Senin, 29 Juni 2009

Mengungkap Kebohongan Para Dukun


A. Definisi Kaahin (dukun)
• Secara bahasa
Kaahin berasal dari kata kahana wa takahhana yang berarti meramalkan sesuatu yang belum terjadi. Bisa juga

dari kata kahuna artinya menjadi dukun atau peramal. Adapun kahiin bermakna orang tua yang buruk rupa. Dan kaahin artinya peramal /seorang dukun.
• Secara istilah
Definisi secara istilah memiliki makna yang bermacam-macam. Adapun diantara pendapat para ulama tentang makna kahin sebagai berikut :
1. Dr. Sulaiman al Asyqor menyebutkan dalam kitabnya, bahwa Ibnu Hajar al Haitsami mendefinisikan "kahin adalah orang yang mengabarkan beberapa perkara yang tersembunyi, namun mayoritas salah dan iapun mengklaim bahwa jin telah mengabarkannya."
2. Ibnu Abidin berkata : "kahin adalah orang yang mengaku-ngaku mengetahui tentang hal ghoib dengan beberapa sebab, yang atas dasar inilah dukun dibagi menjadi bermacam-macam; 'arroof, tukang ramal dan ahli nujum. Yaitu orang yang mengabarkan perkara-perkara yang akan terjadi dimasa mendatang dengan datang dan tenggelamnya bintang. Dan orang yang menyusun batu-batu (untuk ramalan), dan orang mengaku-aku punya kawan jin yang mengabarkanya tentang peristiwa yang akan terjadi.
3. Adapun Syaikh Abdul Wahhab mengatakan; berkata al Baghawi ; definisi 'Arroof dan Kahin adalah mengaku tahu hal ghoib dengan dua hal yakni :
• Dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukkan barang yang hilang dsb.
• Dengan memberitahukan hal yang tersembunyi dan tersimpan dalam hati manusia.
4. Syaikh Sholih al Utsaimin : " kuhhaan adalah sekelompok kaum yang kepada merekalah para umat manusia mengembalikan suatu keputusan, yang mana syetan hadir dengan membawa kabar dari langit dan menyampaikannya kepada mereka (para kahin). Kemudian para dukun tersebut mengabarkannya kepada manusia, sehingga mereka percaya ketika hal yang dikabarkan tersebut benar-benar terjadi. Yang akhirnya manusia mempercayai dan menganggapnya sebagai orang yang mengetahui hal ghoib, mengetahui hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang tanpa adanya perhitungan (hisab)."
5. Dr. Sholih bin Fauzan al Fauzan mengatakan "Dukun dan peramal adalah orang yang mengaku mengetahui ilmu ghoib dan perkara-perkara yang ghoib, seperti mengabarkan hal yang akan terjadi di muka bumi serta akibat dan dampak dari kejadian tersebut."
6. Dari beberapa definisi diatas bisa kita simpulkan bahwasannya siapapun orang yang mengaku mengetahui hal yang ghoib dan perkara yang tersembunyi maka ia bisa dikategorikan sebagai seorang kahin atau dukun".
B. Kedzaliman para dukun
Diantara kedzaliman yang dilakukan oleh para dukun, baik dukun versi lama ataupun dukun versi baru adalah sebagai berikut :
 Kedzaliman yang pertama adalah mereka melakukan kesyirikan. Allah berfirman :
Ketika turunnya ayat ini, para sahabatg merasa keberatan sehingga mereka bertanya kepada Rasulullah : ''siapakah diantara kami yang tidak mendzalimi dirinya ?'' Rasulullah menjawab : "maknanya bukan seperti yang kalian maksud, tidakkah kalian mendengar perkataan hamba yang sholih kepada anaknya.
''wahai anakku janganlah kamu menyekutukan (syirik) kepada Allah, sebab berbuat syirik adalah kedzaliman yang amat besar''.(Qs. Lukman :13) Inilah yang dimaksud dengan kedzaliman".
Para dukun dikategorikan kedalam kedzaliman ini, karena perbuatan mereka memang sangat menyimpang dari petunjuk dan kebenaran, bahkan sudah masuk dalam perkara menyekutukan Allah. hal itu disebabkan pula karena para dukun meminta pertolongan kepada selain Allah yakni kepada para jin bahkan kepada syaiton untuk membantu mereka dalam melancarkan misinya (mengabarkan kepada manusia tentang hal ghoib). Padahal Allah telah melarang hal itu serta Rasulullah pun juga telah memerintahkan agar meminta tolong hanya kepada Allah saja. Beliau bersabda :"………..jika kamu meminta pertolongan mintalah kepada Allah …." .
Oleh karena hal inilah para dukun dikategorikan sebagai orang musyrik. Sehingga tidak perlu diragukan lagi kalau segala amalan yang telah mereka lakukan akan sia-sia selama mereka belum bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha. Sebab Allah berfirman :"Apabila kamu melakukan kesyirikan niscaya amalan-amalanmu akan sia-sia, dan kamu pun termasuk orang-orang yang merugi". Sehingga apabila ia mati maka tidak perlu disholatkan dan kita pun tidak perlu mengikuti / mengiring jenazahnya serta jenazahnya tidak dikubur di pemakaman kaum muslimin .
 Kedzaliman yang kedua adalah mereka mengaku mengetahui ilmu ghoib dan sesuatu yang berkenaan tentang keghoiban, padahal sudah jelas bahwasannya Allah berfirman :
"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.(Qs. An Naml : 65).
Jadi sama saja ia ingin mencari sesuatu yang tidak Allah fitrohkan padanya dan seolah-olah tidak terima dengan apa yang telah Allah berikan bahkan mereka juga ingin menyaingi dan menyamai Sang Kholiq. Na'udzubillah.
C. Rahasia Kebenaran dan Kelicikan para dukun
Kenapa kadang-kadang perkataan para kahin ada yang benar-benar terjadi ??? dan kenapa pula kita tidak diperbolehkan untuk mempercayai mereka ??? Rahasia ini perlu dan wajib dibongkar sebab bisa membahayakan aqidah serta mengancam kehidupan umat manusia, ketahuilah bahwasannya dukun tidaklah bisa menentukan segala sesuatu yang akan datang melainkan dengan bantuan khodimnya yakni syetan !!!! Para Dukun tidaklah memiliki kebenaran (dalam perkataannya) tentang hal ghoib melainkan melalui apa-apa yang telah dikabarkan oleh syaiton kepadanya. Yang kemudian syetan tersebut menambahinya satu kebenaran itu dengan seratus kebohongan, kedustaan dan yang serupa dengan hal itu.
Rasulullah mengkabarkan dalam sabdanya yang diriwayatkan Aisyah beliau mengatakan :
"Rasulullah pernah ditanya tentang dukun, beliau menjawab : "mereka itu tidaklah memiliki sesuatu", para sahabatpun bertanya :'wahai Rasulullah mereka kadang memberitahu kami dan ternyata berita itu benar'. Rasulullah menjawab "itulah kalimat yang haq yang telah dicuri oleh khadimnya (syetan dan jin) dari langit, lantas disampaikan kepada tuannya serta mencampurinya dengan seratus kebohongan."
Dan diriwayatkan dalam Shohih al Bukhori dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,"Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka bertanya, "Apakah yang di firmankan oleh Rabbmu ?", mereka menjawab,"(perkataan) yang benar. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Ketika itulah syetan-syetan penyadap (wahyu) berita itu mendengarnya. Maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang dibawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang ada dibawahnya dan demikian seterusnya hingga disampaikanlah ke mulut tukang sihir atau tukang ramal (dukun). Akan tetapi kadang kala syetan penyadap berita itu terkena syihab (percikan bintang/meteor) sebelum sempat menyampaikan kalimat tersebut, dan kadangkala mereka sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; lalu dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan,"Bukankah dia telah memberi tahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar),"sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari langit
Jadi begitulah cara dukun mendapatkan berita sehingga kadang-kadang perkataan yang mereka ucapkan benar-benar terjadi, dan iapun juga tidak lupa menggunakan kelicikannya dengan menambahkan kebohongan dan kedustaan bersama dengan satu kalimat yang benar tadi. Akan tetapi ingat !!!! jangan sekali-kali kita percaya kepadanya walaupun yang mereka sangkakan dan prekdisikan benar-benar terjadi

D. Fatawa yang berkenaan tentang perdukunan
Adapun fatawa yang bersangkutan dengan hal ini telah muncul banyak, antara lain :
• Bagaimana hukum mendatangi para dukun? Syaikh Utsaimin menerangkan dengan mengemukakan hadits Nabi yang berbunyi :
"Barangsiapa yang mendatangi arraaf kemudian bertanya tentang sesuatu, maka sholatnya tidak akan diterima selama 40 hari atau 40 malam " . Beliau menjelaskan bahwa hadits ini mencakup 4 hal :
1. Mendatanginya lalu bertanya tanpa membenarkan maka ini di haramkan, adapun hukuman bagi pelakunya adalah shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.
2. Bertanya tentang sesuatu kemudian membenarkannya, dan mempraktekkannya. Maka ia kafir, sebab ia telah membenarkan dukun itu dalam mengkalimnya dengan mengetahui hal ghoib. Sedangkan hal ini merupakan pendustaan terhadap firman Allah : "katakanlah :'Tidak seorangpun dilangit dan dibumi yang mengetahui perkara yang ghoib, kecuali Allah".(Qs. An-Naml :65)
Dalam hadits shohih juga telah disebutkan :"Barangsiapa datang kepada dukun lalu membenarkan apa yang dia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad n."
3. Bertanya sekedar untuk menguji, apakah ia benar atau bohong serta tanpa ada keinginan untuk mengambil perkataannya. Hukumnya tidak mengapa. Sebagaimana Rasulullah bertanya kepada ibnu shoyyad :
"Tahukah kamu apa yang aku sembunyikan untukmu?".ia berkata :'Dukh (dukhan) atau asap. Lalu beliau bersabda :"buanglah, sekali-kali kamu tidak akan bisa meninggalkan qadarmu"
4. Bertanya kepadanya yang bertujuan untuk menunjukkan dan menampakkan kelemahan serta kebohongannya, hal ini diperbolehkan bahkan bisa menjadi wajib.
• Apa hukum bagi orang yang mengaku mengetahui tentang hal yang ghoib ???? Syaikh bin Baz dkk menfatwakan bahwa orang yang mengaku mengetahui tentang hal ghoib maka ia dikategorikan orang yang kafir dan ia telah keluar dari millah. Sebab telah jelas ayat Allah yang menerangkan tentang hal ini :
"katakanlah :'Tidak seorangpun dilangit dan dibumi yang mengetahui perkara yang ghoib, kecuali Allah".(Qs. An-Naml :65)


Maraji' :
 'AaLamu Sihr wa Syu'uudzah, DR. Umar Sulaiman Al 'asqqor / versi indonesia : Dunia Perdukunan, Pustaka Nabawi Yogyakarta, cet ke I Desember 2001.
 Majmu' Fatawa, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, Pustaka Arafah, cet ke I Rabi'ul awwal 1423 / Agustus 2002.
 Fatawa Lajnah Daimah lil Buhuts 'Ilmiyyah wa Ifta', Syaikh Ahmad bin Abdur Razzaq ad Duwaisy, Daar Balnasiyyah, cet ke III 1421 H / 2000 M
 Fathul Majid penjelasan kitab tauhid, syaikh Abdul Aziz Abdullah Bin Baz, Pustaka Azzam, cet ke IV september 2003.
 Al Quran Tarjamah, Pustaka Toha Putra, Semarang.

0 komentar:

Posting Komentar