Senin, 29 Juni 2009

Dosa dan peleburnya


Setelah mengucap tahmid dan syukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan ‘inayah-Nya kepada kita semua, marilah sholawat dan salam senantiasa kita panjatkan

kepada suri tauladan kita Rosulullah, keluaraga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jalan beliau.
Ikwani fi addin
Setelah Allah menciptakan Adam dan istrinya Hawa, Allah memberi ultimatum kepada mereka untuk tidak mendekati pohon larangan. Awal mula mereka sangat ta’at dengan perintah ini tapi ketika mereka mendapat godaan dari musuh nomor wahid manusia yaitu iblis, mereka lalai dan tergoda dengan bujuk rayunya. Dilanggarlah larangan tersebut sehingga hal ini menyebabkan Adamdan Hawa berdosa, dan karena dosa inilah mereka dikeluarkan dari jannah.
Ikwanni fi addin
Dari kisah diatas kita ketahui bahwa dosa adalah penyebab murka Allah, dan hal ini terjadi apabila perintah ataupun larangan Allah dilanggar oleh hamba-Nya. Oleh karena itu kami di sini akan sedikit membahas permasalah dosa, macam-macamnya, dan peleburnya. Insya Allah…..
Yang dimaksud dengan dosa (adz-dzanbu) adalah setiap dosa, kejahatan dan maksiat.[ Lisan arab, Ibnu mandhur 5/ 62]
Dosa (adz-dzanbu) ini terbagi menjadi dua yaitu:
• al-Kabair (dosa besar).
• as-Soghoir (dosa kecil).
Dosa besar adalah semua dosa yang mengharuskan adanya had di dunia atau diancam oleh Allah dengan Neraka atau laknat atau murka-Nya. Adapula yang berpendapat, dosa besar adalah setiap maksiat yang dilakukan seseorang dengan terang-terangan serta meremehkan dosanya [Kitab Tauhid, syeikh Sholih al- Fauzan]. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah dosa ini karena memang tidak ada dalil yang sorih baik itu dari Al-Qur’an maupun dari sunnah. Diantara mereka ada yang mengatakan empat, tujuh, tujuh belas, tujuh puluh, bahkan ada yang mengatakan dosa besar adalah apa saja yang terdapat di awal surat An-Nisa.
Adapun yang dimaksud dengan dosa kecil adalah setiap dosa yang tidak ada had di dunia juga tidak terkena ancaman khusus di akhirat. Tapi ketahuilah wahai saudaraku ! Meskipun jenis kedua ini dinamakan dengan dosa kecil, dosa ini juda dapat berubah menjadi dosa yang besar di sisi Allah dengan beberapa sebab :
1. Terus-menerus dilakukan (al-isroro wal muwadhobah)
Ibnu Qudamah dalam “Mukhtasor Minhajul Qosidin”menjelaskan bahwa dosa kecil dapat berubah menjadi dosa yang besar dikarenakan dosa tersebut senantiasa dilakukan. Beliau memberikan permisalan dengan tetes-tetes air yang menimpa batu yang keras, tentu akan mampu melubanginya. Andaikan tetes tersebut dihimpun menjadi satu hingga banyak lalu diguyurkan ke batu, tidak akan berpengaruh apa-apa. Beliau menambahkan lagi, dosa besar kemungkinan akan diampuni apabila pelakunya tidak mengulanginya dan bertaubat kepada Allah. Berbeda dengan dosa kecil bisa jadi dosa itu tidak dimaafkan karena dilakukan terus-menerus dan dia faham akan hal itu.
2. Menganggap remeh dosa tersebut (istisghor dzanbu)
Selagi suatu dosa dianggap besar oleh hamba, maka dosa itu menjadi di sisi Allah. Namun selagi hamba menganggapnya kecil dan remeh, maka ia menjadi besar di sisi Allah. Dan hari ini dapat kita lihat bahwa kebanyakan manusia meyepelekan dosa baik yang besar maupun yang kecil. Hal ini jauh berbeda dengan para sahabat Rosulullah, dan mungkin hal ini jugalah yang menjadikan mereka sebaik-baik generasi.
Anas bin Malik berkata:
“Sesunguhnya kalian benar-benar kalian melakukan berbagai macam perbiatan, yang dalam pandangan kalian lebih kecil dari pada sehjelai rambut. Andaikan kami pertimbangkan pada masa Rosulullah, maka perbuatan itu termasuk dosa besar”.
Ibnu Mas’ud berkata:
“Sesungguhnya seorang mukmin menganggap dosanya seakan-akan dia berada di kaki bukit. Dan dia takut gunung itu akan menimpa dirinya, dan sesungguhnya orang yang durhaka itu melihat dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu dia berkata “Cukup begini saja”. Maksudnya cukup dengan menepiskan tangannya.
3. Senang melakukan dosa kecil dan bahkan membanggakannya.
4. Menceritakan dosa kecil tersebut kepada orang lain, Rosulullah bersabda:
“Setiap umatku diberi maaf kecuali orang yang terang-terangan melakukan dosa”. [HR Bukhari dan Muslim]
5. Orang yang melakukan dosa adalah ulama yang menjadi panutan, dan dia mengetahuinya. Sebagaimana mengalir pahala kebaikan baginya begitu pula mengalir hukuman keburukan baginya.
Ikwanni fi addin
Setelah kita mengetahui sebab-sebab dosa kecil menjadi dosa yang besar, hendaknyalah bagi kita untuk menjauhi hal itu. Berikut akan kami paparkan hal-hal yang dapat meleburkan hukuman suatu dosa.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“Hukuman bagi dosa dapat gugur dengan beberapa sebab: taubat nasuhah, amal baik (solih), musibah yang menimpa, do’a dari orang yang briman, dan mendapat syafa’at”. [Al-Adab Asy-Syari’yah]
a) Taubat Nasuha
Secara bahasa taubat adalah kembali, sedangkan secara istilah adalah kembali kepada Allah dari perbuatan maksiat yaitu jauh dari-Nya menuju keta’atan kepada-Nya yaitu dekat dengan-Nya. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk bertaubat kepada Allah, hal ini menandakan bahwa Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih. Taubat tidak akan syah kecuali setelah terpenuhi syarat-syaratnya. Imam An-Nawawi dalam “Riyadlu Sholihin” menerangkan bahwa syarat taubat itu ada tiga:
• Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan.
• Berazam untuk tidak mengulanginya.
• Meninggalkan perbuatan tersebut.
Syeikh Utsaimin menambahkan dalam kitabnya [Syarhul Aqidah Wasitiyah, 398]:
• Nafas belum sampai dikerongkongan (sakarotul maut).
• Sebelum matahari terbit dari barat.
• Ikhlas hanya karena Allah.
Rosulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah menerima taubatnya seorang hamba selama nafas belum sampai di kerongkongan (sakarotul maut)”. [HR. Tirmidzi]
b) Amal Sholih (Baik)
Rosulullah bersabda dalam haditsnya:
“Dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapusnya”. [HR. Tirmidzi]
c) Musibah Yang Menimpa Kita
Terkadang kita menilai negatif terhadap musibah yang menimpa kita, kita bersu’u dzon kepada Allah, nau’dzu billah. Padahal Rosulullah telah bersabda :
“Tidaklah ada musibah yang menimpa orang muslim melainkan Allah menghapus dosanya dengan musibah itu, termasuk pula duri yang menusuknya”. [HR. Bukhari dan Muslim]
d) Do’a Dari Orang Yang Beriman
Allah menjadikan keimanan sebagai sebab bagi seseorang untuk memberikan manfaat kepada orang lain, yaitu dengan memberi do’a saudaranya yang beriman. Hal ini juga sering dilakukan oleh Rosulullah, beliau sering meminta do’a dari parasahabtnya dan beliau juga menganjurkan kepada para sahabatnya untuk saling mendo’akan.
e) Mendapat Syafa’at
Syafaat secara bahasa berarti witir (satu), wasilah (perantara) juga berarti tholab (permintaan).
Sedangkan menurut istilah adalah meminta kebaikan untuk orang lain. Dengan kata lain, berpihak atau bergabung kepada orang lain sebagai penolongnya, dan sebagai orang yang meminta kebaikan untuknya. Sedangkan yang lebih banyak dipergunakan dalam hal ini adalah bergabungnya orang yang lebih tinggi derajatnya dan martabatnya kepada orang yang lebih rendah. [Kitab Tauhid, Syeikh Salih Al-Fauzan]
Dosa-dosa yang kita perbuat akan terhapus manakala kita mendapat syafa’at dari seseorang. Adapun syafaat ini memiliki syarat, jika syarat ini tidak ada maka seseorang tidak akan mendapatkannya. Syarat-syarat itu adalah:
• Ridlo Allah terhadap orang yang memberi syafaat.
• Ridlo Allah terhadap orang yang diberi syafaat.
• Izin dari Allah, dan ini terjadi manakala syarat di atas telah terpenuhi.
Sebenarnya masih banyak lagi sebab-sebab yang dapat menghapus hukuman bagi dosa yang kita perbuat. Imam Ibnu Abil ‘Iz dalam “syarh Aqidah Tohawiyah” mengatakan ada sepuluh hal yang dapat meleburkan hukuman tersebut, diantaranya apa yang telah tersebut diatas.
a) Istighfar (memohon ampun), Allah berfirman :
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”[Di antara mufassirin mengartikan yastagfiruuna dengan bertaubat dan ada pula yang mengartikan bahwa di antara orang-orang kafir itu ada orang muslim yang minta ampun kepada Allah]
b) Siksa kubur yang kita terima.
c) Rahmat Allah.
d) Apa-apa yang dihadiahkan kepada si mayit setelah meninggal (dengan syarat sesuai sunah).

0 komentar:

Posting Komentar