Jumat, 22 Oktober 2010

Hedonisme Faktor Terpuruknya Ummat

Dalam Era globalisasi dewasa ini yang ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di segala bidang, merupakan suatu realitas yang tak dapat dipungkiri dan tak mungkin dihindari oleh setiap orang yang hidup di zaman ini. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi, lebih-lebih media elektronik telah menawarkan suatu gagasan baru ke seluruh dunia tanpa memperhitungkan dampak-dampak negatif yang dapat ditimbulkannya terhadap norma agama dan akhlaq manusia.
Promosi bertubi-tubi yang dilancarkan oleh berbagai media massa telah menawarkan kenikmatan hidup dengan gaya modern, konsumtif dan jet-set (mewah). Gaya hidup yang dituntut dan dikejar oleh hampir setiap orang sebagai pelaku kehidupan modern adalah kehidupan yang bebas tanpa batas, baik batas etika kesopanan, moral maupun akhlaq. Roda kehidupan yang dipacu dengan akselerasi tinggi hingga menjadi cepat panas, disamping juga ketatnya dunia kompetisi, khususnya di bidang ekonomi dan prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan serta keinginan manusia, telah memaksa manusia kini tidak lagi berperilaku dan bertindak manusiawi tetapi dengan semau gue (seenaknya sendiri).
Bagi banyak orang, mencari rizki yang halalan toyyiban (halal dan baik) nyaris dianggap suatu pekerjaan yang sia-sia. Adanya peluang untuk korupsi, kolusi, manipulasi dan sejenisnya yang berseliweran di depan hidung, benar-benar membuat mata mereka menjadi "silau". Rangsangan manipulasi dan kolusi itu menjadi "klop" manakala kita melihat keadaan ekonomi yang semakin sulit akhir-akhir ini. Susahnya mencari pekerjaan, harga barang-barang kebutuhan yang terus melambung serta gaya hidup yang semakin men-jetset hingga membuat kebanyakan manusia jadi lupa diri, tabrak sana tabrak sini tanpa memperdulikan norma agama, yang penting fulus (uang) bisa didapat dengan mudah walupun harus dengan cara yang kotor dan keji.
Apabila diingatkan, baik dengan teguran-teguran religi yang tersirat maupun yang tersurat, sungguh yang keluar dari bibir mereka adalah kata-kata apologi (pembelaan) "Jangankan cari rejeki yang halal, yang haram saja susah !", begitu sering dilontarkan. Hidup dinilai hanya untuk saat ini saja, mereka tidak lagi dilhami oleh kehidupan masa depan yang bersifat ukhrowi nan kekal dan abadi. Orang-orang itu hanya menghargai kekayaan dan kemewahan dengan segala yang berhubungan dengan kehinaan dan kerendahan moral. Mereka akan mencela orang yang tidak ikut berkecimpung dalam perebutan materi tersebut betapapun orang itu baik budi dan berwatak mulia.
Begitulah manusia yang telah diserang penyakit Hubbud Dunya (Cinta Dunia), mula-mula hanya ikut menikmati, makin lama makin menjadi, pada akhirnya menjadi ideologi yang akan dibela sampai mati. Mereka hanya berorientasi kepada uang, peluang, dan senang-senang. Inilah sekelumit gaya hidup hedonisme (hanya mencari kesenangan duniawi saja) dan materialisme (hanya mementingkan materi semata) yang tengah melanda masyarakat kita dan orang-orang yang hidup di akhir abad ke-20 ini. Maka bila hal ini tidak disadari dan diwaspadai akan menjerumuskan masyarakat kepada masyarakat yang Dehumanis, Apatis dan Hedonis.
APA ITU HEDONISME ?
Hedonisme berasal dari bahasa Latin yang berarti kesenangan. Dalam kamus Collins Gem (1993) dinyatakan bahwa hedonisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Atau hedonisme adalah paham yang dianut oleh orang-orang yang mencari kesenangan hidup semata-mata (Echols,2003).
Dalam sejarah filsafat Yunani, tokoh pertama yang mengajarkan aliran hedonism adalah Democritus (400-300 SM), yang memandang bahwa kesenangan merupakan tujuan pokok dalam kehidupan ini. Hidup hanya sekali, dan karenanya kesenangan menjadi ukuran keberhasilan seseorang.
Tokoh lain adalah Aritiphus (395 SM), yang memandang bahwa satu-satunya yang ingin dicari manusia adalah kesenangan. Oleh karena itu segala cara menjadi sah dilakukan apabila berutujuan mencari kesenangan. Kesenangan didapat langsung oleh panca indera.
Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya 1x, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalanani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham ini lah muncul Nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang menyatakan, "Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati."
Gaya hidup hedonisme sama sekali tidak sesuai dengan tujuan pendidikan bangsa kita. Karena tujuan pendidikan Negara kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (pembukaan UUD 1945, alinea 4). Tujuannya tentu bukan untuk menciptakan bangsa yang hedonisme, tetapi bangsa yang punya spiritual, punya emosional quotient- peduli pada sesama dan tidak selfish atau mengutamakan diri sendiri.
Dengan tujuan pendidikan bangsa kita saja tidak sesuai apalagi dengan syariat islam; maka gaya hidup hedonism sangat-sangat jauh bertentangan dengan aturan dan norma-norma serta syariat islam. Karenanya, bisa kita katakan bahwa gaya hidup Hedonisme merupakan akar dari persimpangan dan kerusakan yang berlaku pada umat saat ini.
AKIBAT DARI GAYA HIDUP HEDONISME
1. Gaya hidup Hedonisme telah memacu terjadi banyaknya korupsi dan pengutilan harta rakyat di kalangan pemerintah, mereka menggunakan kesempatan itu untuk mengeruk sebanyak-banyaknya tanpa ada rasa bersalah.
2. Gaya hidup Hedonisme telah mendorong seseorang untuk menjual anak kandung, melacurkan anak kandung, menelantarkan anak, dan berbagai tindakan eksploitasi terhadap anak lainnya untuk mengejar kesenangan duniawi.
3. Gaya hidup Hedonisme menjadikan sebab bermunculannya Du’at ala abwabi jahannam. Mereka menghujat syariat dengan menjual ilmu agama demi mencari kenikmatan dunia ini.
4. Gaya hidup Hedonisme menyebabkan rusaknya generasi bangsa ini; dengan bukti banyak terjadinya penyimpangan norma agama diantaranya pesta miras/narkoba, free sex dan semua yang sifatnya hura-hura. Sehingga mereka tidak lagi memperhatikan norma masyarakat apalagi norma-norma syariat.
HEDONISME PANGKAL KEHINAAN UMAT
Sinyalemen tentang buruk dan hinanya sifat hedonism ternyata telah Allah Subahanahu wa ta’alaa terangkan secara gamblang dalam kitab-Nya. Rasulullah pun juga telah mewantikan hal ini kepada umatnya lewat sabda beliau. Saking buruknya sifat ini, Allah dan RasulNya menyebutkannya berkali dan berulang-ulang.
DALAM AL QUR’AN
إن الذين لا يرجون لقاءنا ورضوا بالحياة الدنيا واطمأنوا بها والذين هم عن آياتنا غافلون أولـئك مأواهم النار بما كانوا يكسبون
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka ni tempatnya di neraka diakibatkan atas apa yang mereka usahakan.” (Qs. Yunus : 7-8)
الذين يستحبون الحياة الدنيا على الآخرة ويصدون عن سبيل الله ويبغونها عوجا أولـئك في ضلال بعيد
“(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.” (Qs. Ibrahim : 3)
الذين اتخذوا دينهم لهوا ولعبا وغرتهم الحياة الدنيا فاليوم ننساهم كما نسوا لقاء يومهم هـذا وما كانوا بآياتنا يجحدون
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan sendau gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Qs. Al A’raf : 51)
DALAM AS SUNNAH
عن ثوبان قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها، فقال قائل : ومن قلة نحن يومئذ ؟ قال : بل أنتم يومئذ كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم وليقذفن الله في قلوبكم الوهن، فقال قائل : يارسول الله وما الوهن ؟ قال : حب الدنيا وكراهية الموت.
“Dari Tsauban berkata : bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti diperebutkannya makanan diatas meja makan, Para sahabat bertanya : apakah karena jumlah kami sedikit? Rasul menjawab : tidak, tapi jumlah kalian mayoritas, akan tetapi bagaikan buih dilautan, dan sungguh akan dicabut oleh Allah kehebatan kalian dari dada-dada musuh kalian, dan Allah mencampakkan di hati kalian al Wahnu , berkata seseorang: apa itu wahn ya Rasulullah? Beliau menjawab : cinta dunia dan takut mati.”(HR. Abu Dawud)

CONTOH KEKALAHAN UMAT AKIBAT HEDONISME
A. Peristiwa Perang Uhud
Yang waktu itu kaum muslimin mengalami kekalahan karena masih adanya sifat ini pada diri para pemanah yang bertugas diatas bukit, mereka tergiur dengan banyaknya ghanimah yang berada di lembah sehingga melalaikan perintah rasulullah dan meninggalkan tempat dan posisi utama mereka.
B. Peristiwa Perang Andalusi melawan Eropa
Ketika tentara Eropa hamper mengalami kekalahan, sebagian mereka melarikan diri dengan berputar balik sehingga tentara muslimin saat itu mengira bahwa tentara tersebut hendak mengambil harta yang ada di gudang kaum muslimin. Kemudian tentara muslimin berbalik menuju gudang itu, yang akhirnya merekapun diserang kembali oleh tentara eropa hingga akhirnya andalus berhasil dikuasai oleh orang Eropa.
C. Runtuhnya Kekhalifahan
Tergiurnya Kamal at Taturk dengan gemerlap kemewahan dunia, ia rela menjadi antek kaum zionis yang berusaha untuk menghancurkan dan meruntuhkan khilafah. Akhirnya dengan pengkhianatannya terhadap islam demi mencari dunia, runtuhlah khilafah islamiyah pada waktu itu (1924).
PENUTUP
Kekayaan dan kekuasaan memang suatu hal yang penting bagi Seorang Muslim, tapi kita jadikan itu semua untuk mendukung akhirat dan jangan sampai hal itu melalaikan kita darinya. Allah berfirman : “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangan kamu berbuata kerusakan di Bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al Qashash : 77) kita jadikan apa yang kita miliki tersebut untuk membiayai dan mendukung Jihad Fi Sabilllah (Berjuang di Jalan Allah) dan menjadi senjata untuk menundukkan kejahiliyiahan, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tetapi lebih untuk kepentingan dan Kemaslahatan seluruh ummat Islam di manapun berada.
Akhirul Qalam..., penulis berwasiat kepada diri sendiri dan para pembaca Semoga kita semua terhindar dan dijauhkan dari hal-hal serta sifat-sifat tersebut di atas, begitu juga keturunan kita, sanak dan saudara serta kerabat dekat kita. Amiieeen...
By : Nurul Ahmad dan Nashruddin

0 komentar:

Posting Komentar