Sabtu, 13 Juni 2009

Misteri Alam Barzakh


Secara Etimologi
Alam adalah ciptaan (al kholqu) dan kumpulan (al jam’u) atau setiap bagian dari ciptaan baik itu alam binatang maupun tumbuhan.
Barzakh adalah suatu alam yang ada diantara dunia dan akhirat dimulai

dari kematian sampai seseorang dibangkitkan atau apa yang terjadi setelah kematian dan sebelum kebangkitan.
Muhammad bin Abu Bakar ar Rozi berkata : “Barzakh adalah suatu dinding pemisah antara dua hal yaitu dunia dan akhirat sejak seseorang meninggal sampai dibangkitkan, maka barang siapa yang meninggal dia telah masuk ke alam barzakh”.

Secara Terminologi
Syeikh Abdul Majid az Zandani berkata : “Alam barzakh adalah keadaan yang dialami oleh seseorang setelah meninggal sampai hari kiamat”.
Alllah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman dalam surat al Mukminun ayat 100 :
"Agar Aku berbuat amal yang saleh terhadap yang Telah Aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan"
Muhammad bin Ka’ab berkata : “Barzakh adalah apa yang ada diantara alam dunia dan akhirat, penghuni alam barzakh tidak sama dengan penduduk dunia yang makan dan minum juga tidak sama dengan penduduk akhirat yang diberi imbalan (balasan) berdasarkan amal perbuatan mereka”.

DALIL-DALIL MENGENAI ALAM BARZAKH
Al qur’an dan hadits banyak berbicara mengenai hal ini, berikut akan kami sebutkan dalil-dalil yang menguatkannya :

Dalil Dari Al-Qur’an
Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman dalam surat Al-Mukminun ayat 99-100 :
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah Aku (ke dunia), Agar Aku berbuat amal yang saleh terhadap yang Telah Aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan".
Imam Ibnu Katsir berkata : “Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’alaa memberitahukan perihal yang diterima oleh orang-orang kafir dan yang melampaui batas terhadap ketentuan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’alaa buat, mereka juga meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa untuk dikembalikan ke dunia agar mereka dapat memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah mereka perbuat selama di dunia” . Dan Allah Subhanahu wa Ta’alaa memberikan nikmat kepada orang-orang yang taat dari hamba-Nya serta mengadzab (menyiksa) orang-orang yang bermaksiat dari hamba-Nya sampai hari pembangkitkan.
Kemudian firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa dalam surat Az-Zumar ayat 42 :
"Allah Subhanahu wa Ta’alaa memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka dia tahanlah jiwa (orang) yang Telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’alaa bagi kaum yang berfikir".

Ahlu tafsir berkata : “Allah Subhanahu wa Ta’alaamenggenggam nyawa seseorang ketika ajalnya datang dan mengutus malaikat untuk mengeluarkannya dari badan seseorang dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’alaa”.
Sebagian salaf berkata : “Allah Subhanahu wa Ta’alaa menggenggam ruh orang yang mati setelah mati dan ruh orang yang hidup ketika tertidur, mereka dapat saling berkenalan dengan kehendak dan izin Allah Subhanahu wa Ta’alaa”.
Allah Subhanahu wa Ta’alaa menggenggam kedua ruh tersebut dan ketika mereka hendak kembali, maka Allah Subhanahu wa Ta’alaa mengembalikan ruh orang yang hidup ke jasadnya dan menahan ruh orang yang telah mati. Dan hal ini menjadi tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’alaa bagi orang-orang yang beriman, adapun orang-orang kafir mereka tidak mendapatkan tanda-tanda ini karena mereka mati dalam keburukan dan kekafiran.

Dalil Dari Al-hadits
Hadits pertama
“Dari Utsman bin A’ffan berkata bahwasannya Nabi apabila beliau selesai dari menguburkan jenazah beliau berdiri di sampingnya dan bersabda : “Mintakanlah ampun bagi saudaramu dan do’akanlah dia agar tetap (istiqomah) karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya”.

Dalam hadits ini dijelaskan mengenai disyariatkannya memintakan ampunan bagi si mayit selesai dikuburkan dan mendo’akan agar si mayit tetap (istiqomah dalam menjawab) karena dia sedang ditanya, hadits ini juga sebagai dalil penetapan adanya kehidupan di alam kubur.

Hadits kedua
“Dari Abu Sa’id al Khudri berkata bahwasannya Nabi bersabda :”Apabila jenazah telah diletakan diatas pundak dan dibawa oleh orang-orang yaitu laki-laki (kepemakaman), maka jika dia termasuk orang yang sholih dia akan berkata : “Segerakanlah aku”. Namun jika dia bukanlah orang yang sholih maka dia akan berkata : “Celaka, kemana mereka akan membawaku pergi?”. Semua mahluk mendengar suara jeritannya kecuali manusia dan jikalau manusia mendengarnya maka mereka akan ketakutan”.

Hadits ketiga :
“Dari Ibnu Umar bahwasannya Nabi bersabda : “Ketahuilah ! Bahwasannya apabila salah seorang diantara kalian meninggal dunia, maka akan dibentangkan (diperlihatkan) dihadapannya tempatnya (di akhirat) setiap pagi dan petang. Maka apabila dia termasuk penduduk surga dia akan masuk kedalamnya dan jika dia termasuk penghuni neraka dia akan memasukinya. Hal ini terjadi sampai Allah Subhanahu wa Ta’alaa membangkitkannya di hari kiamat”.

Imam Qurtubi berkata : “Hal itu khusus bagi orang mukmin yang sempurna keimanannya dan orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’alaa kehendaki terbebas dari api neraka. Adapaun orang-orang yang mencampurkan amal kebaikan dan keburukan, maka akan diperlihatkan dua tempat bagi mereka”.

BEBERAPA FASE YANG DILALUI SESEORANG MENUJU ALAM BARZAKH

SAKAROTUL MAUT
Sakarot secara bahasa berarti keadaan seseorang antara berakal dan tidak berakal, sedangkan maut adalah lawan kata dari hidup, adapun sakarotul maut adalah puncak kesakitan yang dialami seseorang ketika hendak meninggal.
Syeikh Az Zandani berkata : “Sakarotul maut adalah berpindahnya seseorang dari darul amal (dunia) menuju darul jaza (akhirat)”.
Dalil mengenai hal ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa dalam surat Qof ayat 19 :
"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya".

Juga dalam hadits Rosulullah :
“Dari Qotadah dari Abdullah ibnu Buraidah dari ayahnya sesungguhnya Rosulullah bersabda :”Merupakan tanda kematian seorang mukmin adalah dengan keringat di dahinya”.

KEMATIAN DAN TANDA-TANDANYA
Sesungguhnya kematian adalah salah satu jenis dari kiamat sughro (kecil), dan barang siapa yang meninggal dunia maka kiamat telah terjadi baginya.

Tanda-Tanda Menjelang Kematian
• Orang yang berada diambang kematian akan menyaksikan kedatangan malaikat maut. Apabila dia adalah orang yang sholih, ia akan melihat malikat maut dalam bentuk yang bagus, ia akan melihat malaikat-malaikat rohmat yang berwajah putih berseri dengan membawa kain kafan dan wewangian dari surga lalu malaikat-malaikat itu duduk disisinya yang banyaknya sejauh pandangan mata. Adapun keadaan orang yang celaka adalah kebalikannya.
• Ketika seorang hamba menyaksikan kedatangan malaikat maut maka hilanglah seluruh kekuatannya dan tidak bisa berkutik sama sekali serta hanya bisa pasrah menerima kematiannya. Kemudian dia akan merasa sesak, lalu dia merasakan sakitnya sakarotul maut

Tanda-Tanda yang Menunjukan Kematian Seseorang
• Matanya terbelalak dan pandangannya hampa. Berdasarkan hadits Ummu Salamah ia berkata : “Ketika Rosulullah menyaksikan detik-detik kematian Abu Salamah, beliau bersabda :
“Sesungguhnya pandangan mata akan selalu mengikuti ruh pada saat keluar dari jasad”.
• Hidungnya mengempes.
• Rahang bawahnya melemah seiring dengan melemahnya seluruh anggota tubuh.
• Denyut jantungnya berhenti.
• Jasadnya dingin dan kaku.
• Betis kanan dan kirinya bertautan. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa :
“Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan)”. {Q.S Al Qiyamah :29}

TEMPAT KEMBALINYA RUH SETELAH SAKAROTUL MAUT
Ruh adalah bentuk tunggal dari arwah yaitu sesuatu yang dengannya seseorang dapat hidup baik laki-laki maupun perempuan.
Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai ruh yang terdapat dalam surat Al-Isro ayat 85 :
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Dikatakan bahwa ruh di sini adalah ruh-ruh anak keturunan Adam (manusia).
Imam Qotadah berkata : “Yang dimaksud dengan ruh di sini adalah Jibril”.
Ulama yang lain berkata : “Ruh di sini adalah malaikat”.
Wal hasil ruh menurut Ibnu Katsir adalah dasar atau asal jiwa dan materinya, dan jiwa seseorang terdiri darinya dan bersambung ke badan.
Al-Junaid berkata : “Ruh adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa dan tidak diperlihatkan kepada hamba-Nya, maka tidak boleh bagi seseorang untuk membahasnya secara mendetail”.
Dikatakan bahwa Ibnu Abbas tidak menafsirkan tentang ruh.
Adapun pendapat yang benar mengenai tempat kembalinya ruh setelah berpisah dari jasadnya adalah kembali ketempat yang berbeda-beda berdasarkan derajat mereka dalam kebahagian dan kesengsaraan, diantara tempat kembali mereka yaitu :
• Mereka berada di a’la iliyyin (tempat yang tinggi), mereka ini adalah ruh para nabi dan kedudukan mereka juga berbeda-beda di tempat ini.
• Mereka berada di dalam paruh burung hijau yang beterbangan di dalam surga kemana saja yang dia kehendaki, ini adalah ruh sebagian syuhada tidak semuanya. Ada sebagian dari ruh orang yang mati syahid tertahan dari masuk ke dalam surga lantaran hutang yang belum mereka tunaikan. Sebagaimana dalam musnad Ahmad 4/ 192.
• Mereka tertahan (bergantungan) di pintu-pintu surga.
• Mereka tertahan di dalam kuburnya.
• Mereka tertahan di bumi dan tidak dapat naik ke tempat yang tinggi.
• Mereka berada di sungai darah dalam neraka, berenang di dalamnya dan setiap kali mereka hendak menepi mereka dilempari dengan batu.

ALAM KUBUR
Definisi alam telah kami sebutkan di awal, adapun kubur adalah tempat mayit dikuburkan di dalamnya.
Adapun definisi secara istilah menurut syeikh Hamid ibnu Muhammad al Ibadi “Kubur adalah persinggahan terakhir bagi manusia setelah matinya”.
Syeikh Utsaimin berkata :”Kubur adalah tempat penguburan mayit baik karena meninggal, (habis) dimakan binatang darat maupun laut, dan dihempas angin”.
Banyak sekali dalil yang membicarakan hal ini diantaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa surat Fathir ayat 22 :
"Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’alaa memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar".
Juga hadits dari sahabat Ibnu Abbas :
“Dari Ibnu Abbas berkata : “Suatu hari Nabi berjalan melewati dua kuburan seraya bersabda : “Sesungguhnya mereka berdua sedang diadzab, mereka diadzab bukan karena dosa besar (asumsi mereka) kemudian beliau bersabda : “Tidak (itu dosa besar) adapun seorang diantara mereka, dia sering mengadu domba sedangkan yang lainnya dia tidak bersuci (bersembunyi) dari buang air kecil. Kemudian beliau mengambil pelepah kurma yang basah dan membaginya menjadi dua, kemudian beliau menancapkan kedua pelepah itu diatas kubur mereka, kemudian beliau bersabda : “Semoga pelepah ini dapat meringankan siksa bagi keduanya selama belum mengering”.

FITNAH KUBUR
Fitnah adalah masdar dari fatana yaftinu yang berarti ujian dengan api, cobaan (bala), adzab (siksa), dan kesesatan (dlolal).
Syeikh Utsaimin berkata : “Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah pertanyaan yang dilontarkan kepada si mayit setelah dikuburkan mengenai robbnya, agamanya, dan nabinya”.
Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa ketika si mayit dapat menjawab pertanyaan ini maka baginya kesenangan (surga), adapun orang yang tidak dapat menjawab pertanyaan ini maka baginya kecelakaan (neraka) dan mendapatkan pukulan dari malaikat yang menanyainya. Mereka dipukul diantara dua telinganya dengan menggunakan pukulan (palu) yang terbuat dari besi, mereka berteriak dengan teriakan yang sangat keras dan terdengar oleh setiap mahluk kecuali tsaqolain (manusia dan jin).

FITNAH KUBUR BAGI UMAT TERDAHULU
Menurut para imam madzhab syafiiyah pertanyaan hanya akan dilontarkan kepada orang-orang yang memiliki taklif saja. Imam at Tirmidzi berpendapat bahwa orang kafir yang mengikrarkan kekafirannya tidak akan ditanya di alam kubur dan hal ini disepakati juga oleh imam ibnu Abdi al Barr, juga beliau berpendapat bahwa hanya umat ini saja yang akan mendapat pertanyaan sebagaimana dirojihkan oleh Ibnu Hajar. Akan tetapi hal ini diingkari oleh Ibnu Qoyyim dan jamaah serta yang lainnya.
Pendapat yang benar menurut sebagian ulama mengenai hal ini adalah bahwa mereka akan ditanya, karena jika umat ini sebagai umat yang terbaik saja ditanya akan hal ini lantas bagaimana dengan umat yang dibawahnya? Dan dari hadits dapat diambil kesimpulan bahwa pertanyaan kedua malaikat menggunakan bahasa arab sebagaimana bahasa penghuni surga adalah bahasa arab. Wa Allahu a’lam.
Adapun mengenai para nabi, as siddiqun (orang-orang yang jujur), syuhada, orang yang ribath (menjaga diperbatasan), anak kecil dan yang lainnya akan kami jelaskan secara terperinci, insya Allah.
• Para nabi mereka tidak mendapat fitnah kubur dan tidak ditanya, hal ini karena dua hal :
a) Para nabi mereka lebih utama dari para syuhada, kalau saja para syuhada sebagaimana yang dikabarkan oleh Rosulullah mereka terbebas dari fitnah kubur maka bagaimana dengan orang yang lebih utama dari mereka.
b) Salah satu pertanyaan yang dilontarkan adalah siapa nabimu? Bagaimana mungkin mereka ditanya tentang diri mereka sendiri?
• As siddiqun mereka tidak ditanya, karena kedudukan mereka lebih utama atau diatas para syuhada. Sebagian ulama berpendapat bahwa mereka akan ditanya berdasarkan keumuman dalil yang ada.
• As syuhada (orang yang terbunuh di jalan Allah Subhanahu wa Ta’alaa), mereka tidak ditanya di dalam kubur karena jelasnya kejujuran iman yang mereka miliki yang mereka buktikan dengan jihad.
• Al murobitun (orang yang berjaga diperbatasan), mereka tidak mendapatkan fitnah kubur berdasarkan hadits dari Rosulullah.
• Anak-anak dan orang gila, sebagian ulama berpendapat bahwa mereka akan mendapatkan fitnah kubur berdasarkan keumuman hadits. Meskipun mereka tidak mendapat beban di dunia akan tetapi di akhirat adalah berbeda dengan di dunia. Sebagian ulama berpendapat bahwa mereka tidak mendapatkan fitnah di dalam kubur karena mereka bukanlah mukallaf (orang yang dibebani).

ADZAB KUBUR DAN NIKMATNYA
Sesungguhnya adzab kubur dan kenikmatannya adalah adzab barzakh dan nikmatnya. Madzab ahlu sunah wal jamaah mengenai hal ini adalah apabila si mayit meninggal maka dia berada diantara dua hal baik itu dalam adzab ataupun nikmat dan bahwasannya hal ini menimpa pada ruh dan badan seseorang. Hadits mengenai hal ini adalah sampai tingkat mutawatir, maka kita sebagai orang yang beriman wajib untuk meyakininya tanpa membahas dan memikirkan tentang kaifiyat (tata cara) nya karena sungguh hal itu tidak dapat dijangkau oleh akal seseorang dan hal ini adalah merupakan perkara akhirat yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Adzab kubur adalah adzab barzakhiyah dan setiap yang meninggal sedangkan dia berhak untuk mendapatkan adzab maka dia akan menerimanya sesuai dengan kadarnya. Baik dikuburkan ataupun tidak, (habis) dimakan binatang buas, terbakar sampai menjadi debu, tenggelam, disalib ataupun tidak.
Hal ini adalah keyakinan ahlu sunah dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali sebagian dari golongan-golongan zindiq dan atheis yang telah Allah beri cap (kekafiran) di dalam hati dan pikiran mereka. Mereka mengingkari adanya adzab kubur, diluaskan dan disempitkannya kubur, kubur merupakan pintu dari pintu-pintu neraka dan taman dari taman-taman surga. Hal ini karena percobaan yang mereka lakukan yaitu dengan memasukan sebuah alat kedalam kubur dan meletakannya diatas dada si mayit, kemudian mereka tidak mendapatkan satu malaikatpun yang mendatangi si mayit dan memukulnya dengan pukulan dari besi.
Perkataan imam Ibnu Qoyyim mengenai hal ini adalah :
• Para rosul yang diutus mengabarkan dengan dua hal :
a) Apa yang dapat disaksikan oleh akal dan fitroh salimah.
b) Apa yang tidak dapat diketahui oleh akal dan keberadaannya seakan -akan ghoib.
• Wajib mengimani apa yang telah dikabarkan oleh Rosulullah tanpa bersikap ghulu (berlebihan) dan taqsir (mengurangi).

DUA MALAIKAT DALAM KUBUR
Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa nama mereka adalah Munkar dan Nakir , akan tetapi hal ini diingkari oleh sebagian ulama, mereka mengatakan : “Bagaimana mugkin dinamai dengan dua nama pengingkaran padahal Allah Subhanahu wa Ta’alaa telah memuji mereka dengan sifat mulia juga hadits mengenai hal ini adalah hadits yang dloif”.
Ulama yang lain berpendapat bahwa hadits itu dapat dijadikan hujah, dan bahwasannya kedua nama ini bukanlah berarti mereka ingkar secara dzat akan tetapi dinamakan demikian karena mereka berdua tidak dikenali (diingkari) oleh si mayit. Sebagaimana perkataan Nabi Ibrohim kepada tamu yang tidak dia kenali dalam surat Ad-Dzariyat ayat 25 :
“(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal."
Diantara ulama juga ada yang berpendapat bahwa mereka berdua adalah dua malaikat yang menemani setiap orang ketika mereka di dunia, yang mencatat segala perbuatannya dan mereka akan menanyai setiap orang dengan tiga pertanyaan diatas.
Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa dua malaikat itu adalah malaikat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman dalam surat Al-Muddatsir ayat 31:
“Dan tiada kami jadikan Penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’alaa dengan bilangan Ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’alaa membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia".

Karena jumlah malaikat adalah banyak tak terhitung. Yang paling pokok dari perbedaan pendapat dikalangan ulama ini adalah kita harus meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’alaa akan mengutus dua malaikat kepada setiap orang yang dikuburkan untuk menanyai dengan tiga hal, dan Allah Subhanahu wa Ta’alaa maha kuasa terhadap segala sesuatu.

ADZAB KUBUR TERJADI PADA RUH DAN BADAN
Ahlu sunah wal jama’ah telah bersepakat bahwa adzab kubur terjadi pada ruh dan badan.
Syeikh Utsaimin berkata : “Adzab dan nikmat di dalam kubur terjadi pada ruh akan tetapi tubuh juga merasakan dampaknya”.
Syeikh Az-Zandani berkata : “Hal ini tidak hanya terjadi pada jasad yang dikuburkan dalam lahad akan tetapi terjadi pada setiap orang yang meninggal baik itu karena dimakan binatang, hancur dan lain-lain.

LAMANYA ADZAB KUBUR
Adzab kubur terbagi menjadi dua :
• Adzab daim (terus menerus), adzab ini berlaku bagi orang-orang kafir dan adzab ini tidak akan lepas dari mereka karena mereka berhak mendapatkannya. Mereka menerima adzab ini secara terus menerus meskipun dalam jangka waktu yang lama. Maka kaum Nabi Nuh yang telah ditenggelamkan mereka masih akan terus diadzab begitu pula dengan pengikut Fir’aun yang setiap pagi dan petang diperlihatkan tempatnya dineraka. Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman dalam surat Ghofir ayat 46:

Sebagian ulama menyebutkan bahwa adzab bagi orang-orang kafir akan diringankan diantara dua tiupan. Allah Subhanahu wa Ta’alaa brfirman dalam surat yasin ayat 52:
“Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya)".

Akan tetapi hal ini tidaklah mutlaq karena kuburan mereka adalah tempat peristirahatan bagi mereka sekalipun mereka diadzab di dalamnya.
• Adzab sementara, adzab ini berlaku bagi orang mukmin yang bermaksiat dan maksiat ini adalah maksiat yang ringan, mereka akan diadzab sesuai kesalahan yang dilakukannya kemudia akan diringankan, dan adzab ini dapat terputus dengan doa, sodaqoh, istighfar dan yang lainnya.
Syeikh utsaimin berkata : “Adapun orang mukmin yang bermaksiat dan diadzab oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa maka adzab mereka bisa saja selamanya dan bisa juga tidak (sesuai dosa yang telah dilakukan dan sesuai ampunan Allah Subhanahu wa Ta’alaa)”.

BEBERAPA HAL YANG MENGAKIBATKAN SESEORANG MENDAPATKAN ADZAB KUBUR
Sebab-sebab yang menjadikan seseorang dapat memperoleh adzab (siksa) kubur terbagi menjadi dua, yaitu secara global dan terperinci :
• Sebab secara global adalah bodoh (jahlu) terhadap Allah Subhanahu wa Ta’alaa dan meninggalkan perintah serta bermaksiat kepada-Nya.
• Sebab secara terperinci adalah sebagaimana hadits dari Rosulullah mengenai dua orang lelaki yang sedang diadzab di dalam kuburnya, lelaki pertama karena suka mengadu domba diantara manusia dan yang kedua karena tidak bersuci (bersembunyi) ketika buang air kecil.

BEBERAPA HAL YANG DAPAT MENYELAMATKAN SESEORANG DARI ADZAB KUBUR
Diantara sebab yang paling menonjol yang dapat menyelamatkan seseorang dari adzab kubur adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa, duduk bersimpuh dihapan-Nya dan menginstropeksi diri (muhasabah) dan ini dilakukan setiap malam.
“Dari Abu Hurairoh dari Rosulullah bersabda : “Sesungguhnya di dalam al-qur’an terdapat satu surat yang terdiri dari tiga puluh ayat yang dapat memberikan syafa’at kepada seeorang sampai Allah Subhanahu wa Ta’alaa mengampuninya yaitu surat tabaarokal ladzi biyadihil mulk”.
“Dari Jabir bahwasannya tidaklah Rosulullah tidur sampai membaca ali lam mim tanjil, dan tabarokal ladzi biyadihil mulk”.

HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN ALAM BARZAKH

ORANG MATI DAPAT MENGETAHUI ORANG HIDUP YANG MENGUNJUNGINYA
Dalam hadits yang shohih disebutkan bahwa orang yang telah mati dapat merasakan kepergian orang yang menguburkan jenazahnya.
“Dari Anas dari Nabi beliau bersabda : “Sesungguhnya apabila seorang hamba telah diletakan di dalam kuburnya dan orang-orang telah pergi meninggalkannya maka sesungguhnya dia mendengar suara sandal-sandal mereka”.
Abu Ya’la berkata : “Hal ini adalah khusus untuk sandal bakiyak (teklek) tidak yang lainnya”.

RUH ORANG MATI SALING BERTEMU DAN MENGUNJUNGI
Telah kita ketahui bersama bahwa ruh ada dua macam : ruh yang mendapat adzab (siksa) dan ruh yang mendapat nikmat.
Adapun ruh orang yang mendapat adzab mereka berada dalam kesibukan yaitu menerima siksa dan tidak dapat untuk saling bertemu dan berziarah. Sedangkan ruh orang yang mendapat nikmat maka mereka tidak ditahan, mereka bebas sehingga mereka dapat saling bertemu, berkunjung, dan saling mengingat apa yang ada di dunia dan apa yang terjadi pada manusia. Dan setiap ruh berteman dengan ruh yang serupa amalannya.
Dalam as shohih, musnad dan yang lainnya dijelaskan bahwa ketika para sahabat berkumpul, Rosulullah ditanya mengenai seseorang yang mencintai suatu kaum akan tetapi dia sama sekali belum bertemu dengan mereka, maka Rosulullah bersabda :
“Seseorang bersama orang yang dicintainya”. [H.R At tirmidzi dalam kitab zuhud no.391 dishohihkan oleh Al Albani]
Sahabat Anas bin Malik berkata : “Tidak ada kegembiraan bagi kaum muslimin melebihi kegembiraan mereka dengan hadits ini”. [tafsir al qur’anul adzim, ibnu katsir 1/ 523]

BERTEMUNYA RUH ORANG YANG MATI DENGAN RUH ORANG YANG HIDUP
Ruh orang yang masih hidup dapat bertemu dengan ruh orang yang telah mati sebagaimana dia bertemu dengan ruh orang yang masih hidup. Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman dalam surat Az Zumar ayat 42 :
"Allah Subhanahu wa Ta’alaa memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka dia tahanlah jiwa (orang) yang Telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’alaa bagi kaum yang berfikir".
Allah Subhanahu wa Ta’alaa menyebutkan dalam ayat tersebut bahwa ruh orang yang masih hidup dapat bertemu dengan orang yang telah mati dalam tidurnya dan saling berkenalan sesuai kehendak Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Maka apabila semua ruh tadi menginginkan kembali kejasadnya, Allah Subhanahu wa Ta’alaa menahan ruh orang yang telah mati dan membiarkan ruh orang yang masih hidup kembali ke jasadnya sampai batas waktu tertentu. [jami’ul bayan fi tafsir ayi al qur’an, imam at thobari]
Bertemunya dua ruh ini adalah salah satu macam dari ru’ya shohihah (mimpi yang benar).

Mengapa Orang yang Tidur Tidak Mati ketika Ruhnya Pergi ?
Imam Az Zujaj berkata : “Pada diri setiap manusia terdapat dua jiwa (ruh), jiwa yang pertama adalah nafsu tamyiz yaitu jiwa yang berpisah dari jasad ketika seseorang sedang tertidur sehingga menjadikan dia tidak berakal. Jiwa kedua adalah nafsu hayat yaitu jiwa yang apabila dia hilang maka hilanglah semuanya (mati), oleh karena itu orang yang tidur masih dapat bernafas sekalipun ruhnya pergi. [fathul qodir, imam as syaukani 4/ 466]
Demikian makalah singkat mengenai alam barzakh dan hal-hal yang berkaitan dengannya, semoga makalah yang sedikit dapat memberikan manfaat bagi diri saya pribadi dan kaum muslimin pada umumnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’alaa menyelamatkan kita dari siksa kubur yang mengerikan dan memasukan kita kedalam janah-nya. Amiin..
Writted by : Abdullah Kafi Hamdan
Referensi
1. Mukhtar sihah, Muhammad bin abu bakr ar rozi 453
2. Mu’jamul wasith 2/ 263
3. Tafsir al quranul adzim, ibnu katsir 3/ 248
4. Fathul qodir, imam as syaukani 3/ 499 dan taisir karimur rohman, imam as sa’di 508
5. Aisiru tafasir, syeikh al jazairi 4/ 493
6. Syarh sunan an nasa’I, imam as suyuthi 4/ 108
7. al mu’jamul wasith 1/ 438
8. Kitab tauhid, az zandani 2/ 179
9. Kamus munjid, luwis maluf 286
10. as safinah al makhiroh ilal barzakh wa daaril akhiroh, hamid bin muh al ibadi 14-15
11. Kamus munjid, luwis maluf 568
12. Al muntaqo min faroidil fawaid, ibnu utsaimin 138
13. Syarh aqidah wasitiyah 144
14. Sunan tirmidzi 1083
15. Majmu’ fatawa, ibnu utsaimin 8/ 479
16. Syarh aqidah tohawiyah, ibnu abi al I’z 399 dan majmu’ fatawa, ibnu utsaimin 8/ 484
17. Majmu’ fatawa, ibnu utsaimin 8/ 487

0 komentar:

Posting Komentar