Jumat, 02 Oktober 2009

Agar iman kuat saat datang bulan


Telah menjadi fenomena, ketika seorang muslimah kedatangan ‘tamu’-nya, ia mengalami krisis ruhiyah. Ketika dia dilarang untuk shalat dan shaum, seakan semua pintu ibadah telah tertutup baginya. Sehingga aktivitasnya di saat haidh berkisar antara perkara-perkara yang sia-sia atau bahkan untuk yang haram. Sudah maklum, ketika nafsu tidak disibukkan

dengan kebaikan, maka nafsu akan menyibukkan untuk keburukan.
Hal ini menyebabkan ruh menjadi kering, hati menjadi keras, dan keyakinan menjadi lemah. Godaan dan gangguan setan serasa demikian mudah membobol benteng pertahanan imannya. Bahkan sering kita dengar, seorang wanita yang taat terkena kesurupan jin atau sihir di saat sedang haidh.
“Sesungguhnya amalan hati lebih agung dan lebih berat dari pada amal jawarih (anggota badan).” (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah) beliau juga berkata, “Amalan hati adalah inti, sedangkan amalan anggota badan mengikuti dan melengkapi.”
Sebab-sebab lemah iman
Tak ada yang salah dalam taqdir Allah. Tak ada yang tak adil dalam kebijakannya. Semuanya tergantung bagaimana para hamba menyikapinya. Begitupun dalam perkara haidh. Tentu banyak hikmah yang terkandung di balik itu. Kalaupun akhirnya banyak muslimah yang mengalami penurunan iman secara drastic setiap kali mengalami haidh, itu lebih karena salah dalam persepsi, atau keliru dalam meyikapi. Diantara factor-faktor itu adalah;
1. Minimnya ilmu terhadap jenis-jenis ibadah, terutama ibadah hati. Padahal ibadah hati lebih luas cakupannya, lebih kontinyu tuntutan untuk dikerjakan dan tetap diperintahkan dalam situasi apapun. Termasuk ketika haidh, nifas, maupun junub. Ibadah seringkali juga dimaknai sempit, sebatas ibadah-ibadah khusus.
2. Jauh dari dzikrullah. Berangkat dari minimnya ilmu terhadap jenis ketaatan, maka sibuk dengan perkara mubah dan lalai dari dzikrullah juga sering menjadi tradisi wanita yang sedang haidh. Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata : “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan, maka bagaimana nasib ikan bila dikeluarkan dari air?”. Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir, ibarat orang yang hidup dan yang mati.” Baca QS. Ali-Imran: 191 ( HR. Al-Bukhari, no. 5928)
3. Sibuk dengan dosa. Kemana lagi larinya nafsu ketika sepi dari dzikir dan ketaatan. Ia akan kembali kepada kecenderungannya, ‘Ammaaratun bis suu’ kepada keburukan dan dosa
Agar Kuat Iman Saat Datang Bulan
1. hendaknya wanita menerima fithrah yang telah Allah tetapkan bagi wanita. Tidak menyesalinya atau ber-suuzhan kepada Allah. Tidak mungkin Allah bermaksud menjatuhkan iman kaum wanita lalu mentaqdirkan mereka dengan haidh. Ketika ‘Aisyah menangis lantaran haidh saat berhaji, nabi bersabda, “Kelihatannya engkau mendapatkan haidh?” Aisyah Radhiallahu ‘Anha menjawab, “Benar!” Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya itu adalah ketetapan Allah bagi puteri-puteri Adam.” (HR. Al-Bukhari, no: 294)
2. Meluruskan persepsi yang menganggap bahwa masa haidh adalah masa libur wanita dari seluruh ibadah.
3. Menyibukkan diri dengan ketaatan.
4. menjauhi diri dari maksiat.
Amalan Hati Penyejuk Ruhani
1. Menghadirkan keikhlasan.
Ikhlas dalam setiap amalan yang dilakukan serta hanya mengharapkan ridha dan Pahala Allah dalam mengerjakan setiap ketaatan kepadaNya.
2. Muroqobatullah.
Senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan berbagai perkara yang diperintahkan dan diperbolehkan Allah dalam alQuran maupun Rasul dalam Sunnahnya.
3. Muhasabah.
Dengan selalu mengoreksi amalan yang telah dilakukan pada waktu yang telah dilaluinya dan berusaha memperbaiki dan memperbagus amalan kesehariannya.
4. Mujahadah.
Bersungguh-sungguh sangat dibutuhkan dalam segala hal, terlebih dalam menjalankan perintah Allah. Tanpa ada kesungguhan semua yang dicita-citakan akan sangat lamban untuk dicapai, maka sang pemimpi harus senantiasa memompa dirinya untuk selalu bersungguh-sungguh dalam menempuh impiannya.
Larangan Bagi Wanita Haidh
1. Shalat. Sebagaimana sabda beliau kepada kaum wanita, "Bukankah ketika wanita haidh itu tidak shalat dan tidak pula shaum?" (HR. Al-Bukhari, no: 1815)
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mendapatkan satu rakaat dari shalat, maka dia telah mendapatkan shalat itu." (HR. Al-Bukhari, no: 546)
Shalat yang ditinggalkan selama haidh tidak ada perintah untuk diqadha (diganti) di hari lain. Berbeda dengan shaum.
2. Shaum.
3. Thawaf. Baik yang wajib maupun yang sunnah. Rasulullah SAW bersabda, "lakukanlah apa yang dilakukan jama'ah haji, hanya saja jangan melakukan thawaf di Ka'bah sebelum kamu suci." (HR. Al-Bukhari, no: 1540)
Rasulullah SAW bersabda, "Diperintahkan kepada jama'ah haji agar saat-saat terakhir bagi mereka berada di Baitullah (melakukan thawaf wada'), hanya saja ada keringanan bagi wanita haidh." (HR. Al-Bukhari, no: 1636)
Adapun thawaf untuk haji dan umrah tetap wajib bagi wanita haidh, dan dilakukan setelah suci.
4. I’tikaf (berdiam diri di mesjid). Rasulullah SAW bersabda, dari Ummu 'Athiyyah berkata, "Kami disuruh untuk menghimbau keluar para wanita haidh di hari 'Idul Adhha dan 'Idul Fitri, juga para gadis yang dipingit; hendaknya mereka menyaksikan jama'ah kaum muslimin dan do'a mereka. Tetapi hendaknya wanita haidh menjauhi tempat shalat." (HR. Al-Bukhari, no: 338)
5. Jima’. "Lakukanlah apa saja, kecuali jima'.” (HR. Muslim, no: 455)
6. Talaq.
7. “Membaca Al-Qur’an”.
Amal Pilihan Saat Datang Bulan
1. Istighfar di waktu sahur.
2. Dzikir pagi dan sore.
3. Dzikir sehari semalam.
4. Menghidupkan sunnah dan ketaatan.
5. Thalabul ilmi.
6. Bersedekah.
7. Menjauhi perkara sia-sia dan dosa.
8. Memulai segala sesuatu dari yang kanan.
9. Taat kepada suami.
Suatu ketika Asma' binti Yazid bin Sakan menghadap Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan para wanita yang berada di belakangku, mereka sepakat dengan apa yang aku katakan dan sependapat dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta'ala mengutus anda kepada laki-laki dan juga wanita. Kamipun beriman dan mengikuti anda. Sedangkan kami para wanita terbatas gerak-geriknya, kami mengurus rumah tangga dan menjadi tempat menumpahkan syahwat bagi suami-suami kami, kamilah yang mengandung anak-anak mereka. Namun Allah memberikan keutamaan kepada kaum laki-laki dengan shalat jama'ah, mengantar jenazah dan berjihad. Jika mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga hartanya dan memelihara anak-anaknya, maka apakah kami mendapatkan pahala sebagaimana yang mereka dapatkan?"
Mendengar tuntutan Asma' tersebut, nabi menoleh kepada para sahabat seraya bersabda, "Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agamanya yang lebih bagus dari pertanyaan ini?" kemudian beliau bersabda, "Pergilah wahai Asma' dan beritahukan kepada para wanita di belakangmu bahwa perlakuan baik kalian terhadap suami dan upaya kalian mendapat ridha Allah darinya serta ketaatan kalian kepadanya pahalanya sama dengan apa yang engkau sebutkan tadi."
Legalah hati Asma' mendengar janji Nabi, iapun kembali sambil mengucapkan tahlil dan takbir." (Al-Istii'aab, Ibnu Abdil Barr, IV/223)
Rasulullah SAW bersabda : "Jika seorang wanita shalat lima waktu, shaum ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, maka kelak dikatakan kepadanya, "Silahkan masuk Jannah dari pintu manapun yang anda suka." (HR. Ahmad, no: 1573)

0 komentar:

Posting Komentar