Rabu, 30 September 2009

Taubat is way to get Allah's love


Sesungguhnya selain Nabi, tidak ada orang yang suci. Tidak ada yang luput dari kesalahan dan dosa. Sebaik apapun ia. Sebening apapun hatinya, selalu ada debu yang mengotorinya, meski nyaris tak kelihatan. Sebaik apapun ia, meski ada khilaf yang membuatnya perlu memohon

kemurahan Allah untuk mengampuni dosa-dosanya. Dan sebagus apapun akhlaknya-selagi ia bukan Nabi-pasti pernah melakukan keburukan dan dosa, meski ia tidak menghendaki.
Jadi, tidak ada orang yang terbebas dari dosa kecuali Nabi. Allah memberi penjagaan langsung kepada Nabi sehinnga terlindungi dari kesalahan. Di luar itu meski ia adalah sahabat Nabi yang paling baik, tak ada yang memiliki sifat ma'shum. Lebih-lebih kita yang hidup sekarang ini, ketika ilmu tak ada pada kita kecuali sangat sedikit. Tak layak kita merasa suci hanya karena melihat ada orang yang pernah berbuat dosa, atau bahkan terang-terang masih melakukan maksiat.
Allah berfirman : "Janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang paling bertakwa."(An Najm : 32)
Nabi sebagai orang yang ma'shum dan paling bertakwa serta seluruh dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah namun, meskipun demikian beliau senantiasa beristighfar meminta ampunan kepada Allah tidak kurang dari tujuh puluh hingga seratus kali dalam setiap harinya.
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda,"Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” ( HR. Al-Bukhari, Kitab Ad-Da'awat, Bab Istighfar An-Nabiy fil Al-Yaum wal Al-Lailah 11/85)
Kalau beliau yang ma'shum saja senantiasa beristighfar dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali, lalu bagaimana hal dengan kita yang tak lekang dari salah dan dosa ini? Sungguh, sebenarnya kita lebih layak dari itu, karena kita tidak sengaja dan lengah dari sesuatu yang namanya kekhilafan dan dosa.

Hakekat Taubat
Sesungguhnya hakekat taubat adalah kembali kepada Allah dengan melaksanakan keta'atan dan menjahui segala maksiat, kemudian menyilisihi jalannya المغضوب عليهم yaitu orang-orang yang dibenci, dimurkai oleh Allah dan berpaling dari jalannya ولا الضالين yaitu jalannya orang-orang yang sesat.
Akan tetapi taubat menurut anggapan kebanyakan manusia hari ini, adalah dilakukan hanyalah ketika seseorang terjerumus kedalam perbuatan maksiat. Padahal taubat terhadap amal kebaikan yang wajib lalu kita tinggalkan adalah lebih utama daripada taubat terhadap maksiat yang dilarang.

Fadhilah Taubat
1. Sebab untuk meraik kecintaan Allah.
Karena di didalam taubat terkandung taqarrub kepada-Nya dengan melakukan keta'atan dan menjauhi kemaksiatan. Inilah diantara jalan untuk meraih kecintaan Allah sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits Qudsi.
“Tidaklah seorang hamba bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai melebihi sesuatu yang Aku wajibkan. Dan tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan An-Nawafil sehingga Aku mencintainya." (HR. Bukhari (6502)
2. Sebab kesuksesan dunia dan akhirat.
Allah berfirman: "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An Nuur : 31)
Jalan yang menyelamatkan dari kezhaliman. Hal ini sebagaiman firman Allah :
"Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Al Hujurat : 11)
3. Sebab terhapusnya dosa dan masuknya seorang hamba ke surga.
Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia."(At Tahrim : 8)
Rasulullah bersabda:
"Seorang yang bertaubat dari dosa, maka ia seperti halnya orang yang tidak berdosa." (HR. Ibnu Majah (4250) dan dihasankan oleh Al-Bani)
4. Sebab digantikannya keburukan menjadi kebaikan. Hal ini sebagaimana firman Allah : "Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al Furqan : 70)
5. Sebab terselamatkannya hati dari hal yang menodai kesucian dan kebeningannya. Karena setiap maksiat yang dilakukan akan menimbulkan satu nokhtah hitam di dalam hati pelakunya. Rasulullah bersabda:
Dan nokhtah itu akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya maksiat yang dilakukan, sebab diantara karakter maksiat adalah melahirkan maksiat lain setelahnya yang bobotnya lebih besar.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan hal ini didalam kitabnya Al-Jawabul Kafi, beliau berkata:
"Sesungguhnya diantara balasan perbuatan baik itu adalah adanya perbuatan baik setelahnya. Dan diantara balasan perbuatan buruk itu adalah lahirnya perbuatan buruk setelahnya."
6. Sebab untuk mendapatkan do`a para malaikat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah yang mengkisahkan tentang para malaikat:
"Maka berilah ampunankepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala." (al Mukmin : 7)

Hukum Taubat
Taubat ada dua macam yaitu, Taubat Wajibah dan Taubat Mustahabbah.
Taubat Wajibah adalah taubat dari perkara wajib yang ditinggalkan atau dari perkara-perkara Mahzhur yang dikerjakan. Dan taubat ini adalah wajib bagi setiap hamba. Sebagaimana firman Allah :
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (an Nuur : 31)
Sedangkan Taubat Mustahabbah taubat yang dilakukan karena meniggalkan perkara-perkara yang mustahab atau karena melakukan perkara-perkara yang makruh. Barangsiapa yang melakukan kedua macam taubat ini, maka dia termasuk golongan As-Sabiquna bi Al-Khairat.

Syarat-Syarat Taubat
Jika syarat-syarat taubat telah terpenuhi maka taubat seorang hamba akan diterima sehingga ia akan meraih segala keutaman yang telah disebutkan sebelumnya. Diantara syarat-syarat taubat adalah:
1. Niat yang ikhlas, yaitu semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah dan mengharapkan apa yang dijanjikan disis-Nya dengan berbagai kemuliaan dan kenikmatan. Allah berfirman : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Al Kahfi : 110)
2. Hendaknya taubat sesuai dengan petunjuk Nabi. sebab taubat adalah bagian daripada ibadah murni. Dan setiap ibadah yang dilakukan dan tidak bersumber dari Allah dan Rasul-Nya maka hal itu bukanlah bagian dari Din.
3. Berlepas diri dari secara sempurna dari yang ia bertaubat darinya. Adapun orang yang mengaku bertaubat namun masih melakukan maksiat yang ia bertaubat darinya, maka pengakuannya hanyalah dusta belaka. Bahkan hal ini bisa termasuk istihza` kepada Allah.
Yang menjadi patokan bukanlah pengakuan lisan akan tetapi amal dan tingkah laku.
4. Adanya penyesalan yang dalam terhadap perbuatan maksiat yang dilakukan.
Apabila tidak ada penyesalan sedikitpun atas maksiat yang dilakukan, hal ini berarti menandakan keridhaan rasa suka untuk terus melakukan maksiat tersebut. Rasulullah bersabda : "Penyesalan adalah taubat." (HR. Ibnu Majah (4252) dan dishahihkan oleh Al-bani)
5. Memiliki azam untuk tidak kembali melakukan maksiat selama-lamanya. Hal ini bukan berarti jika terjerumus kedalam kemaksiatan taubatnya batal dan tidak diterima. Sebab azam disini maksudnya adalah adanya keinginan yang kuat untuk tidak kembali melakukan maksiat. Akan tetapi ketika syetan dapat menjerumuskan ia kedalam maksiat maka, ia butuh untuk bertaubat kembali dengan taubat yang shadiq dan hal ini tidak ada hubungannya denngan taubat yang pertama.
6. Mengembalikan segala hak-hak kepada pemiliknya. Hal ini jika maksiat yang dilakukan berkaitan hak sesama manusia.
7. Hendaknya taubat dilakukan pada waktu yang telah disyari'atkan yaitu, sebelum datangnya dua perkara.
Pertama, ketika ruh seseorang telah sampai di tenggorokan
Kedua, ketika matahari terbit dari arah barat.
Metode Syetan Untuk Menjauhkan Manusian Dari Taubat
1. At-Tazyiin, yaitu memperindah maksiat dalam pandangan manusia, menjadikan mereka condong dan cinta akan maksiat. Kemudian menjauhkan mereka dari Allah dan menjadikan ketaatan ketaatan kepada-Nya terasa berat.
2. At-Talbiis, yaitu merusak Tashawwur (cara pandang) sehingga yang haram dianggapnya halal dan yang batil dianggap hak. Dengan demikian tidak ada sedikitpun perasaan bersalah dalam hatinya ketika melakukan hal yang tidak diridhai Allah.
3. At-Taswiif, yaitu syetan memasukkan bisikan agar manusia menunda-nunda taubat hingga ajal seseorang itu tiba padahal ia dalam keadaan berlumuran dengan maksiat dan belum sempat bertaubat.
Dan senjata ini digunakan oleh syetan ketika senjata pertama dan kedua tidak mempan. Maka jalan keluar dari tipu daya ini adalah dzikrul maut.
Allah telah mencela orang yang ghurur terhadap maghfirah-Nya, Allah berfirman:
"Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: 'Kami akan diberi ampun'". (Al A’raf : 169)
4. Tahwiinul Ma'shiyah, yaitu syetan berusaha menjadikan taubat dalam pandangan manusia sebagai suatu hal yang remeh. Hal ini biasanya oleh syetan ketika manusia memiliki keinginan yang cukup kuat untuk bertaubat dengan membisikkan, "Apa yang lakukan sehingga kamu bertaubat, sesungguhnya taubat itu hanyalah bagi ahli maksiat yang melakukan dosa-dosa besar, dan bukankah Allah adalah Maha Pengampun dan Penyayang?"
Maka kita selayaknya tidak memandang demikian terhadap dosa-dosa yang kita. Ibnu Mas'ud berkatata.
"Sesungguhnya seorang mukmin ketika melihat dosa-dosanya, seolah-olah ia sedang berdiri di kaki gunung dan takut akan menimpanya. Adapun orang fajir ketika melihat dosa-dosanya, ia memandangnya tidak lebih seperti memandang seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya." (al Bukhari/6308)
5. At-Taiasu, yaitu syetan memunculkan perasaan putus asa dari rahmat Allahk dan menghilangkan rasa raja' terhadap-Nya dari hati seorang yang ingin bertaubat, bahwa dosa-dosanya sudah sangat keterlaluan dan melampau batas sehingga tidak akan mungkin diampuni.
Padahal rasa putus asa terhadap rahmat Allah merupakan dosa sendiri dan membutuhkan taubat tersendiri pula. Jalan keluarnya adalah dengan mengingat bahwa Allah adalah maha luas rahmat dan maghfirah-Nya sebagaimana firman-Nya: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadapdiri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'" (Az Zumar : 53)

Indikasai Taubat Yang Benar
Ada beberapa indikasi benar atau diterimanya taubat seorang hamba dan paling mendasar iallah:
1. Keadaan setelah bertaubat lebih baik dari dari sebelumnya, yaitu dengan bertambahnya amal shalih, bergaul dengan orang shalih, memilki azam yang kuat untuk meninggalkan maksiat segala hal yang menjeruskan dalam kehinaan.
2. Senantiasa merasa takut akan makar Allah hingga akhir hayatnya dan mendengar seruan malaikat:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (Fushilat: 30)
3. Adanya penyesalan yang amat mendalam yang disertai ketakutan terhadap akibat dosa-dosanya. Penyesalan karena melalaikan kewajiban yang menyebabkan kerugian di akhirat.
writed by : A Ahmad

0 komentar:

Posting Komentar