memisahkan seorang suami dengan istrinya.
Kedua; Sihir yang bersifat khayali (tidak mempunyai fakta yang nyata) misalnya sihirnya tukang sihir Fir'aun yang disebut Allah sebagai khayal dalam firmannya ;
''Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka [ Qs. Ath-Thaha: 66]]
Ibnu katsir menjelaskan ayat ini , beliau berkata :'' para tukang sihir itu di mana mereka menempatkannya di wadah yang di beri air raksa yang karenanya dapat bergerak, bergoyang,dan melongok, sehingga menjadikan orang yang melihatnya membayangkan bahwa ia merayap dengan sendirinya . padahal sesungguhnya itu adalah khayal (tipu daya).
Syekh Asy-Syinqiti bekata : ''Ayat ini menunjukan bahwa sihir yang di datangkan oleh tukang sihir fir'aun bersifat khayali dan tidak memiliki hakikatnya . dalam ayat lain di terangkan pula ;
Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan).[ Qs.Al-A'raf:116]
Di dalam ayat ini di jelaskan bahwa tukang sihir itu menyulap mata mereka yang melihat dan sihir mereka tidak memiliki hakikat yang nyata .
Mengenai jenis kedua dari sihir yaitu bersifat khayali banyak dari para ulama salaf yang mengkritik pendapatnya kaum Mu'tazilah yang mengatakan bahwa sihir itu seluruhnya bersifat khayali, ini adalah pendapat mereka yang sangat jauh dari kitab dan sunnah ,yang mereka berhujjah dengan firman Allah didalam surat At-thaha ayat 66 dan al-A'raf ayat 116.
''Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka''[ Qs. Ath-Thaha: 66]
Mereka mengatakan dan Allah tidak mengatakan ''bergerak secara hakiki, dan sihir itu hanyalah kamuflase, imajinasi (khayalan) tipuan terhadap keberada'an sesuatu yang tidak punya hakikat, namun hanya merupakan bentuk (model) sulaf atau magic.
Al-Allamah Ibnul Qayim mengatakan : "Pendapat ini bertentangan dengan berbagai Atsar yang mutawatir dari para sahabat dan salaf, serta bertentangan dengan yang telah di sepakati oleh para Fuqaha, Ahli hadis,para Arbabul Qulub (dari para ahli tasawuf) dan juga yang telah di kenal umumnya manusia yang berakal. sihir yang dapat memberilkan pengaruh rasa sakit, rasanterikat, kecinta'an, kebencian, kepalsuan, dan sebagainya dari berbagai macam pengaruh yang bisa di timbulkan itu memang ada yang di kenal oleh manusia secara umum .
Sedangkan Al-Qurthubi setelah menyebutkan pendapat kaum Mu'tazilah dan dalil (argumentasi) mereka mengatakan; ''Pendapat mu'tazilah ini sebenarnya tidak beralasan. kami tidak mengingkari bahwa khayalan dan sebagainya itu ternasuk dalam kategori sihir, namun di balik itu terdapat berbagai hal yang pasti dapat di terima oleh akal dan di sebutkan oleh nas. di antaranya terkandung dalam ayat tentang sihir dan pengajaran sihir yaitu firman Allah dalam surat Al-Baqarah, ayat 102
Seandainya sihir itu tidak hakiki ,maka tak mungkin sihir itu di ajarkan, dan Allah juga tidak akan memberitahukan mereka (setan-setan) itu mengajarkannya kepada manusia. ini semua menunjukan bahwa sihir itu memang hakiki. Bukti nas lain adalah firman Allah dalam kisah Fir'aun surat Al-A'raf;116, Dan juga surat Al-Falaq yang telah di sepakati oleh para mufasir bahwa sebab nuzulnya adalah berkena'an dengan sihir yang dilakukan oleh labid bin Al-A'sham.
kesimpulannya menurut para jumhur ulama bahwa sihir itu ada yang memiliki hakikat dan ada yang tidak memiliki hakikat sebagimana yang dikatakan oleh syekh As-sinkity dan Al-Qurthubi di dalam tafsirnya
Sihir masuk ke dalam syirik dari dua sisi :
Pertama; karena di dalamnya terdapat Istikhdam (meminta pelayanan )dari Syaithan-syaithan serta ketergantungan dan kedekatan dengan mereka melalui sesuatu yang mereka cintai agar syetan -syaitan itu memberi pelayanan .kepada tukang sihir. dan sihir itu sendiri adalah ajaran syetan. Allah berfirman:
''Tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia[ Qs.Al-Baqarah:102]
Kedua; Di dalamnya terdapat pengakuan mengetahui Ilmu Ghaib dan pengakuan berserikat dengan Allah dalam hal itu ini adalah kekufuran dan kesesatan. Allah berfirman:
''Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat''[ Qs.Al-Baqarah :102]
HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN SIHIR
Pertama; '' Hukum mempelajari Ilmu sihir
Hukum mempelajari sihir adalah haram berdasarkan dalil-dalil baik dari Al-Qur'an , As-sunnah dan Aqwalus salaf.
 Dalil-dalinya sebagai berikut :
a. Dari Al-Qur'an
''Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".[Qs.Ath-Thaha:69]
Dan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 102.

b. Dari As-sunnah
Rasulullah bersabda:''
''Barang siapa yang mempelajari sesuatu dari sihir ,baik sedikit maupun banyak ,maka akhir urusannya adalah Allah (hadis ini adalah hadis mursal)
Dan juga sabda Rasulullah :'
Dari Abu Hurairah, Ia berkata, bahwa Rasulullah bersabda '' Jauhilah tujuh perkara yang mebawa kepada kehancuran.'' Para sahabat berkata ;'' wahai Rasulullah apakah tujuh perkara itu ? '' beliau berkata;'' syirik kepada Allah, sihir membunuh jiwa yang di haramkan oleh Allah kecuali dengan sebab yang di benrkan oleh agama,memakan riba,memakan harta anak yatim,laridari medan perang, dan menuduh wanita-wanita yang menjaga kehormatannya dengan berzina [HR.Bukhori dan Muslim]
c. Dari Aqwalus sallaf
Imam Ahmad berkata : ''Barang siapa yang mempelajari dan mengajarkannya hukumnya kafir .

Kedua;'' Hukum Sahir (penyihir) apakah ia di hukumi kafir atau tidak
Para ulama berbeda pendapat dalam menghukumi penyihir apakah dikafirkan ataukah tidak ?
Pendapat pertama : '' yaitu pendapatnya jumhur ulama ,yang merupakan madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad, begitu juga yang di katakan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa Ia di kafirkan berdasarkan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 102.
Pendapat kedua: '' yaitu pendapatnya Imam Asy-Syafi'I beliau berkata : ''Jika ada orang yang mempelajari sihir, maka perlu di tanyakan kepadanya tentang sihirnya itu, jika kemudian ia menjelaskan karakter sihirnya itu yang ternyata memang terhitung kekufuran -seperti sihirnnya penduduk Babilonia, berupa pendekatan kepada bintang-bintang dengan keyakinan bintang-bintang itu dapat melakukan apa saja yang di mintanya -maka ia berarti kafir. Jika tidak sampai batas kekafran tapi ia menyakini tentang hukum bolehnya sihir,maka berarti ia kafir di sebabkan tindakannya yang menghalalkan sesuatu yang di haramkan oleh Allah . Tapi jika tidak demikian,maka ia tidak kafir .
Al-Allamah Asy-Syinqithi berkata : ''Yang tepat dalam masalah ini adalah di perinci:
Jika dalam sihir itu terdapat pengagungan kepada selain Allah, seperti pengagungan kepada bintang-bintang, jin, dan sebagainya yang membawa kepada kekufuran, maka sihir seperti ini hukumnya kufur. tanpa ada perselisihan. termasuk dalam jenis ini adalah sihirnya Harut dan Marut yang di sebutkan dalam surat Al-Baqarah. itu jelas merupakan kekufuran, tanpa ada perselisihan, seperti yang di tunjukan dalam Firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 102 dan surat Ath-Thaha ayat 69.
Adapun jika sihir tersebut tidak menuntut adanya kekufuran, seperti dengan bantuan benda-benda tertentu berupa minyak dan selainnya, maka hal ini haram dengan tingkat keharaman yang cukup keras, akan tetapi tidak menjadikan pelakunya menjadi kafir. Dan inilah -insya Allah pendapat yang tepat dalam masalah ini yang memang di perselisihan di kalangan Ulama .

Ketiga ; Hukum membunuh Sahir (penyihir)
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, menjadi dua pendapat :
Pendapat Pertama : '' yaitu pendapatnya jumhur ulama , bahwa ia harus di bunuh. Imam Malik dan Imam Ahmad juga mengatakan demikian. tanpa di minta terlebih dahulu untuk menyatakan taubat.
Dali-dalil yang mereka jadikan hujah adalah sebagai berikut :
1. Hadis yang di riwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ibnu Abi Ady, Ad-Daruqutni dan lain-lain dari jalur ismail bin Muslim Al-Makki dari Al-hasan dari Jundub yang mengatakan bahwa Rasulullah bersabda :
''Hukuman had bagi penyihir adalah di penggal (lehernya)dengan pedang [Imam At-Tirmidzi mensahkan kemaukufan hadis ini seraya berkata ''isi riwayat ini di amalkan oleh sebagian ahli ilmu dari kalangan sahabat nabi dan lain-lainya]
2. Hadis yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad dan lainnya dengan sanad yang shahih dari bajalah yang mengatakan :'' Telah datang kepada kami surat (ketetapan) dari Umar selang waktu setahun sebelum ia meninggal, yang isinya : ''Bunuhlah setiap tukang sihir. pisahkanlah antara setiap orang yang mempunyai mahram dari orang-orang majusi, dan laranglah mereka agar tidak meraung-raung. lalu kami pun membunuh tiga orang penyihir .
3. Hadis yang di riwayatkan oleh Hafsah bahwa ia pernah menyuruh agar budak perempuan miliknya yang telah menyihirnya itu di hukum mati (HR. Imam Malik dalam kitab muwatha dengan sanad yang munkotiq dan Abdullah bin Al-Imam Ahmad dalam kitab Al-masa'il dan juga oleh Al-Bayhaqi dengan sanad yang shahih dan di shahihkan pula oleh Syaikhul islam Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab Tauhid)
Pendapat kedua: :''Ia tidak boleh di bunuh kecuali ia melakukan tindakan yang sampai pada tingkat kekufuran. ini adalah pendapatnya Imam As-Syafi'I begitu juga dengan Imam Abu Hanifah. dalam suatu riwayat Imam Malik juga berpendapat demikian.
Hujjah-hujah yang mereka pakai adalah;''
Rasulullah bersabda :'' Tidaklah halal darah seorang muslim (tidak boleh di bunuh) kecuali di sebabkan oleh salah satu dari tiga hal :'' orang yang sudah menikah lalu ia berzina ,jiwa dengan jiwa(Qishas berupa hukuman mati karena telah membunuh orang lain) dan orang yang murtad dari agamanya .,dan yang memisahlan dirinya dari jama'ah [HR.Bukhori dan Muslim]

Kesimpulannya
Hukum mempelajari sihir adalah haram, kalau sihir itu haram dan penyihir itu -menurut pendapat yang terkuat -adalah di kafirkan -maka sudah tentu mendatangi penyihir dan meminta mereka melakukan sihir adalah juga haram dengan sendirinya , jadi siapa yang mendatangi penyihir, maka ia telah menjadi kafir dengan tingkat syirik kecil tapi lebih besar daripada dosa besar yang paling besar .
Adapun hukuman bagi penyihir menurut pendapat yang paling kuat dan rajih adalah yang di pegangi oleh jumhur Ulama yaitu hukuman bagi seorang penyihir adalah di bunuh tanpa di beri taubat. dan tidak di temukan seorang sahabat pun yang menyelisihi Umar , jundab dan Hafsah -Rh - bahkan tentang sahabat Umar ini, Nabi pernah bersabda : '' Teladanilah dua orang sepeninggalanku yaitu Abu Bakar dan Umar .
Beliau juga pernah bersabda : ''Sesungguhnya Allah telah menjadikan kebenaran pada lidah Umar dan hatinya .
Adapun pendapat kedua yang menggunakan hadis Bukhori maka ini bisa di bantah dari berbagai sudut
Adapun apakah mereka di beri taubat ataukat tidak ?
Secara lahiriah , bahwasnya tukang sihir itu di bunuh tanpa di mintai bertaubat,seperti itulah berdasarkan perkata'an yang mashur dari Imam Ahmad, Imam Malik karena Ilmi tukang sihir tidak akan hilang dengan bertaubat.
Adapun jika tukang sihir itu bertaubat Apakah taubatnya di terima ?
Imam Malik, Abu Hanifah dan Ahmad dalam perkata'an yang mashur bahwa taubatnya tidak di terima , sedangkan Imam Asy-Syafi'i dan Ahmad di dalam riwayat yang lain bahwa taubatnya di terima
Imam Ahmad berpendapat : "Bahwa tukang sihir itu di minta bertaubat , jika ia bertaubat, maka taubatnya di terima , seperti itu pula Imam Asy-syafi'I berkata;'' karena dosanya tidak melebihi kemusyrikan. sedangkan orang yang musyrik di minta supaya bertaubat dan taubatnya di terima ,untuk itu keimanan tukang-tukang sihir fir'aun taubatnya adalah sah.
Adapun soal Nabi tidak menghukum mati terhadap labid bin Al--A'sham itu dikarenakan adanya rasa khawatir Rasul akan timbulnya fitnah . disamping itu ada sebagian ulama ada yang mengatakan : ''Ini khusus untuk orang dzimmi saja. namun pendapat yang benar adalah bahwa dzimmi dan muslim hukumannya sama saja, yaitu di hukum mati

SEBAB-SEBAB TERTIMPA SIHIR
1. lemah dalam mentauhidkan Allah .
2. Meninggalkan sebagian kewajiban atau bermaksiat.
3. Lalai dalam berdzikir kepada Allah.

BAGAIMANA MENJAGA DIRI DARI SIHIR
1. Tawakal kepada Allah. Inilah penolak bencana yang paling bermanfa'at . Allah berfirman ; [ Qs.Ath-Thalaq:3]
2. Mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya Rasulullah bersabda : ''Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu '' [HR.Tirmidzi]
3. Banyak Dzikullah di setiap sa'at dengan hati dan lisan secara benar, khusunya di waktu pagi dan petang dan dzikir pula bisa berupa membaca Al-Qur'an, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, Istighfar dan Shalawat Nabi.
4. Meningkatkan kesabaran diri dalam menghadapi coba'an iman ini, dan dalam ta'at kepada Allah tanpa putus asa dengan tetap optimis bahwa Allah pasti menyembuhkannnya dan sihir itu hancur dengan mu'jizat Qur'aniyahnya .

Referensi:
1. fathul majid, Syarh kitab Tauhid, Syekh Abdurrahman bin Hasan alu Syekh .
2. Taysirul Azizil Hamid fie Syarh Kitab tauhid, Sulaiman bin Abdullah bin Abdul wahhab.
3. Ad-Diddu An-Nadied ala Abwabi Tauhid, Syekh Sulaiman bin Abdullah Al-Hamdan,
4. Qoul Mufid Ala kitabi Tauhid, Syekh Sholeh Al-Utsaimin .
5. 200 Sual wal jawab fie Aqidah Al-Islamiyah , Syekh Hafidz Hakami .
6. Kitab Tauhid jilid 3 , Syekh Sholeh Al-Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
7. At-Tibyan Syarhu Nawakidi Al-islam , Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab.
8. Al-Madkhol liddirosatul Aqidah Al-Islamiyah , Ibrahim binAbdillah Al-Buraikan .
9. Al-Qoul Sadid Syarh Kitabu Tauhid, Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa'di.
10. Akhto'u Fie Al-Aqidah , Abdulllah bin yusuf ijlan.
11. Ilaju As-Sihr Bir Rukyat wad Du'a , fadlan Abu Yasir . Lc
12. Buletin An-nur Thn IV,No 148.

Rabu, 30 September 2009

Taubat is way to get Allah's love


Sesungguhnya selain Nabi, tidak ada orang yang suci. Tidak ada yang luput dari kesalahan dan dosa. Sebaik apapun ia. Sebening apapun hatinya, selalu ada debu yang mengotorinya, meski nyaris tak kelihatan. Sebaik apapun ia, meski ada khilaf yang membuatnya perlu memohon

kemurahan Allah untuk mengampuni dosa-dosanya. Dan sebagus apapun akhlaknya-selagi ia bukan Nabi-pasti pernah melakukan keburukan dan dosa, meski ia tidak menghendaki.
Jadi, tidak ada orang yang terbebas dari dosa kecuali Nabi. Allah memberi penjagaan langsung kepada Nabi sehinnga terlindungi dari kesalahan. Di luar itu meski ia adalah sahabat Nabi yang paling baik, tak ada yang memiliki sifat ma'shum. Lebih-lebih kita yang hidup sekarang ini, ketika ilmu tak ada pada kita kecuali sangat sedikit. Tak layak kita merasa suci hanya karena melihat ada orang yang pernah berbuat dosa, atau bahkan terang-terang masih melakukan maksiat.
Allah berfirman : "Janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang paling bertakwa."(An Najm : 32)
Nabi sebagai orang yang ma'shum dan paling bertakwa serta seluruh dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah namun, meskipun demikian beliau senantiasa beristighfar meminta ampunan kepada Allah tidak kurang dari tujuh puluh hingga seratus kali dalam setiap harinya.
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda,"Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” ( HR. Al-Bukhari, Kitab Ad-Da'awat, Bab Istighfar An-Nabiy fil Al-Yaum wal Al-Lailah 11/85)
Kalau beliau yang ma'shum saja senantiasa beristighfar dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali, lalu bagaimana hal dengan kita yang tak lekang dari salah dan dosa ini? Sungguh, sebenarnya kita lebih layak dari itu, karena kita tidak sengaja dan lengah dari sesuatu yang namanya kekhilafan dan dosa.

Hakekat Taubat
Sesungguhnya hakekat taubat adalah kembali kepada Allah dengan melaksanakan keta'atan dan menjahui segala maksiat, kemudian menyilisihi jalannya المغضوب عليهم yaitu orang-orang yang dibenci, dimurkai oleh Allah dan berpaling dari jalannya ولا الضالين yaitu jalannya orang-orang yang sesat.
Akan tetapi taubat menurut anggapan kebanyakan manusia hari ini, adalah dilakukan hanyalah ketika seseorang terjerumus kedalam perbuatan maksiat. Padahal taubat terhadap amal kebaikan yang wajib lalu kita tinggalkan adalah lebih utama daripada taubat terhadap maksiat yang dilarang.

Fadhilah Taubat
1. Sebab untuk meraik kecintaan Allah.
Karena di didalam taubat terkandung taqarrub kepada-Nya dengan melakukan keta'atan dan menjauhi kemaksiatan. Inilah diantara jalan untuk meraih kecintaan Allah sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits Qudsi.
“Tidaklah seorang hamba bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai melebihi sesuatu yang Aku wajibkan. Dan tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan An-Nawafil sehingga Aku mencintainya." (HR. Bukhari (6502)
2. Sebab kesuksesan dunia dan akhirat.
Allah berfirman: "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An Nuur : 31)
Jalan yang menyelamatkan dari kezhaliman. Hal ini sebagaiman firman Allah :
"Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Al Hujurat : 11)
3. Sebab terhapusnya dosa dan masuknya seorang hamba ke surga.
Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia."(At Tahrim : 8)
Rasulullah bersabda:
"Seorang yang bertaubat dari dosa, maka ia seperti halnya orang yang tidak berdosa." (HR. Ibnu Majah (4250) dan dihasankan oleh Al-Bani)
4. Sebab digantikannya keburukan menjadi kebaikan. Hal ini sebagaimana firman Allah : "Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al Furqan : 70)
5. Sebab terselamatkannya hati dari hal yang menodai kesucian dan kebeningannya. Karena setiap maksiat yang dilakukan akan menimbulkan satu nokhtah hitam di dalam hati pelakunya. Rasulullah bersabda:
Dan nokhtah itu akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya maksiat yang dilakukan, sebab diantara karakter maksiat adalah melahirkan maksiat lain setelahnya yang bobotnya lebih besar.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan hal ini didalam kitabnya Al-Jawabul Kafi, beliau berkata:
"Sesungguhnya diantara balasan perbuatan baik itu adalah adanya perbuatan baik setelahnya. Dan diantara balasan perbuatan buruk itu adalah lahirnya perbuatan buruk setelahnya."
6. Sebab untuk mendapatkan do`a para malaikat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah yang mengkisahkan tentang para malaikat:
"Maka berilah ampunankepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala." (al Mukmin : 7)

Hukum Taubat
Taubat ada dua macam yaitu, Taubat Wajibah dan Taubat Mustahabbah.
Taubat Wajibah adalah taubat dari perkara wajib yang ditinggalkan atau dari perkara-perkara Mahzhur yang dikerjakan. Dan taubat ini adalah wajib bagi setiap hamba. Sebagaimana firman Allah :
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (an Nuur : 31)
Sedangkan Taubat Mustahabbah taubat yang dilakukan karena meniggalkan perkara-perkara yang mustahab atau karena melakukan perkara-perkara yang makruh. Barangsiapa yang melakukan kedua macam taubat ini, maka dia termasuk golongan As-Sabiquna bi Al-Khairat.

Syarat-Syarat Taubat
Jika syarat-syarat taubat telah terpenuhi maka taubat seorang hamba akan diterima sehingga ia akan meraih segala keutaman yang telah disebutkan sebelumnya. Diantara syarat-syarat taubat adalah:
1. Niat yang ikhlas, yaitu semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah dan mengharapkan apa yang dijanjikan disis-Nya dengan berbagai kemuliaan dan kenikmatan. Allah berfirman : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Al Kahfi : 110)
2. Hendaknya taubat sesuai dengan petunjuk Nabi. sebab taubat adalah bagian daripada ibadah murni. Dan setiap ibadah yang dilakukan dan tidak bersumber dari Allah dan Rasul-Nya maka hal itu bukanlah bagian dari Din.
3. Berlepas diri dari secara sempurna dari yang ia bertaubat darinya. Adapun orang yang mengaku bertaubat namun masih melakukan maksiat yang ia bertaubat darinya, maka pengakuannya hanyalah dusta belaka. Bahkan hal ini bisa termasuk istihza` kepada Allah.
Yang menjadi patokan bukanlah pengakuan lisan akan tetapi amal dan tingkah laku.
4. Adanya penyesalan yang dalam terhadap perbuatan maksiat yang dilakukan.
Apabila tidak ada penyesalan sedikitpun atas maksiat yang dilakukan, hal ini berarti menandakan keridhaan rasa suka untuk terus melakukan maksiat tersebut. Rasulullah bersabda : "Penyesalan adalah taubat." (HR. Ibnu Majah (4252) dan dishahihkan oleh Al-bani)
5. Memiliki azam untuk tidak kembali melakukan maksiat selama-lamanya. Hal ini bukan berarti jika terjerumus kedalam kemaksiatan taubatnya batal dan tidak diterima. Sebab azam disini maksudnya adalah adanya keinginan yang kuat untuk tidak kembali melakukan maksiat. Akan tetapi ketika syetan dapat menjerumuskan ia kedalam maksiat maka, ia butuh untuk bertaubat kembali dengan taubat yang shadiq dan hal ini tidak ada hubungannya denngan taubat yang pertama.
6. Mengembalikan segala hak-hak kepada pemiliknya. Hal ini jika maksiat yang dilakukan berkaitan hak sesama manusia.
7. Hendaknya taubat dilakukan pada waktu yang telah disyari'atkan yaitu, sebelum datangnya dua perkara.
Pertama, ketika ruh seseorang telah sampai di tenggorokan
Kedua, ketika matahari terbit dari arah barat.
Metode Syetan Untuk Menjauhkan Manusian Dari Taubat
1. At-Tazyiin, yaitu memperindah maksiat dalam pandangan manusia, menjadikan mereka condong dan cinta akan maksiat. Kemudian menjauhkan mereka dari Allah dan menjadikan ketaatan ketaatan kepada-Nya terasa berat.
2. At-Talbiis, yaitu merusak Tashawwur (cara pandang) sehingga yang haram dianggapnya halal dan yang batil dianggap hak. Dengan demikian tidak ada sedikitpun perasaan bersalah dalam hatinya ketika melakukan hal yang tidak diridhai Allah.
3. At-Taswiif, yaitu syetan memasukkan bisikan agar manusia menunda-nunda taubat hingga ajal seseorang itu tiba padahal ia dalam keadaan berlumuran dengan maksiat dan belum sempat bertaubat.
Dan senjata ini digunakan oleh syetan ketika senjata pertama dan kedua tidak mempan. Maka jalan keluar dari tipu daya ini adalah dzikrul maut.
Allah telah mencela orang yang ghurur terhadap maghfirah-Nya, Allah berfirman:
"Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: 'Kami akan diberi ampun'". (Al A’raf : 169)
4. Tahwiinul Ma'shiyah, yaitu syetan berusaha menjadikan taubat dalam pandangan manusia sebagai suatu hal yang remeh. Hal ini biasanya oleh syetan ketika manusia memiliki keinginan yang cukup kuat untuk bertaubat dengan membisikkan, "Apa yang lakukan sehingga kamu bertaubat, sesungguhnya taubat itu hanyalah bagi ahli maksiat yang melakukan dosa-dosa besar, dan bukankah Allah adalah Maha Pengampun dan Penyayang?"
Maka kita selayaknya tidak memandang demikian terhadap dosa-dosa yang kita. Ibnu Mas'ud berkatata.
"Sesungguhnya seorang mukmin ketika melihat dosa-dosanya, seolah-olah ia sedang berdiri di kaki gunung dan takut akan menimpanya. Adapun orang fajir ketika melihat dosa-dosanya, ia memandangnya tidak lebih seperti memandang seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya." (al Bukhari/6308)
5. At-Taiasu, yaitu syetan memunculkan perasaan putus asa dari rahmat Allahk dan menghilangkan rasa raja' terhadap-Nya dari hati seorang yang ingin bertaubat, bahwa dosa-dosanya sudah sangat keterlaluan dan melampau batas sehingga tidak akan mungkin diampuni.
Padahal rasa putus asa terhadap rahmat Allah merupakan dosa sendiri dan membutuhkan taubat tersendiri pula. Jalan keluarnya adalah dengan mengingat bahwa Allah adalah maha luas rahmat dan maghfirah-Nya sebagaimana firman-Nya: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadapdiri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'" (Az Zumar : 53)

Indikasai Taubat Yang Benar
Ada beberapa indikasi benar atau diterimanya taubat seorang hamba dan paling mendasar iallah:
1. Keadaan setelah bertaubat lebih baik dari dari sebelumnya, yaitu dengan bertambahnya amal shalih, bergaul dengan orang shalih, memilki azam yang kuat untuk meninggalkan maksiat segala hal yang menjeruskan dalam kehinaan.
2. Senantiasa merasa takut akan makar Allah hingga akhir hayatnya dan mendengar seruan malaikat:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (Fushilat: 30)
3. Adanya penyesalan yang amat mendalam yang disertai ketakutan terhadap akibat dosa-dosanya. Penyesalan karena melalaikan kewajiban yang menyebabkan kerugian di akhirat.
writed by : A Ahmad

Which your Heart ?


Qalbu yang sehat memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab (Ighatsatul Lahfan min Mashayid asy-Syaithan.)¨ Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kesembuhan. Dia tidak memilih

hal-hal yang berbahaya serta menjadikan sakitnya qalbu. Sedangkan tanda qalbu yang sakit adalah sebaliknya. Santapan qalbu yang paling bermanfaat adalah keimanan dan obat yang paling manjur adalah al-Qur’an. Selain itu, qalbu yang sehat memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mengembara ke Akhirat
Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putra-putra akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang mengambil sekedar keperluannya, lalu akan segera kembali lagi ke negeri asalnya. Nabi shallallhu alaihi wasallam bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang melewati suatu jalan." (HR. al-Bukhari)
Ketika qalbu seseorang sehat, maka dia akan mengembara menuju akhirat dan terus mendekat ke arahnya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan bila qalbu tersebut sakit, maka dia terlena mementingkan dunia dan menganggapnya sebagai negeri abadi, sehingga jadilah dia ahli dan hambanya.
2. Mendorong Menuju Allah subhanahu wata`ala
Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah selalu mendorong si empunya untuk kembali kepada Allah subhanahu wata`ala dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya. Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah, kedekatan dan rasa jinak terhadap-Nya. Merasa tenang dan tentram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut kepada Allah semata.
Maka qalbu tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan ketenangan dan ketentraman bersama Ilah sembahan nya. Sehingga tatkala itulah ruh benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah subhanahu wata`ala inilah surga dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.
Abul Husain al-Warraq berkata, "Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang Maha Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya."
Oleh karena itu terputusnya seseorang dari Allah subhanahu wataala lebih dahsyat bagi orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, karena terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.
3. Tidak Bosan Berdzikir
Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah subhanahu wata’ala. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah subhanahu wata`alaatau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada-Nya.
4. Menyesal jika Luput dari Berdzikir
Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya.
5. Rindu Beribadah
Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah subhanahu wataala, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman.
6. Khusyu' dalam Shalat
Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.
7. Kemauannya Hanya kepada Allah
Qalbu yang sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang diridhai Allah subhanahu wata`ala.
8. Menjaga Waktu
Di antara tanda sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya hilang dengan percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.
9. Introspeksi dan Memperbaiki Diri
Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah subhanahu wata`ala dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah subhanahu wata`ala serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya.
Demikian di antara beberapa fenomena dan karakteristik yang mengindikasikan sehatnya qalbu seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa qalbu yang sehat dan selamat adalah qalbu yang himmah (kemauannya) kepada sesuatu yang menuju Allah subhanahu wata`ala, mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai tujuan. Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang diridhai Allah lebih dia sukai daripada segenap pembicaran yang lain, pikirannya selalu tertuju kepada apa saja yang diridhai dan dicintai-Nya.
Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah subhanahu wata`ala lebih dia sukai daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diridhai-Nya. Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya, Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya.¡¨ (QS. 89:27-28)
Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarkannya nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya qalbu tersebut di hadapan Ilah dan Sesembahannya yang Haq akan terwarnai dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan. Sehingga jadilah abdi sejati sebagai sifat dan karakternya, ibadah menjadi kenikmatannya bukan beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa suka, cinta dan kedekatan kepada Rabbnya.
Ketika disodorkan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya mengatakan, "Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya aku mendengarkan, taat dan akan melakukannya. Engkau berhak dan layak mendapatkan semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu.¨
Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, " Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, miskin dan membutuhkan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tak berdaya. Engkau adalah Rabbku yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tak mampu untuk bersabar jika Engkau tidak menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku jika Engkau tidak menanggungku dan memberiku kekuatan. Tidak ada tempat bersandar bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku dari pintu-Mu, dan tidak ada tempat untuk berlari dari-Mu.
Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah subhanahu wata¡¦ala, dan dia hanya bersandar kepada-Nya. Apabila menimpanya sesuatu yang tidak dia sukai maka dia berkata, "Rahmat telah dihadiahkan untukku, obat yang sangat bermanfaat dari Dzat Pemberi Kesembuhan yang mengasihiku." Jika dia kehilangan sesuatu yang dia sukai, maka dia berkata, "Telah disingkirkan keburukan dari sisiku."
Semoga Allah subhanahu wata`alamemperbaiki qalbu kita semua, dan menjaganya dari penyakit-penyakit yang merusak dan membinasakan, Amin.
Sumber: Mawaridul Aman al Muntaqa min Ighatsatil Lahfan fi Mashayid asy-Syaithan, penyusun Syaikh Ali bin Hasan bin Ali al-Halabi
writed by : Imaduddin

Jin, Huuu takut.......!!!


Apa Itu Jin
Jin adalah makhluk yang berakal yang mempunyai kemampuan untuk memilih jalan kebaikan dan keburukan. Jin memiliki alam tersendiri dan bukan alam malaikat atau alam manusia. Alam yang tersembunyi dari pandangan manusia sehingga mereka disebut Jin karena tertutup (ijtina'). Jin adalah

makhluk yang diciptakan dari api sebagaimana yang terdapat dalam surat Ar-Rahman ayat 15. Dan Jin lebih dahulu diciptakan daripada penciptaan manusia (Al-Hijr: 26-27).
Nama-Nama Jin Dan Kelompoknya
Ibnu Abd Al-Barr mengatakan bahwa menurut para ahli ilmu kalam dan bahasa, Jin memiliki tiga jenis sebutan:
1. Bila yang mereka maksudkan adalah Jin secara murni, maka mereka dipanggil Jinni.
2. Bila yang mereka maksudkan Jin yang tinggal bersama manusia, maka mereka dipanggil Amir, jamaknya Imar.
3. Jika yang dimaksud Jin yang nampak pada anak-anak kecil, maka mereka dipanggil Arwah.
4. Jika ia jahat dan mengganggu, maka ia dipanggil Syaitan.
5. Jika kejahatannya lebih daripada syaitan dan pengaruhnya lebih kuat, maka disebut Afrit.
Kemudian mengenai kelompok Jin Rasulullah bersabda:
"Jin ada tiga kelompok : satu kelompok terbang melayang diudara. Satu kelompok lagi berupa ular dan anjing. Dan satu kelompok lagi diam dilumpur dan berjalan." (HR. Thabrani, Al-Hakim dan Al-Baihaqi dengan isnad shahih, Shahih Al-Jami' 3/85)
Syaitan Dan Jin
Kata syaitan dalam bahasa Arab dijadikan istilah bagi segala sifat yang angkuh dan durhaka. Dinamakan syaitan karena keangkuhan dan kedurhakaannya kepada Allah. Dan syaitan memiliki nama lain diantaranya yaitu Thaghut yang artinya melampuau batas (An-Nisa`:76). Allah juga menamai mereka Iblis karena keterputusasaannya dari rahmat-Nya. Iblis adalah bentuk kata benda bahasa Arab diambil dari kata Ilbalasa yang berarti orang yang tidak mempunyai kebaikan. Ublisa berarti putus asa dan bingung.
Syaihkhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa syaitan adalah asli Jin sebagaimana Adam yang asli manusia. (lihat Majmu' Fatawa: 4/235,346).
Makanan Dan Minuman Jin
Banyak hadits yang menjelaskan akan hal ini diantaranya adalah riwayat Tirmidzi dengan isnad yang shahih Rasulullah bersabda, "Jangan kalian beristinja` dengan kotoran binatang dan jangan pula dengan tulang. Karena ia merupakan bekal bagi saudara-saudara kalian dari bangsa Jin."
Dan tentang bagaimana syaitan makan Rasulullah menjelaskan, "Jika seseorang diantara kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannya. Dan bila ia minum hendaklah ia minum dengan tangan kanannya juga. Karena syaitan itu makan degan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya juga." (Shahih Muslim).
Ibnu Qayyim membuat suatu kesimpulan dengan firman Allah:
"Sesungguhnya minuman arak, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan." (Al-Maidah: 90). Karenanya segala minuman yang memabukkan adalah minuman syaitan.
Perkawinan Manusia Dengan Jin
Dalil yang menunjukkan bahwa perkawinan antara manusia dengan Jin bisa terjadi adalah firman Allah :
"Mereka belum pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni surga) dan tidak pula oleh Jin" (Ar-Rahman: 56).
Ibnu Taimiyah berkata, "Kadang-kadang manusia kawin dengan Jin dan lahirlah seorang anak dari keduanya. Peristiwa ini banyak terjadi dan sudah masyhur." (Majmu' Fatawa 19/39). Sekalipun demikian banyak ulama` yang membenci perkawinan ini. Sebab tidak ada hikmah dari perkawinan tersebut (Ar-Rum: 21).
Kediaman Jin Dan Waktu-Waktu Munculnya
Jin bertempat tinggal di bumi diamana kita tinggal diatasnya, mereka banyak berada di tempat-tempat kotor dan najis seperti permandian, tempat buang kotoran, sampah-sampah dan kuburan. Mereka juga banyak terdapat di tempat-tempat maksiat seperti pasar dan juga menginap di rumah-rumah manusia namun mereka dapat diusir dengan bacaan-bacaan dzikir kepada Allah apalagi ketika mendengar adzan dikumandangkan. Dan rasulullalh menjelaskan bahwa mereka banyak bertebaran ketika datangnya kegelapan malam.
Hewan-Hewan Yang Ditemani Jin
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa jin pernah meminta bekal kepada Rasulullah lalu beliau bersabda' "Bagi semua tulang yang disebutkan nama Allah padanya. Ia akan tiba di tangan-tangan kalian sebagai makanan. Dan, bagi kalian seluruh kotoran sapi yang juga merupakan makanan bagi binatang-binatang kalian." (HR. Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa Jin memiliki binatang-binatang dan diantara hewan yang selalu mereka temani adalah unta sebagaimana sabda Nabi, "Sesungguhnya untua itu diciptakan dari syaitan-syaitan, dan di belakang setiap unta ada syaitan." (Shahih Al-Jami': 2/52). Karenanya Rasulullah melarang kita shalat dikandang unta.
Kemampuan Jin Menyerupai Beberapa Rupa Dan Bentuk
Jin mempunyai kemampuan untuk menyerupai bentuk manusia dan binatang. Dan terkadang menyerupai binatang unta, keledai, sapi, anjing terutama anjing dan kucing hitam serta ular.
Dalam shahih Muslim Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya di Madinah ada sekelompok jin sudah masuk Islam. Maka yang melihat para penghuni ini, hendaklah ia mengizinkannya (menampakkan diri) tiga hari. Jika tetap nampak sesudah itu, hendaklah ia membunuhnya, karena sesungguhnya dia itu syaitan."
Dan syaitan dapat berjalan cepat pada aliran darah manusia. Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya syaitan berjalan cepat pada diri manusia di tempat mengalirnya darah." (Shahih Al-Bukhari dan Muslim).
Kelemahan Jin
Jin dan syaitan selain memiliki kekuatan diantaranya adalah ketangkasan berpindah namun mereka juga memiliki kelemahan. Allah berfirman : "Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah." (An-Nisa: 76).
Diantara kelemahan mereka adalah tiada kekuatan bagi syaitan atas hamba-hamba Allah yang shalih sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga." (Al-Isra`: 65).
Diantara kelemahannya pula bahwa jin-jin tidak dapat melewati batas-batas tertentu sebab jika mereka melanggar maka mereka akan mati dengan nyala api dan cairan tembaga. Hal ini dijelaskan dalam surat Ar-Rahman : 33-35.
Kemudian jin juga tidak dapat membuka pintu yang ditutup dengan menyebut nama Allah padanya. Rasulullah bersabda, "Tutuplah pintu-piintu dan sebutlah nama Allah padanya. Karena syaitan itu tidak dapat membukan pintu yang ditutup dengan mnyebut nama-Nya." (HR. Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim dengan sanad shahih).
Bila seorang hamba komitmen di atas kebenaran maka syaitan akan memisahkan diri darinya sebagaimana sabda Rasulullah, "Sesungguhnya syaitan benar-benar memisahkan diri darimu wahai Umar." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dengan isnad shahih).
Syaitan hanya berkuasa pada hamba-hamba yang lantaran mereka menyukai fikirannya dan mengikutinya suka dan patuh kepadanya (Al-Hjr: 42).
Syaitan Terkadang Menguasai Orang-Orang Beriman Disebabkan Dosa-Dosa Mereka
Dalam hadits disebutkan, "Sesungguhnya Allah Ta'ala bersama hakim selama hakim itu tidak zalim. Bila zalim, maka Allah berlepas darinya dan ia akan ditempati syaitan." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi dengan isnad hasan).
Allahberfirman : "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir." (Al-A'raf: 175-176).
Menundukkan Jin Untuk Sulaiman
Allah telah menundukkan untuk Nabi-Nya, Sulaiman sekelompok jin dan syaitan sehingga mereka mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada mereka dan akan dihukum jika melanggar. Firman Allah:
"Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu." (Shad: 36-38).
Dan Allah berfirman dalam surat Saba`: 12-13 : "Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tung-ku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih."
Hal ini sebagai bukti dikabulkannya do`a Sulaiman dimana beliau pernah berdo`a : "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". (Shaad:35).
Do`a inilah yang kemudian mencegah Nabi untuk mengikat seorang jin yang datang kepada beliau dengan membawa panah api yang akan dilemparkannya ke muka beliau.
Ketidakmampuan Jin Mendartangkan Mukjizat
Jin tidak dapat mendatangkan mukjizat sebagaimana yang dibawa oleh para Rasul, sehingga ketia orang-orang kafir mengatakan bahwa Al-Qur`an itu adalah buatan syaitan maka Allah menentang manusia dan jin untuk mendatangkan yang serupa dengan Al-Qur`an sebagaimana diterangkan dalam surat Al-Isra`: 88.
Jin Tidak Dapat Menyerupai Rasulullah Dalam Mimpi
Rasululllah bersabda, "Barangsiapa yang bermimpi melihat aku, maka sesungguhnya dialah aku. Karena syaitan itu tidak dapat menyerupai aku." (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih).
Namun dalil ini tidak mencegah syaitan untuk menyeruupai selain rupa Rasulullah lalu mengaku bahwa dia dengan rupa tersebut adalah Rasulullah padahal bukan. Jadi tidak setiap yang bermimpi melihat Rasulullah itu adalah benar kecuali jika sifat-sifat yang dilihatnya sesuai dengan sifat-sifat yang diriwayatkan dalam hadits tentang beliau .
TUJUAN PENCIPTAAN JIN
Tujuan penciptaan jin sama dengan diciptakannya manusia yaitu untu beribadah kepada Allah semata. Sebagaimana firman-Nya, "Tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah." (Adz-Dzariat: 56).
Sehingga yang taat diantara mereka akan masuk kedalam Jannah sedangkan yang ingkar akan dimasukkan kedalam neraka jahannam sebagaimana banyak dinyatakan di dalam Al-Qur`an diantara surat Al-An'am: 130 dan Al-A'raaf: 38.
Hal ini sebagai bukti sampainya risalah syariat kepada mereka.
Beban Dan Tanggungjawab Yang Sesuai Dengan Kemampuan Mereka
Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa 4/233 berkata, "Bangsa jin diperintahkan untuk mengerjakan suatu perkara usul dan furu' yang sesuai dengan ukuran mereka. Mereka tidak sama dengan manusia dalam batasan dan hakikat perkara, karena itu perintah dan larangan yang ditujukan kepada mereka tidak sama dengan yang diberikan kepada manusia. Mereka sama dengan manusia dalam hal dibebani perintah dan larangan, dibebani halal dan haram. Mengenai hal ini saya tidak tahu adanya perselisihan diantara kaum muslimin."
Bagaimana Wahyu Sampai Kepada Mereka
Karena mereka mukallaf, tentu saja harus ada wahyu yang sampai kepada mereka. Lalu bagaimanakah sampainya wahyu kepada mereka? Dalam hal ini pendapat yang paling kuat adalah bahwa Rasul yang diutus kepada manusia adalah Rasul yang diutus kepada bangsa jin, sebagaimana ucapan jin ketika mendengar Al-Qur`an, "Kami mendengar kitab yang turunkan setelah zaman Nabi Musa." (Al-Ahqaf: 30).
Risalah Muhammad ` Yang Bersifat Umum
Sudah menjadi ijma' Ahlussunnah bahwa Nabi Muhammad diutus kepada bangsa jin dan manusia. Sehingga ini menunjukkan bahwa Al-Qur`an adalah petunjuk bagi jin manusia. Firman Allah : "Katakanlah (hai Muhammad): 'Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang mena'jubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami." (Jin: 1-2).
Utusan Jin
Bangsa Jin yang mendengarkan syariat kemudian beriman dan menyebarkan seruan tersebut kepada kaumnya. Sehingga datang utusan mereka kepada Nabi ketika di Makkah untuk mempelajari syariat-syariat Allah dan Rasul-Nya.
Dalam riwayat Thabari dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah bersabda, "Aku menginap pada malam itu. Aku membacakan Al-Qur`an kepada Jin dan berhenti pada kata hujuun."
Mereka Memerintahkan Kepada Kebaikan Dan Menjadi Saksi Bagi Orang Islam
Abu Sa'id berkata, "Saya mendengar dari Rasulullah bahwa beliau telah memberitahukan bahwa jin-jin akan menjadi saksi pada hari kiamat terhadap orang-orang yang mendengarkan adzannya." (HR. Bukhari).
Urutan Mereka Dalam Kebaikan Dan Kejahatan
Tingkatan mereka dalam hal ketakwaan dan kekufuran sama hal manusia. Firman Allah, "Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda." (Jin: 11).
Tabiat Syaitan
Setelah pembangkangannya kepada Allah ia berubah menjadi kafir dan begitu bersemangat untuk menjerumuskan manusia kedalam kesesatan. Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu diantara mereka kesemuanya." (Shaad: 85).
SYAITAN MENYERUPAI PELBAGAI MACAM RUPA
Syaiatan terkadang datang menggoda dalam bentuk manusia. Terkadang pula hanya dengan suara tanpa terlihat siapa yang berbicara atau ia datang dengan bentuk yang aneh untuk menipu manusia. Namun ini semua hanya dilakukan terhadap orang yang kufur kepada Allah atau terhadap orang-orang yang berbuat kemungkaran dan dosa-dosa besar.
Orang-Orang Yang Dilayani Syaitan Mendekatkan Diri Kepadanya Dengan Perbuatan Maksiat
Orang yang mengaku memiliki ilmu hitam pada hakekatnya syaitan itulah yang melayani mereka dan sebagai timbal baliknya mereka harus mendekatkan diri kepada syaitan-syatan itu dengan kekufuran dan kemusyrikan. Misalnya menulis kalamullah dengan benda-benda najis atau membolak-balikkan hurufnya.
Orang-Orang Ghaib
Sebagaimana yang dikatakan oleh Thahawiyah, bahwa di antara syaitan-syaitan itu ada yang dinamakan "Orang-orang ghaib" dimana sebagian manusia dapat berbicara kepada mereka. Mereka mampu memperlihatkan hal yang luar biasa dan karenanya mereka mengaku sebagai wali-wali Allah dan mereka ini pada hakekatnya adalah saudara-saudaranya orang musyrik sungguh amat jauh perbedaan antara wali Allah dengan wali-wali syaitan.
Hukum Mempekerjakan Dan Mempergunakan Jin
Di muka telah dijelaskan tentang do`a Nabi Sulaiman. Maka jelas jika diantara manusia memperoleh ketaatan jin, ini bukanlah suatu penyihiran akan tetapi dengan kemauan jin itu sendiri. Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa 11/306 menjelaskan tentang hukum mempekerjakan jin sebagai berikut :
Beberapa hal mengenai hubungan jin dan manusia
Siapa yang dapat memerintahkan jin untuk menjalankan kebaikan dan kewajiban yang diperintahkan Allah berupa ibadah, maka ia termasuk wali-wali Allah. namu barangsiapa yang melakukannya dalam hal kemaksiatan kepada Allah berupa kekufuran dan kemusyrikan berarti dia telah meminta bantuan kepada jin dalam urusan kekafiran dan kemusyrikan maka ia telah keluar dari millah.
MENDATANGKAN ARWAH
Pengakuan seorang akan kemampuan mendatangkan arwah bukanlah masalah yang baru bahkan pengakuan seperti itu sudah terjadi sejak tempo duloe. Ustadz Muhammad Hussain di dalam bukunya Ar-Ruhiyah Al-Haditsah (Spritualisme Modern) talah banyak mengungkapkan tentang tipu daya dan pemalsuan hakikat oleh mereka yang mengaku dapat mendatang arwah. Beliau juga mengungkapkan cara yang kedua, dengan mempergunakan jin dan cara kedua inilah yang banyak mereka gunakan.
Pengkajian Masa Kini
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni dalam buku Al-Imam bil Malaikah didapatkan suatu kesimpulan bahwa masalah ini adalah suatu pembohongan dan merupakan pengakuan yang menjerumuskan kepada kekufuran. Karena tidak ada seorang pun yang dapat mendatangkan roh, syaitanlah yang menyesatkan mereka.
Mendatangkan arwah adalah suatu hal yang mustahil karena hal itu termasuk hal yang ghaib. Allah berfirman, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (All-Isra`: 85).
Dan Allah juga menjelaskan bahwa Dialah yang memegang ruh manusia ketika mati dan menahannya ketika mati (Az-Zumar: 42).
JIN DAN ILMU GHAIB
Sesungguhnya bangsa jin tidak mengetahui hal yang ghaib. Terbukti ketika Nabi Sulaiman telah Wafat, Allah membiarkan jasadnya berdiri tegak, sementara itu jin-jin yang telah ditundukkan untuk Sulaiman terus bekerja tanpa menyadari kematian tuannya. Allah berfirman, "Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan." (Saba`:14).
Tukang Ramal Dan Dukun
Dengand keterangan diatas jelas bahwa pengakuan tukang ramal dan dukun akan pengetahuan mereka tentang hal-hal yang ghaib adalah pengakuan yang menyesatkan yang bertentangan dengan akidah Islam. Bahkan Ibnu Qayyim dalam bukunya Al-Ighatsah mengatakan bahwa dukun-dukun itu adalah utusan syaitan. Bagi yang mempercayainya adalah kafir. Karenya Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari." (HR. Muslim dan Ahmad). Jika demikian bagaimanakah hukum dukun dan tukang ramal itu sendiri?
Ahli Nujum
Membuat ramalan yang isinya tentang hukum dan pengaruh adalah haram hukumnya. Adapun pernyataan bahwa ahli nujum terkadang benar maka pada hakikatnya itu menipu manusia. Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah tentang dukun-dukun maka beliau bersabda, "Mereka tidak ada apa-apanya" sahabat bertanya lagi, "Ya Rasulullah mereka membicarakan sesuatu kemudian terjadi." Kemudian beliau menjawaab, "Kata-kata itu ada benarnya, jin mendengarkannya secara sembunyi lalu membisikkannya di telinga walinya, lantas mereka mencampurkannya dengan seratus lebih kebohongan." (HR. Bukhari dan Muslim).
JIN DAN PIRING TERBANG
Untuk menyesatkan manusia, syaitan berusaha menggunakan cara yang berbeda-beda dalam setiap masa. Masa sekarang ini diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu mereka meyesatkan manusia dengan cara yang dapat menarik perhatian manusia dan sekaligus mempengaruhi jiwanya. Manusia sekarang banyak yang memfokuskan perhatiannya tentang kemungkinan adanya kehidupan makhluk-makhluk selain mereka di sana.
-تم بحمد الله-
By : Andi AHmad

Selasa, 04 Agustus 2009

Abu Bakar Ash Shidiq r.a


Dia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fahr Al Kannani Al‘Adnani.

Beliau biasa dipanggil dengan nama Abu Bakar. Sedangkan bapaknya biasa dipanggil dengan nama Abu Quhafah dan ibunya biasa dipanggil dengan nama Salma binti Shakhr bin Amir. Beliau digelari dengan “Ashshiddiq dan “Al ‘Atiiq.” Gelar “Al’Atiiq” ini dilekatkan kepadanya karena ketampanan wajahnya dan tidak akan tersentuh api neraka. Sedangkan gelar “Ash-Shiddiq” disandangnya dikarenakan banyak melakukan kebenaran dan merupakan orang yang pertama kali yang meyakini kebenaran Rasulullah dan ajaran Allah yang dibawa oleh beliau.
Pada masa jahiliyah beliau membenci minuman khomr, beliau tergolong orang kaya yang dengan kekayaannya banyak membantu orang – orang miskin, dekat dengan kaum quraisy dicintai dikalangan mereka.

Perjalanan Hidupnya
Jika pengungkapan sejarah perjalanan hidup ini dimaksudkan untuk menceritakan sesuatu yang dianggap berlawanan dengan sesuatu yang tercela, dimana pelakunya tidak berhak menyombongkannya, maka sejarah perjalanan hidup yang dialami oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ini cukup panjang dan beragam, karena itulah maka kami hanya akan mengungkapkan sebagian kecil dari sejarah perjalanan hidupnya. Adapun sebagian perjalanan hidup yang dialami oleh beliau adalah sebagai berikut:
1. Mengislamkan seluruh anggota keluarganya, dimana tidak ada seorang sahabatpun dari sahabat-sahabat Rasulullah yang mampu melakukannya. Abu Bakar masuk Islam terlebih dahulu, lalu mengislamkan bapaknya dan ibunya, lalu mengislamkan semua anak-anak lakinya, yaitu, Abdullah, Abdurrahman, Muhammad dan anak-anak perempuannya, yaitu, Asma’dzatu An-Nithaqaini (pemilik dua kepang), Aisyah Ummul mukminin dan Ummi Habibah, lalu beliau mengislamkan seluruh isteri-isterinya, yaitu: Ummi Ruman ibu kandungnya Abdurrahman dan Aisyah, Asma’ binti Umais ibu kandung Muhammad, dan Habibah binti Khadijah ibu kandungnya Ummi Kultsum. Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah kepada mereka.
2. Al Bukhari telah meriwayatkan bahwa Nabi telah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku percayai dalam segi kesahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, dan seandainya aku diperintahkan untuk mengambil kekasih selain Tuhanku niscaya aku akan memilih Abu Bakar, bahkan persaudaraan dan kasih sayangnya dalam Islam, sehingga tidak ada pintu kasih sayang yang tersisa dalam masjid selain pintu Abu Bakar .”
3. Abu Bakar turut serta dalam seluruh peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah, sehingga tidak ada satu peperangan pun yang dilakukan oleh Rasulullah yang tidak diikutinya. Beliau turut serta dalam perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar, Futhu Makkah (pembebasan kota Makkah Hunain, Tabuk dan peperangan lainnya baik yang besar maupun yang kecil, dimana tidak ada seorang sahabat pun yang mengikuti seluruh peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah selengkap yang diikuti oleh Abu Bakar. Dalam peristiwa perang Uhud beliau tetap bertahan bersama Rasulullah di medan perang, dan pada waktu perang Tabuk Rasulullah menyerahkan bendera yang besar. Selain itu beliau menemani Rasulullah dalam melakukan hijrah dan memasuki gua Tsur. Sebagaimana hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya, “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Qs. At-Taubah: 40)

Keutamaannya
Jika yang dimaksud dengan keutamaan disini adalah kebalikan dari kehinaan, maka keutamaan yang dimiliki oleh Abu Bakar ini sangat banyak, tetapi kami hanya akan mengemukakan sebagiannya saja. Adapun keutamaan yang dimiliki oleh Abu Bakar itu antara lain adalah:
1. Beliau belum pernah minum-minuman yang memabukkan baik pada masa Jahiliyah maupun pada masa Islam.
2. Beliau khalifah yang pertama kali mengumpulkan tulisan Al Qur’an.
3. Beliau termasuk sahabat Rasulullah yang pertama beriman, mengerjakan shalat dan menjadi khalifah.
4. Beliau termasuk orang yang paling utama dari kalangan umat ini setelah Nabi Muhammad.
5. Beliau telah mengislamkan sebanyak 15 (lima belas) orang sahabat yang dijanjikan masuk surga, yaitu: Utsman bin Afan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqash dan Abdurrahman bin Auf.

Kesempurnaan jiwa dan akhlaknya
Di bawah ini akan kami kemukakan sebagian kesempurnaan yang dimiliki oleh Abu Bakar yang berkaitan dengan jiwa maupun perilakunya.

Tawadhu’ (Rendah hati)
Dalam mengungkap sifat tawadhu’ Abu Bakar cukup kiranya kami mengemukakan keterangan berikut yang kami anggap dapat mewakili dalam menjelaskan ketawadhuan beliau. Para ulama telah menceritakan bahwa Abu Bakar selalu memerah susu kambing penduduk desanya, sehingga ketika beliau dibaiat menjadi khalifah, maka salah seorang hamba sahaya berkata, “Sekarang, tidak akan ada lagi orang yang memerahkan kita susu kambing di daerah ini,” yang dimaksud adalah Abu Bakar. Beliau mendengar perkataan yang diucapkan oleh hamba sahaya itu, kemudian berkata kepadanya, “Tentu, aku akan tetap memerah susu kambing untuk kalian, dan aku berharap perilaku yang biasa aku lakukan sebelumnya tidak berubah karena menjadi khalifah.” Sehingga ketika beliau sudah menjadi khalifah beliau tetap memperhatikan dan menolong mereka seperti yang beliau lakukan sebelumnya.

Ketakwaannya
Tidak perlu diragukan lagi bahwa Abu Bakar ini merupakan salah seorang dari kalangan umat ini yang paling bertakwa, paling baik dan paling shaleh setelah Nabi Muhammad Sebagaimana firman Allah, “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling bertakwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah) untuk membersihkannya.” (Qs. Al-Lail: 17-18). Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq beliaulah yang dimaksud dengan pengertian ayat tersebut. Namun demikian lafazhnya dapat diberlakukan kepada orang yang memiliki sifat sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut. Di antara bukti lain yang menunjukkan keagungan ketakwaan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagaimana yang diriwayatkan darinya, dimana beliau berkata, “Inilah riwayat-riwayat yang bersumber dariku:
Beliau telah meriwayatkan, seraya berkata, “Ingin rasanya aku menjadi sehelai rambut yang menempel pada badan seorang hamba yang beriman.” Beliaupun pernah mengatakan, “Ingin rasanya aku menjadi sebuah pohon yang dipetik buahnya lalu dimakan.”
Selain itu bukti terbesar yang menunjukkan ketakwaan Abu Bakar sebagaimana yang terungkap dalam kitab “Shahihaini” bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki seorang budak, dimana pada suatu hari budaknya itu datang kepada beliau sambil membawa makanan. Karena beliau merasa lapar, maka beliau memakannya sebelum menanyakan dari mana makanan itu. Setelah selesai, maka beliau bertanya kepada budaknya, seraya berkata, “Dari mana kamu mendapatkan makanan ini?” lalu dia menjawab, “Pada masa jahiliyah aku bertemu dengan suatu kaum, lalu aku memakaikan azimat (mantera) kepada mereka, dan mereka menjanjikan sesuatu kepadaku. Ketika aku bertemu dengan mereka, maka aku menagihnya dan mereka memberiku sesuatu.” Kemudian Abu Bakar berkata, “Ach, hampir saja dirimu mencelakakanku.” Selanjutnya beliau memasukkan tangannya ke dalam mulutnya supaya beliau dapat memuntahkannya, tetapi karena makanan itu tidak keluar semuanya, maka beliau minum air dan memuntahkannya sehingga semua makanan dapat dikeluarkan semuanya. Demikianlah ketakwaan yang ditunjukkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Pembahasan seputar ketakwaan Abu Bakar ini akan kami tutup dengan kesaksian Ali bin Abu Thalib dimana Abu Sarihah yakni Hudzaifah bin Usaid berkata, “Aku mendengar Ali berkata, “Ingatlah, sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang bersih hatinya.”

Kredibilitas Keilmuannya
Tidak ada seorang ulama pun yang meragukan kredibilitas keilmuan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehingga dia digolongkan sebagai sahabat Rasulullah yang paling alim. Bagaimana tidak, sementara dia tidak pernah berpisah dari Rasulullah semenjak beliau diangkat oleh Allah sebagai rasul sampai Allah memanggil beliau ke haribaan-Nya (wafat). Di bawah ini akan kami kemukakan beberapa contoh yang menggambarkan sisi keilmuan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
1. Para perawi telah meriwayatkan bahwa Abu Bakar-Ash-Shiddiq adalah orang yang pertama hafal Al Qur’an. Sebagai buktinya bahwa Rasulullah telah menunjuknya sebagai pengganti beliau dalam mengimami shalat, dan hal itu terjadi bukan hanya sekali. Dimana Rasulullah bersabda, “Orang yang harus mengimami (shalat) suatu kaum hendaknya orang yang paling fasih dalam membaca kitab Allah (Al Qur’an).”
2. Menjelang akhir hayatnya Rasulullah berpidato, seraya bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Mendengar hal itu Abu Bakar Ash-Shiddiq menangis, sehingga kami merasa heran. Ketika ditanya, maka dia menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah telah mengabarkan tentang seorang hamba yang disuruh memilih, dimana hamba yang disuruh memilih itu tiada lain adalah Rasulullah. Bertitik tolak dari keterangan tersebut, maka jelaslah bahwa Abu Bakar merupakan orang yang paling pintar di antara kita.
3. Seseorang yang diminta fatwanya di hadapan Rasulullah menunjukkan bahwa orang tersebut dikatagorikan sebagai orang yang paling pintar dari kalangan umat ini setelah Rasulullah, dan Abu Bakar termasuk orang tersebut. Ibnu Umar ditanya tentang siapa saja orang yang diminta fatwanya di hadapan Rasulullah, maka dia menjawab, "Abu Bakar dan Umar, karena tidak ada orang yang lebih pintar selain keduanya.” Bukhari telah meriwayatkan sebuah hadits kepada kita yang di dalamnya menjelaskan fatwa Abu Bakar yang disampaikan di hadapan Rasulullah, dan beliau menetapkan dan membenarkannya. Bukhari berkata, “Telah diriwayatkan dari Abu Qatadah, dia berkata, “Pada waktu perang Hunain kami pergi bersama Rasulullah dan ketika kami sampai maka kami menyaksikan pasukan besar kaum muslimin, lalu aku melihat seseorang dari kalangan musyrikin yang mengalahkan seseorang dari kalangan kaum muslimin. Kemudian aku menghampirinya seraya aku berjalan berputar mengelilinginya sehingga aku berada tepat di belakangnya, lalu aku mengayunkan pedang ke arah urat lehernya. Kemudian dia merubah posisinya sehingga menghadap ke arahku, lalu dia menyerangku, tetapi aku mencium bau kematian dan akhirnya diapun mati tersungkur. Setelah itu aku pergi dan bertemu dengan Umar bin Khatab, seraya berkata, “Bagaimana keadaan orang-orang?” lalu dia menjawab, “Urusan Allah.” Kemudian orang-orang kembali berkumpul, sementara Nabi duduk, seraya bersabda, “Barang siapa yang berhasil membunuh dan dapat membuktikannya, maka baginya berhak mendapatkan harta rampasan.” Kemudian aku berdiri, seraya berkata, “Siapa yang akan bersaksi untukku?” lalu aku duduk kembali. Kemudian Nabi mengulangi sabdanya, “Barang siapa yang berhasil membunuh dan dapat membuktikannya, maka baginya berhak mendapatkan harta rampasan.” Kemudian aku berdiri, seraya berkata, “Siapa yang akan bersaksi untukku?” lalu aku duduk kembali. Kemudian Nabi mengulangi sabdanya yang sama untuk yang ketiga kalinya. Kemudian seseorang berkata, “Benar, Ya Rasulullah, dan harta rampasannya ada padaku.” Setelah itu dia menyerahkan harta rampasan itu kepadaku. Maka Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Demi Allah, tidak bisa begitu, karena tidak bisa seorang singa Allah mengukuhkan pengakuan seorang singa Allah lainnya, tetapi siapa saja yang berperang karena Allah dan Rasul-Nya, maka engkau berhak memberinya harta rampasan. Kemudian Rasulullah bersabda, “Kamu benar” Setelah itu beliau memberikan harta rampasan itu kepada Abu Qatadah.
Abu Qatadah berkata, “Kemudian Rasulullah menyerahkan sebuah perisai yang kemudian aku jual dan hasil penjualannya aku belikan sebuah kebun kurma yang terletak di perkampungan Bani Salmah sebagai harta yang pertama kali aku peroleh dari hasil peperangan dalam Islam.
4. Bukhari telah meriwayatkan dari Muhammad bin jabir bin Muth’im dari bapaknya, dia berkata, “Seorang wanita telah datang kepada Rasulullah, lalu beliau menyuruhnya untuk datang lagi kepada beliau pada kesempatan yang lain. Maka dia berkata, “Bagaimana menurut pendapatmu seandainya aku datang, dan aku tidak menemukanmu?” Ayah Jabir berkata, “Seakan-akan wanita itu akan mati.” Kemudian Rasulullah berkata, “Jika kamu tidak menemukan aku, maka datanglah kamu kepada Abu Bakar.” Hadits ini kalaupun menunjukkan sisi kekhilafahan, kemuliaan dan kejujuran Abu Bakar, tetapi tidak dipungkiri bahwa hadist tersebut juga menunjukkan sisi Keilmuan Abu Bakar. Rasulullah telah menyerahkan urusan yang berhubungan dengan dirinya kepada Abu Bakar dan menjadikannya sebagai wakil beliau dalam menjawab segala pertanyaan yang akan diajukan oleh wanita tadi, karena dia dianggap sangat dekat dari segi keilmuannya dengan beliau.
Pembahasan seputar keilmuan Abu Bakar Ash-Shiddiq ini akan kami tutup dengan kesaksian yang diberikan oleh Umar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam pembahasan kisah kekhilafahan Abu Bakar. Pada waktu itu aku (Umar) mengetahui sebagian tanda kemarahan yang ditunjukkan olehnya (Abu bakar), tetapi beliau lebih sabar dariku dalam menyikapinya.
Kemudian Abu Bakar berkata, “Bersabarlah, dan jangan tergesa-gesa, karena aku merasa benci untuk memarahinya.” Demi Allah, beliau tidak pernah meninggalkan ucapan yang mengagumkanku dalam meluruskanku kecuali beliau mengatakannya secara spontanitas dan panjang lebar sehingga aku terdiam. Kemudian beliau berkata, “jika kamu diingatkan suatu kebaikan, maka kamulah pemiliknya (harus menerimanya).”
Pada waktu itu tidak pada seorang Arab pun yang mengetahui urusan ini kecuali kalangan Quraisy yang menjadi kelas menengah masyarakat Arab dari segi keturunannya, dan aku menyetujui bagi kalian salah satu di antara dua orang ini yang mana saja kamu inginkan.” Yakni Umar dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Kesabarannya
Sabar termasuk perilaku dan akhlak yang sangat dicintai oleh Allah, dan sabar merupakan salah satu sifat yang menunjukkan kesempurnaan seseorang. Allah telah menyifati dan menyanjung Nabi-Nya Ibrahim karena kesabarannya. Sebagaimana hal ini terungkap dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (Qs. At-Taubah: 114) Demikian juga Allah telah menyifati Ismail dengan sifat tersebut, sebagaimana tertera dalam firman-Nya, “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (Qs. Ash-Shaffaat: 101). Abu Bakar termasuk orang yang memiliki watak penyabar, disamping dia juga sebagai orang yang kaya dengan ilmu pengetahuan. Kesabaran Abu Bakar nampak sekali pada hadits berikut: Bukari telah meriwayatkan hadits ini dalam bab “Beberapa keutamaan Abu Bakar dari Abu Darda, dia berkata, “Pada suatu hari aku duduk bersama Rasulullah, lalu Abu Bakar datang sambil mengangkat ujung baju (gamis)-nya sehingga terlihat kedua lututnya. Kemudian Rasulullah bersabda, “Temanmu itu sungguh sangat mulia (dermawan).” Setibanya di hadapan Rasulullah, seraya dia mengucapkan salam, lalu berkata, “Sesungguhnya antara aku dan Ibnu Khathab (Umar) telah terjadi sesuatu, dan aku cepat-cepat meminta maaf kepadanya dan menyesalinya, tetapi dia menolaknva dan tidak mau memaafkanku. Karena itulah maka aku datang menghadapmu, lalu Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, sungguh Allah telah memaafkanmu” dan beliau mengucapkan sebanyak tiga kali. Setelah itu Umar merasa menyesal, kemudian dia datang ke rumah Abu Bakar, seraya berkata, “Apakah ada Abu Bakar?” mereka (keluarga Abu Bakar) menjawab, “Tidak ada.” Kemudian dia datang ke rumah Rasulullah, dan ketika itu muka beliau berubah karena marah sehingga Abu Bakar tertunduk, seraya keduanya menatap kedua lutut Umar. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, Demi Allah aku telah berbuat zhalim (aniaya)” lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepadamu, tetapi kalian mengatakan bahwa aku telah berdusta.” Selanjutnya beliau bersabda, “Abu Bakarlah yang waktu itu membenarkanku dan menolongku dengah jiwa dan hartanya, maka apakah kalian akan meninggalkan seorang yang telah menemaniku ?” Beliau mengucapkannya sebanyak dua kali.
Dari hadits tersebut di atas nampak sekali kesabaran Abu Bakar, dimana ada tiga point yang perlu digaris bawahi, yaitu:
1. Penyesalannya atas perbuatan yang dilakukannya.
2. Permintaan maafnya kepada Umar atas perbuatan yang telah dilakukannya.
3. Sumpahnya yang mengakui kezhaliman yang telah diperbuatnya.
Penyesalan adalah pengakuan atas kezhaliman (kesalahan) dengan cara meredam kemarahan dan meminta maaf dari orang yang dizhaliminya. Inilah sikap sabar yang diperlihatkan oleh Abu Bakar.

Keberaniannya
Keberanian ada dua, yaitu keberanian (keteguhan) hati dan akal pikiran. Yang dimaksud dengan keberanian akal pikiran adalah keberanian untuk menyatakan dan menjelaskan kebenaran dan menghadapi para penentangnya dengan menjelaskan kekeliruan dan kesalahan pendapat dan pikiran yang dikemukakan oleh mereka serta menyadarkan kembali akal pikiran mereka. Di bawah ini akan kami kemukakan dua hadits yang menjelaskan puncak keberanian akal pikiran yang diperlihatkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Adapun kedua hadits tersebut adalah sebagai berikut.
Ibnu ‘Asakir telah meriwayatkan dari Ali bahwa ketika Abu Bakar masuk Islam, maka beliau menyatakan keislamannya dan berdoa kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian juga telah diriwayatkan dari Aisyah, seraya dia berkata,” Ketika para sahabat Nabi dikumpulkan, dimana jumlah mereka mencapai 88 (delapan puluh delapan) orang, maka Abu Bakar mendesak Rasulullah untuk menampakkan dakwahnya secara terang-terangan. Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, kelompok kita ini masih kecil.” Akan tetapi Abu Bakar terus-menerus mendesaknya sehingga akhirnya Rasulullah menampakkan dakwahnya secara terang-terangan dan menyebarkan kaum muslimin untuk membangun masjid dimana setiap sepuluh orang dipimpin oleh satu orang. kemudian Abu Bakar berdiri dihadapan orang – orang seraya menyampaikan pidatonya, sehingga dialah orang yang pertama berpidato yang menyeru manusia kepada jalam Alloh dan Rosulnya.

Wafatnya
Abu Bakar wafat sekitar waktu magrib dan Isya, dan istri beliu yang bernama Asma binti Umais memandikannya.kemudian Umar mensholatinya dimana jenazah beliau diletakan antara kuburan dan mimbar Rosululloh.kemudian kedalam kuburannya turun putra beliau abdurrohman, Utsman dan Tholhah bin Ubaidilah.Beliau dimakamkan disamping makam Rosululloh, sesuai wasiatnya.Abu bakar wafat pada malam selasa bulan jumadil akhir th 13 H. pada usia 63 tahun. Semuga Alloh meridoinya dan beliupun ridho kepadaNya.
Referensi::
Abu bakar Al jazairi , Ilmu dan Ulama , pustaka azzam, cet 1/ 2001 hal 163
Al khulafa Ar Rosyidun, Adul wahab An Najar, dar Al fikr, hal 34
Syamsudin Muhammad Bin Ahmad Bin Utsman Ad Dzahabi, Siyarul A' Lam. Annubala, Dar Al Fikr, juz 2, cet 1/ 1997.
Dr. Muhammad Said Ramdhan Al Buty, Fiqhus Siroh, .Robbani Pres, Jakarta /1999
Sofiyur Rohman Al mubarok fury, Ar Rokhikul maktum, Dar Al fikr, cet 1/2003